Kuakui, (Name) itu akhlakless ...
—————
"(Name),"
Tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang tengah ditulisnya, (Name) menyahut panggilan Halilintar dengan deheman pendek.
"Boleh aku berkomentar soal model ponimu?"
Tangan (Name) terhenti.
"Jelek ... ya?"
Halilintar mengerjap.
"T-tidak!" jawab si pemuda gledek menurunkan topinya, dan mengalihkan pandangan dari (Name). "I-itu ... cantik,"
(Name) tersenyum tipis.
"Terima kasih. Lalu, apa pertanyaan sebenarnya?"
"Kenapa kamu suka sekali dengan model itu? Aku yakin, dulu penampilanmu tidak begitu,"
(Name) meletakkan pensilnya kemudian. Hukuman menulis kata 'saya akan mengerjakan PR' sebanyak 10 lembar buku tulis yang ia dapat dari wali kelas, sejenak ia tunda. Yang selepasnya, (Name) nampak mengusap poni kanannya yang dijepit sebuah jepit hitam polos.
"Kamu tahu? Jadi kekasih orang terpopuler sejagat sekolah, bukanlah perkara mudah. Pasti ada saja, pihak yang tak menerima itu,"
"Tapi, 'kan aku populer bukan karena ingin,"
(Name) terkekeh geli.
"Solar akan melemparmu dengan kamus inggris-indonesia loh, jika mendengarmu bicara begitu."
— × —
Dengan rasa pening di kepala dan nyeri di kakinya, (Name) berdiri dari posisi jatuhnya. Tangannya refleks mengusap kepala sebelah kanannya yang terbentur pegangan tangga yang berbentuk kotak.
Solar tampak panik. Tanpa berniat melihat siapa yang mendorong (Name)--ia yakin (Name) didorong, bukan ceroboh--pemuda berkacamata visor gold itu langsung menghampiri kekasih Kakaknya.
"Astaga (Name)! Kepalamu berdarah!"
Mampuslah Solar tak bisa menjaga (Name) saat bersamanya. Niat hati hanya mengajak (Name) pergi ke kantin bersama, kenapa justru begini? Ia pasti akan di-fatality Halilintar saat di rumah nanti.
"Enggak apa. Cuma ... luka kecil,"
"Apanya yang 'enggak apa'? Darahmu tak berhenti! Kau harus ke rumah sakit!"
"Tak apa, Solar. Aku oke kok. Ayo, kau ingin ke kantin, 'kan?"
Tapi finalnya, (Name) ambruk begitu saja karena rasa pusing yang tak bisa ia tahan.
— × —
"Aku sengaja membuat model poniku semacam ini, karena aku tak ingin menunjukkan bekas lukanya. Terutama padamu, Hali,"
"Jadi memang benar kamu bohong ya. Soal kepalamu terluka karena dicakar kucing liar,"
"Aku tak mau membuatmu khawatir dan justru menyerang orang yang melukaiku, Hali."
(Name) tersenyum lembut kemudian, sebelum kembali melanjutkan kegiatan awalnya. Menikmati kehadiran Halilintar di dekatnya untuk menemaninya.
Hingga sebuah tangan, meraih tangan (Name) dan membuatnya berhenti.
"Hali?"
"Maaf, kamu harus mengalami itu. Harusnya aku lebih peka dengan keadaan di sekitarmu. Maaf, (Name),"
"Kenapa kamu minta maaf? Bukannya kamu sendiri yang bilang, kamu populer bukan atas dasar keinginanmu. Jangan khawatir, aku tak menyesal kok menjadi kekasihmu, Hali!"
'(Name) ... kenapa kamu sebaik ini padaku?'
.
.
.• Bonus •
"Selamat ulang tahun. Ini hadiah untukmu (Name),"
"Terima kasih, Hali! Um ... apa isinya?"
"Buka saja,"
"Wah! Jepit rambut baru! Tapi ... kenapa ada petirnya?"
"K-karena itu stok terakhir yang mereka punya. Jadi—"
"Hali ... aku takkan berpaling darimu kok."
"B-berisik!" *blushing sambil memalingkan wajah*
—————
... tapi ia bisa menjadi sosok yang dewasa dan manis dibeberapa kesempatan.
*Note:
- Akhlakless: kurang punya akhlak (akhlak + less)
- fatality: istilah dari game Mortal Kombat, yg mana karakter mengalahkan lawan/musuh dng cara sadis
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Girlfriend || BoBoiBoy Halilintar [✔️]
Fanfic• Halilintar x Bad!Reader • Pacaran dengan gadis tomboi yang tingkahnya bikin geregetan? Siapa takut! Tampilan boleh berandalan, tapi kita tidak tahu apa sisi tersembunyinya. "Saya bosan lihat kamu ke ruang BK terus." "Nah, kalau begitu jangan dipan...