7/10

2.7K 406 57
                                    

Membolos itu dilarang ...

—————

Lama.

Entah sudah berapa kali Halilintar melihat waktu di jam tangannya, tapi tak ada tanda-tanda orang yang ditunggunya menampakkan batang hidungnya. Padahal, setengah jam lagi gerbang sekolah bakal ditutup.

"Jangan bilang, penyakit RIMnya kumat lagi," gumam Halilintar menghentak-hentak salah satu kakinya gelisah.

Saat si pemuda hendak memutuskan untuk menghubungi (Name), sebuah suara datang menyebut namanya.

"Hali! Maaf lama ya,"

Halilintar mengembuskan napas.

"Kita bisa terlambat loh, (Name)," ujar Halilintar sembari menyimpan ponselnya lagi. Dan menoleh penuh kepada (Name). "Bukankah kamu sendiri yang—tunggu,"

(Name) mengerjap.

"Ya?"

"Kenapa wajahmu diplester begitu?" tanya Halilintar balik. "Dan pakaianmu juga kotor ... (Name), kamu habis gelut ya,"

(Name) hanya tertawa hambar.

"Bukankah kamu janji takkan gelut lagi selepas—"

"Ah sudahlah, Hali!" potong (Name) menutup mulut Halilintar dengan tangannya. Sedang malas mendengar ceramah kekasihnya itu. "Untuk sekarang, bagaimana jika kita kabur?"

'Kabur?' batin Halilintar heran. Dan seketika menyadari sesuatu dari diri (Name). 'Loh? Dia kok ....'

— + —

🎶 Macarin kamu
Enggak jauh beda
Dengan main ludruk🎶

🎶 Pake nanya silsilah
Golongan darah
Ningrat 🎶

Semenjak Halilintar menjadi kekasih (Name) saat kelas 11 lalu, seharusnya ia paham akan kelakuan serta kode ucapan yang digunakan sang gadis di waktu tertentu

Jadi harusnya, ia tak heran kenapa dirinya berakhir tertular penyakit RIS kekasihnya, yang kini tengah asik berkaraoke ria di sebuah karaoke box.

'Kenapa dia nyanyi lagunya Jamrud? Kok seleranya nyeleneh gitu.' Pikir Halilintar usai mendengar (Name) selesai berkaraoke.

Sebagai informasi, karaoke box yang mereka datangi ini bukanlah tempat tujuan pertama mereka. Melainkan sudah tempat ketiga. Tempat pertama ada warnet, lalu Wekdi dan ketiga, karaoke box ini.

"Oke! Aku sudah puas!" beritahu (Name) meletakkan mic yang dibawanya ke tempat awal. Dan menarik Halilintar pergi dari karaoke box itu. "Kuy lanjut!"

"Lanjut? Mau kemana lagi?"

"Um ... entah. Pokok jalan-jalan gitu. Cari Burjo?"

"Gak ada Burjo pagi-pagi gini (Name)."

Ditengah perjalanan tak tahu arah mereka, langkah (Name) terhenti karena Halilintar yang tiba-tiba berhenti berjalan.

"Kenapa?" tanya (Name).

"Kamu belum jawab pertanyaanku tadi (Name). Dan ...,"

Halilintar mengangkat tangannya ke arah (Name). Refleks, gadis berambut (h/c) itu mundur selangkah.

"Ini bukan jepit yang kuhadiahkan itu," sambung Halilintar melepas jepit di poni (Name). Jepit tersebut memiliki simbol petir berwarna kuning, bukan merah.

"Kamu marah aku tak memakainya?"

Halilintar menggeleng, dan memakaikan jepit di tangannya ke poni (Name) lagi.

"Aku marah, kalau kamu tidak jujur dengan apa yang terjadi sebenarnya," ujar Halilintar.

Tidak!

Demi kepala botak, jangan sampai membuat Halilintar marah lagi!

Menghindari kemungkinan terburuk itu, (Name) pun memilih untuk menceritakan kejadian sebenarnya. Soal dirinya yang menghajar cewek sekolah lain karena ucapan cewek itu yang memuakkan, serta berani merusak jepit rambut pemberian Halilintar.

— + —

• Bonus •

[From: Gempa
Datang ke sekolah sekarang, atau dicoret dari daftar penerima warisan.]


"(Name), udahan ya bolosnya. Kita ke sekolah aja,"

"Ngapain? Udah telat pakai banget,"

"Nanti kamu bisa gak kebagian warisan bagianku."

—————

... karena bisa terancam dicoret dari daftar penerima warisan

My Bad Girlfriend || BoBoiBoy Halilintar [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang