4

1.7K 154 10
                                    

"kamu mau lihat finalnya sepak bola? buat apa?" cecar sunoo penasaran karena jungwon mengutarakan ide akan pergi ke lapangan untuk melihat pertandingan sepak bola.

"mau lihat siapa kamu?" tanya sunoo dengan memicingkan kedua matanya. jungwon mengedikkan bahunya.

"pengen lihat saja. semua tugas udah selesai. gabut." jawabnya. sunoo terkekeh pelan. jungwon jadi risih. pasalnya jungwon selalu diejek. bukan diejek hal-hal yang jelek, tapi selalu diejek kalau jungwon itu selalu ada tujuan lain kalau ia ingin melakukan sesuatu. jungwon itu, salah satu siswa yang mager alias males gerak. jadi wajar kalau diejek begitu.

"ih kalau tidak mau ikut, aku berangkat sendiri." jungwon melenggang pergi begitu saja.

sesampainya di lapangan. permainan babak pertama sudah berjalan lima belas menit. sangat ramai. banyak yang melihat pertandingan tersebut. jungwon yang seorang diri jadi bingung mau melihat pertandingannya dari sebelah mana. sebenarnya ada tempat, tapi dipenuhi orang yang sedang makan. nanti pasti bau makanan yang tercampur aromanya. karena banyak jenis makanannya.

"hei. hati-hati." jungwon terkejut karena kakinya terkena bola. ia mengedipkan kedua matanya berkali-kali. sangat menggemaskan.

"maaf ya. kamu tidak apa-apa kan?" tanya pemuda yang tadi juga meneriakinya. jungwon hanya mengangguk pelan. memproses apa yang sedang terjadi. beruntung hanya kakinya yang terkena bola, bukan tubuh lainnya, atau lebih parah kepalanya.

tunggu sebentar.

jungwon memandangi pemuda yang mengambil bola. pemuda dengan jaket berwarna abu-abu. alisnya lumayan tebal. hidungnya mancung. wajahnya sangat tampan paripurna. jungwon menahan napasnya tanpa sadar.

"kamu bisa duduk di sana, kalau mau lihat pertandingannya." pemuda itu menunjuk tempat kosong di sekitar tempat istirahat pemain. jungwon hanya mengangguk. karena pemuda itu kembali melakukan pemanasan dengan teman-temannya.

baru kali ini ia melihat pemuda yang setampan itu. kenapa jungwon tidak pernah bertemu dengannya ya? atau mungkin pemuda itu kakak kelasnya?

karena hal tersebut, jungwon jadi tidak memperhatikan pertandingan sepak bolanya yang sudah final. ia memperhatikan pemuda tampan tadi yang sedang latihan di sebelah lapangan.

"mau minum?" seseorang menawarkan botol minuman padanya. jungwon menerimanya begitu saja, dengan tersenyum kaku. ia tidak kenal pada siapapun di tim sepak bola, namun ia diperlakukan seperti ia adalah teman dari salah satu anggota tim mereka.

babak pertama sudah berakhir. jungwon melihat pemuda itu juga berhenti latihan. atau bisa dibilang pemanasan? karena kini pemuda itu menghampirinya dan melepaskan jaketnya. pemuda itu mengenakan seragam berwarna oranye. seperti pemain yang sedang melangsungkan pertandingan final ini.

"apa kamu main sepak bola juga?" tanya pemuda itu. jungwon menggelengkan kepalanya. jujur saja, ia kadang menyukai aktifitas berat seperti olahraga, tapi bukan sepak bola.

"oh. lalu kamu ke sini untuk mendukung siapa? siapa teman kamu?" jungwon jadi gugup pemuda itu banyak bertanya. bahasanya santai. nada bicaranya sangat bersahabat. jungwon jadi bingung harus menjawab apa. karena jungwon tidak memiliki jawaban untuk pertanyaannya itu.

"tidak ada. dan, skornya siapa yang unggul?" jungwon balik bertanya. jujur, ia tidak bisa melihat hasil skornya karena terlalu ramai yang menonton pertandingan final ini.

"hmm, tim lawan. 7-0." jawab pemuda itu tanpa nada kecewa. jungwon mengernyitkan keningnya. heran. tujuh banding kosong? kenapa terlihat sangat santai? bukankah seharusnya sedih atau panik? ini pertandingan final kan?

"oh, karena dari awal kita tidak bisa mengejar skornya, pelatih mengatakan untuk menikmati saja permainannya. kita jarang mendapatkan lawan dari luar sekolah yang kuat. sangat kuat bisa dibilang." jelas pemuda itu paham dengan maksud jungwon.

babak kedua akan dimulai. pemuda itu menepuk bahunya pelan. ia akan turut serta bermain di babak kedua ini. jungwon melihat nama di punggungnya. park sunghoon. nama yang keren. sangat cocok untuk visualnya dan kepribadiannya.

selama pertandingan babak kedua, mata netra jungwon tidak lepas dari sosok park sunghoon. kemanapun park sunghoon berlari mengejar bola atau menjaga gawang bersama pemain lainnya, jungwon akan selalu memperhatikannya. seperti ada aura spesial dari sosok park sunghoon yang menarik atensinya. di dalam hatinya, ia selalu menyemangati pemuda itu.

benar. meskipun kalah, setidaknya nikmati saja pertandingannya.

© kumiko m.

a ragged book (sungwon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang