Namaku Adara umurku 17 tahun. Aku tinggal di Kota Eirlys. Aku tinggal bersama Ayah, Ibu dan seorang kakak laki-laki, namanya Seth. Dia kakak yang baik, walaupun kadang menyebalkan bagiku.
Sekolahku menyenangkan, guru-guruku ramah, teman temanku baik. Nilaiku juga memuaskan―meskipun aku bukan murid terbaik. Tak ada yang lebih aku suka dibandingkan perpustakaan, tempat itu adalah surga dunia bagiku.
***
Hari ini adalah hari Senin. Aku sedang bersiap-siap berangkat sekolah dikamar, menyisir rambut panjang cokelat dan sedikit keritingku yang lebat. Setelah itu aku memasukan buku pelajaran ke tasku. Iris mata biruku menoleh ke arah cermin, mematut diri didepannya.
"Baiklah, aku siap!"
Aku melangkahkan kaki keluar dari pintu kamar, ku arahkan kakiku menuju dapur. Setelah 2 menit berjalan aku akhirnya sampai di dapur. Lantainya terbuat dari batu pualam putih mewah, diatasnya menggantung lampu kristal yang elok.
Kak Seth tak ada dirumah―tentu saja, dia tinggal di asrama akademi. Usiaku dengannya terpaut 3 tahun, dia sekolah di Akademi Avania. Akademi terbaik diseluruh negeri. Lainkali akan kutunjukkan pada kalian seberapa "menyebalkannya" saat dia sudah liburan.
"Hai Bu." Aku menyapa Ibu yang masih sibuk memasak didepan kompor, seraya menarik kursi meja makan untuk duduk.
"Halo sayang." Ibu tersenyum, senyum yang sudah lama dia miliki sejak aku kecil.
"Ayah sudah berangkat kerja ya Bu?" Aku bertanya, karena sejak tadi ayah sama sekali tidak kelihatan.
Ibu mengangguk, "Ya, sudah pergi 1 jam yang lalu. Katanya di kantor sibuk." Ibu sudah berjalan menuju meja makan, rambutnya yang panjang berwarna hitam legam bergerak saat dia membawa nampan makanan ke meja.
***
Sepeda terbangku bergerak lincah dijalanan, angin sepoi-sepoi seolah memainkan anak rambutku. Sekarang aku sedang dalam perjalanan menuju sekolahku, Sekolah Alexxa Level 3. Lima menit, sepedaku berhenti didepan gerbang. Wangi bunga mawar semerbak memanjakan hidungku.
"Pagi Adara!" Aku menoleh, gadis dengan rambut pirang sebahu menyapaku.
"Pagi juga Cher." Gadis itu membalas tersenyum.
Dia Cheryl, sahabatku disekolah, ia termasuk imigran dari Distrik Petir Bercabang. Disini nama distrik di tentukan sesuai kekuatan penduduknya. Contohnya Cheryl, dia adalah pengendali petir. Dan aku, adalah pengendali es, berasal dari Distrik Kutub Kristal―alias kota ini.
"Kamu sudah mengerjakan PR matematika, Dar?" Tanyanya sambil berjalan melewati koridor sekolah.
"Ya, asal kau tau aku butuh banyak waktu untuk mengerjakannya, Cher. Rumus-rumus ini membuat kepalaku meledak." Jawabku sambil mengilustrasikan kepalaku meledak dengan tanganku. Cheryl terkikik pelan.
***
Tak banyak percakapan antaraku dengan Cheryl hingga dikelas. Astaga, disana sudah ribut bak konser boyband! Beberapa anak laki-laki sedang bermain video game di hologram canggihnya, berseru kesal karena kalah. Sementara anak perempuan asyik bergosip, kebiasaan ribuan tahun itu sepertinya tak bisa dihilangkan.
"Hei Lex!" Masih ada satu lelaki yang tak ikut melakukan kegiatan (tak bermutu) murid lainnya. Menatap serius sambil menulis sesuatu di secarik kertas dihadapannya. Dia menoleh mendengar aku memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into the Unknown World [HIATUS]
FantasyKota Eirlys, tempat dimana semua kebahagiaanku berkumpul dirumah yang indah. Aku tinggal disana, bersama keluargaku yang baik, dan kakak laki-laki yang menyenangkan. Ini kisah kami, tentang persahabatan, keberanian, tekad, dan rasa ingin tahu. Menje...