"Arsen...." Gumam Vanya pelan, dengan suara yang sedikit bergetar.
Pria yang sedang duduk membelakangi dirinya itu sontak menoleh, membulatkan kedua matanya kaget saat melihat Vanya sudah berada di ambang pintu kamar apartemennya. Dengan buru-buru ia melepas paksa genggaman tangannya dari tangan wanita lain yang sedang berbaring di tempat tidurnya itu.
Wanita itu ikut menoleh dan melontarkan senyum tipis pada Vanya, senyuman yang benar-benar tak bisa Vanya artikan. Yang jelas Vanya tidak tahu siapa dia, tak pernah mengenalnya sama sekali.
Arsen langsung beranjak dari tempat duduknya, raut wajahnya berubah panik. Ia hendak berjalan untuk menghampiri Vanya Namun, Vanya mencegahnya.
"Diem disitu!" Pintanya.
"Vanya, kamu salah paham. Aku bisa jelasin." Belanya.
Vanya hanya tersenyum kecut, dada-nya terasa sesak sekali. Jadi ini alasannya, mengapa ia tak bisa Vanya hubungi dari semalam. Vanya khawatir setengah mati memikirkan tentang keadaannya, tapi apa yang ia lihat sekarang benar-benar membuat Vanya kehabisan kata-kata. Gadis itu menggeleng pelan sembari memasang senyum simpul, berusaha sekuat mungkin untuk terlihat tegar. "Gausah, semuanya udah jelas."
"Vanya, semuanya engga kaya yang kamu kira. Aku sama dia—"
Wanita itu tiba-tiba meraih jari-jemari Arsen, berniat untuk menahannya agar tidak menghampiri Vanya.
"Kamu apaansih!" Bentak Arsen menepis tangan wanita itu, nada suaranya mulai meninggi.
"Kamu udah janji loh semalem sama aku, kalau kamu bakal ngurusin aku." Ujarnya.
Vanya tersenyum sinis, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Semalam katanya ? Jadi keduanya semalam bersama-sama ya ? Vanya benar-benar tidak bisa membayangkannya.
"Larisaa, aku gapernah ngomong gitu ya!" Bentaknya lagi, kali ini tak kalah keras.
"Kamu lupa yah ? Belum juga sehari."
"Kamu gila yah ? Kapan aku bilang gitu."
Cukup. Sedari tadi, Vanya sudah cukup sabar. Sorot kedua matanya memerah, ia berusaha mati-matian menahan air matanya agar tidak membuncah. Lidahnya begitu kelu, kerongkongannya terasa tercekat. Namun akhirnya, entah ada angin dan dorongan dari mana. Kata-kata itu berhasil Vanya lontarkan dengan lantang.
"ARSEN AKU MAU PUTUS!"
🍂Joveetha Lavanya
Arsen Kaliandra
***
Ps. Ceritanya aku ini bikin cerita baru haha, hanya saja akan terdiri dari beberapa chapter kayanya. Semoga suka, See you ~
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES
FanfictionAku masih selalu merindukannya tak pernah benar-benar melupakannya. Hanya saja, ego dan gengsiku yang teramat besar menenggelamkan semuanya. Sampai ...