"Yaampun, Vanyaaa ..." Suara lengkingan keras dari Clara berhasil mengalihkan fokus Vanya kearah pintu kamar.
"Ko bisa sih betah gelap-gelapan gini ? Kamu belum bayar listrik apa gimana sih ?" Protesnya, sembari merayap perlahan menuju saklar lampu. Takut kalau-kalau tubuhnya itu menabrak sesuatu.
Vanya langsung mengerjapkan kedua matanya berkali-kali saat lampu kamarnya menyala dengan terang.
"Vanyaaa!" Lagi-lagi lengkingan suara Clara itu membuat gendang telinga Vanya sakit. "Kamu ngapain sih duduk di jendela kaya gitu ? Meleng sedikit jatuh loh kamu!" Bentaknya dengan riweh, persis sudah seperti seorang ibu yang sedang menasehati putri kecilnya.
"Apasih, Ra ? Gausah berlebihan deh." Ujar Vanya malas, ia mengambil mug berisi kopi yang sedari tadi tanpa sadar ia anggurkan hingga membuat kopi itu tak lagi mengepul.
"Ini anak suka keras kepala kalau dibilangin!" Cibir Clara kesal.
Vanya menghela nafas pelan, "Aku lagi nikmatin senja, Ra. Karena ..."
"Senja ngingetin kamu sama Arsen ?" Potong Clara cepat, hingga sukses membuat Vanya mengembangkan senyum tipisnya.
Clara menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Denger yaa, Joveetha Lavanya. Kamu liat keluar sana, senjanya udah gaada. Ini udah hampir jam 7 malem juga. Gausah sok-sok-an mau jadi kaya anak senja deh. Yuk, turun kita makan malem dulu."
Vanya tersenyum kecil, Lalu memandang lurus pada langit yang sudah berwarna hitam pekat diluar sana. "Iyaa, kamu bener, Ra. Langit udah gelap ternyata yaa. Persis banget kaya keadaan aku sekarang. Gelap banget, kaya gaada tujuan."
🍂🍂
"Ih, dia kabarnya udah taken loh Vanya. Kamu yang bener aja deh, masa suka sama dia." Gerutu Clara seraya mewanti-wanti agar sahabatnya itu tidak bersikap yang aneh-aneh. Mengingat Vanya baru saja melontarkan secara terus-terang kalau ia menyukai Arsen Kaliandra, si kapten tim futsal kampus.
"Kenapa gitu ? Emangnya kalau nge-fans doang gaboleh ya?" Tanyanya heran, "Lagian tenang aja, akujuga gaakan ngerebut dia dari pacarnya ko. Rasa suka-ku cuman sekedar suka karena kagum aja, suka bukan berarti cinta kan ?"
Clara menopang dagu sembari menimbang-nimbang, "Iya jugasih. Ngefans doang mah, engga apa-apa yaa. Anggap aja kaya nge-fangirl ke cowok kpop." Ujarnya setuju yang diangguki pelan oleh Vanya.
Suara dehaman pelan berhasil meng-intrupsi obrolan keduanya, "Ngomongin apasih ? Seru banget kayanya ?" Tanya Nevan sembari meletakan tiga cup coffee milk diatas meja.
Ke-tiga orang sahabat ini, kini sedang menghabiskan waktu sore mereka di alun-alun kota setelah selesai menonton pertandingan futsal teman-teman kampusnya. Nevan adalah salah satu pemainnya.
Clara meraih secangkir coffee milk itu dan menyeruputnya dengan perlahan sebelum menjawab pertanyaan dari Nevan, "Ini loh, Vanya ngefans sama Arsen katanya."
Nevan yang duduk di sebelah Vanya itu langsung menoleh dengan raut wajah tidak percaya, "Serius ?" Selidiknya, tentu saja ia ingin mendengar langsung kata suka itu dari mulut Vanya sendiri.
"Kagum doang." Katanya
"Hati-hati, saingan banyak." Kata Nevan mengingatkan.
"Kagum doang, Van. Aku gaada niatan buat deketin dia ko, yaampun." Rengek Vanya.
"Deketin juga gapapa ko." Kali ini Nevan tersenyum dengan penuh arti. "Dia single ko sekarang, tenang aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES
FanfictionAku masih selalu merindukannya tak pernah benar-benar melupakannya. Hanya saja, ego dan gengsiku yang teramat besar menenggelamkan semuanya. Sampai ...