Vanya masih menatap kosong pada langit gelap diatas sana. "Aku jahat banget ya, Ra. Dulu gamau dengerin penjelasan dari Arsen. Coba aja waktu itu aku engga egois, mungkin sekarang aku pasti gaakan kehilangan dia kaya gini. Jujur, kangen banget aku sama dia."
Tak terasa air mata Vanya kini mulai menetes membasahi kedua pipinya, kedua bahunya mulai bergetar, Clara mengambil langkah untuk menghampirinya. Lalu menarik Vanya kedalam pelukannya bermaksud untuk menenangkannya.
"Life must go on, Vanya. Jangan kaya gini terus, okey."
🍂🍂
Vanya berjalan terburu-buru menuju gerbang kampus, berusaha menghindari Nevan yang entah sejak kapan jadi begitu menyebalkan akhir-akhir ini.
"Vanya, dengerin dulu kenapa sih ?"
"Iyaa Van, entar aku pasti dateng ko ke pertandingan futsal kamu."
Vanya sebenernya males sih nonton pertandingan futsal lagi, bukan apa-apa ia hanya tak ingin melihat Arsen dengan wanita barunya itu. Perasaannya selalu tak bisa diajak berkompromi soalnya.
"Bukan soal itu .." Nevan masih setia membuntuti Vanya, walaupun gadis itu berjalan dengan cukup cepat. "Ini soal Arsen." Lanjutnya. Lagi-lagi Nevan membahas soal Arsen, hal yang bikin Vanya belakangan ini males dengannya.
"Kita udah putus lama, Van. Kamu ngapain sih bahas-bahas dia terus ? Toh, kita juga udah bahagia sama pilihan kita masing-masing ko." Gerutu Vanya.
"Wow, you're such a great liar! Gumamnya dengan nada amazed. "He's still love you, Vanya."
"Oh yah? Bukannya udah ada cewek itu yaa, sekarang ?" Vanya bahkan terlalu malas untuk menyebut namanya.
"Dia pengen memperbaiki semuanya."
Vanya tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berbalik menghadang Nevan hingga ia tersentak dan ikut menghentikan langkahnya.
"Udah deh, Van. Kamu gausah ikut campur. Kamu gatau kejadiannya kaya apa."
Nevan menghela nafas pelan. "Aku tahu, Arsen udah cerita semuanya sama aku. Dia bilang kamu salah paham."
Vanya tersenyum mengejek. "Dan kamu percaya ? Van, denger yaa. Saat itu, Arsen ngilang seharian, dia gaada kabar, susah banget buat aku hubungin, kamu ngerti gaksih segimana khawatirnya aku waktu itu ? Aku takut dia kenapa-napa, tapi waktu aku samperin dia ke apartemennya, apa yang aku dapetin ? Dia malah berdua-duaan sama cewek lain, Van. Cewek itu ada disana, di tempat tidur Arsen. Dan gaada yang tau apa yang terjadi diantara mereka saat itu, baik aku maupun kamu."
"Justru Karena kita gatau apa yang sebenernya terjadi, harusnya kamu beri dia kesempatan buat jelasin semuanya. Jangan terlalu ngambil kesimpulan sendiri kaya gini. Kasian Arsen."
Vanya tersenyum mengejek, "Nyatanya, sekarang Arsen sama cewek itu kan, Van ? Yaudahlah, terus ngapain lagi aku harus berurusan sama dia."
"Arsen ga benar-benar mencintai dia, Vanya. Makanya belakangan ini dia terus-terusan minta tolong supaya aku bujuk kamu buat ketemu dia. Dia bilang, kamu selalu ngehindarin dia disaat dia berusaha buat jelasin semuanya."
"Gak bener-bener mencintai dia, tapi di pacarin ya ?"
"Terpaksa. Larrisa itu anak dari sahabat ibunya. Mereka semacam di jodohin gitulah, Arsen awalnya nolak. Tapi pas tau Larrisa punya penyakit yang parah dia akhirnya nerima itu. Ibunya yang paksa Arsen, mungkin khawatir terjadi sesuatu sama dia kalo Arsen nolak. Tapi Arsen janji ko, itu semua gaakan sampai ke jenjang yang lebih serius. Dia secepatnya bakal selesain itu semua."
![](https://img.wattpad.com/cover/274153116-288-k71035.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES
FanficAku masih selalu merindukannya tak pernah benar-benar melupakannya. Hanya saja, ego dan gengsiku yang teramat besar menenggelamkan semuanya. Sampai ...