Setelah 1 bulan berlalu, pemakaman orangtua nya sudah dilaksanakan.
Tasya masih dalam keadaan koma, akibat syok. Dokter juga memberi tau kalah Tasya mengalami buta yang sementara karena serpihan kaca yang masuk ke matanya.
Namun seiring berjalannya waktu buta sementara bisa diobati namun membutuhkan waktu yang amat lama atau menjalani operasi .
Dengan operasi juga harus ada pendonor yang mendonorkan matanya untuk Tasya.
(-^〇^-)
Disebuah ruangan inap dirumah sakit seorang gadis kecil terbangun dari komanya.
Matanya mulai terbuka, namun dengan takut dan heran walaupun matanya dibuka dia tak bisa melihat apapun. Gelap.
"Apa ada orang disini? Kenapa gelap? Apa lampu nya padam? ".tanyanya , tak ada jawaban karena tak ada seorangpun disana.
Tiba tiba pintu terbuka, seseorang pemuda masuk dan menghampiri gadis itu.
" Tasya, ini kakak".
Tasya terlihat meraba raba untuk menemukan keberadaan kakaknya.
"Kakak! Kenapa disini gelap apa lampunya padam? ". Pertanyaan itu tak bisa kakaknya jawab, berat untuk memberitahu hal sebenarnya itu.
" Kamu buta ".
Tasya terlihat terdiam membisu tak bisa berkata kata, badannya terasa lemas setelah mendengar hal itu dari mulut Zio.
Tasya meraba wajahnya, sekarang dia sudah tak bisa melihat dan hanya bisa merasakan dan mendengar.
" Bu.. Buta? ", tanya Tasya memastikan. " Iya".
Tangisan pecah begitu saja, Tasya merasa dia jadi orang tidak berguna dengan mata buta tak bisa melihat apa apa.
"Hiks., kakak apa papa dan mama baik baik saja? Aku ingin bertemu mereka dan memeluk mereka, apa kakak bisaa kengantarku ke ruangan mereka? ",
Kata kata yang dilontarkan Tasya sungguh membuat hati Zio kembali terpuruk setelah mencoba menghilangkan hal itu.
" Jangan bicara soal mereka ".jawab Zio, yang tiba tiba saja Tasya tak mengerti dan mengerutkan dahinya.
" Apa maksud kakak? ".
" Aku ingin bertemu mereka sekarang ".
" Jangan bicara apapun tentang mereka! Apa kau paham! Semua ini salahmu, jika saja kamu gak minta liburan ini gak akan terjadi! ".tegas Zio, dengan marah dia melontarkan semua kata kata itu pada adiknya.
" Maksud kakak..? "
"Ya! Mereka sudah tiada, mereka mati gara gara lo paham lo hah! ". Deg! Sebuah kenyataan yang amat sangat menyakitkan.
Pertama, matanya yang buta sementara, kedua orang tuanya yang sudah tidak ada didunia ini, dan ketiga kakak nya yang memarahinya padahal baru saja dia terbangun dari koma nya.
"Kak.. Ak.. Aku.. Takut.. Mama, papa mereka.. Hiks kak Tasya sendiri..takut kak ".Tasya mencoba memegang tangan kakaknya.
" Cih! Gue gak peduli ini semua salah lo! Ni semua gara gara lo! ". Zio mengibaskan tangannya hingga terlepas dari genggaman adiknya dan pergi keluar dari ruangan adiknya dengan cepat.
Tasya merasa benar benar sendiri, kakaknya sudah tak akan memaafkannya. Semua sudah hancur, hidupnya, bahkan impiannya.
Semua sudah tak berguna dan tersisa kenangan.
(-^〇^-)
#beberapa tahun kemudian
" Mama? Papa? Apa itu kalian? ".
" Mama! Papa! Tunggu Tasya, Tasya mah ikut. Jangan tinggalin Tasya sendiri lagi! ".
" Tasya sayang ayo ".
" Mama tunggu, papa! Tunggu ".
Kring! Kring!
Pagi terlah tiba matahari sudah mulai terlihat dan terbit lagi, disebuah kamar bernuansa putih dan coklat itu tetkuaht seorang gadis yang baru saja bangun dari tidurnya.
Berusaha mematikan jam -weker- nya, dia meraba raba meja di samping tempat tidurnya.
Namun prak!, jam -weker- tersebut terjatuh.
Tasya mencoba turun dari atas ranjangnya dan mengambil pecahan dari jamnya itu.
" Aaww! " Ringisnya saat sebuah kaca dari serpihan itu mengenai tangannya.
"Nona nona tidak apa apa?! ". Pembantu rumah tangga dirumahnya langsung masuk saat melihat Tasya yang terduduk dibawah tempat tidurnya.
" Bibi".
"Iya non ini Bibi, nona tidak apa apa? Apa ada yang sakit? ". Cemas bibi, Tasya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
" Gapapa bi cuma luka dikit aja kok, oh ya tapi ini... ".
Tasya menujuk kearah serpihan jam yang jatuhnya.
" Gak papa non biar bibi aja yang bersihin, non duduk ada di di ranjang ". Tasya pun menuruti apa yang dikatakan bibi, dan duduk kembali di atas tempat tidurnya.
Bibi membantu Tasya untuk duduk diatas ranjangnya kembali, setelah itu dia kembali membereskan pecahan jam itu.
" Apa yang terjadi?! ". Tanya Zio di ambang pintu ketika melihat Bibi yang tengah membereskan serpihan jam.
" Ini tuan, jam -weker- nya jatuh ini mau bibi beresin ". Jawab bibi jujur.
" Cih! Jadi orang gak guna banget, pagi pagi udah cari masalah aja ".ucap Zio sembari berjalan melewati kamar Tasya.
Mendengar ucapan kakaknya yang sangat menohok, Tasya hanya bisa diam dan menerima dengan lapang dada.
Toh, semua itu ada benarnya. Kakaknya pasti akan merasa sangat tidak beruntung mempunyai adik buta yang tidak bisa melakukan apapun.
" Non, jangan terlalu dipikirin kata kata tuan Zio ". Ucap Bibi mencoba menenangkan dan mengembalikan suasana.
" Iya bi, udah selesai? Kalo udah anterin Tasya ke kamar mandi ya".kata Tasya. "Baik non ".
Bibi membereskan semuanya dan mmebuang serpihan jam itu ke tempat sampah.
Didalam tempat sampah itu ada banyak pecahan pecahan barang lainnya, seperti bingkai foto, cermin, dan lain lain.
Ya, hampir setiap harinya Tasya memecahkan barang. Buka disengaja namun karena keadaan butanya yang membuatnya seperti ceroboh.
Walau sudah bertahun tahun mengalami buta, namun Tasya masih belum terbiasa dengan segala kekurangannya itu.
Selama beberapa tahun ini Tasya hanya mengikuti perawatan dan mengobatan, dia tidak dioperasi. Sebenarnya bisa saja dioperasi dan itu akan dengan cepat membuat Tasya bisa melihat dunia kembali.
Namun tak ada nya pendonor yang ingin menyumbangkan matanya untuk Tasya lah yang menjadi alasan Operasinya belum berlangsung selama beberapa tahun kebelakang.
Namun dengan itu Tasya masih bisa bersabar menunggu seseorang yang memang betul betul yakin untuk mendonorkan matanya untuknya .
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Berlayar
RomanceHidup sama seperti perahu kertas yang terus berlayar tanpa henti mengikuti arus air. Sampai manakah perahu itu berhenti? Sampai mana kah batas air itu? Kita tidak akan pernah tau sama hal nya dengan hidup yang kita bahkan tidak tau apa yang akan t...