"Areum."
Begitu sahutnya. Yang Taehyung ketahui hanya namanya, Areum sesuai arti dan paras jelitanya; cantik. Tak ada informasi lain selain namanya yang ia dapatkan mengenai gadis asing itu. Ketika ia bertanya mengapa dan bagaimana ada di sini? atau kau berasal dari mana? Gadis itu tak menjawab, mendadak bisu. Bahkan, tampak linglung seperti orang yang menderita amnesia. Ketika melayangkan berbagai pertanyaan saja, sudah membuatnya pusing sebab tak ada satu pun yang dijawab selain nama.
Ataukah memang gadis ini benar-benar amnesia? Namun syukurnya, gadis ini tahu namanya walau yah, ia tak tahu marganya apa. Benar-benar membuatnya frustrasi. Terlebih lagi, ia tak mungkin mengusirnya. Areum di matanya saja tampak seperti kucing putih manis yang hilang. Terpaksa ia membawanya ke apartemen daripada tinggal di studio kecil yang hanya ada perkakas untuk memahat, bahan baku, patung-patung yang setengah jadi, sebuah sofa, dan patung cantik. Tak mungkin 'kan ia harus meringkuk di sofa seperti kala pertama kali bertemu?
Hari ini sudah hari kedua Areum bersamanya. Rutinitas yang dilakukan hanya bolak-balik apartemen dan studio dengan gadis jelita itu mengekorinya. Awalnya, Taehyung meminta Areum duduk diam di apartemen. Namun, gadis itu memohon agar ikut saja dan mengamatinya memahat patung. Tak habis pikir gadis itu tak merasa bosan hanya duduk di sofa mengamati. Taehyung tak peduli. Sejujurnya, ia berharap Areum bisa mengingat kembali ingatannya yang hilang.
Sesekali Taehyung melirik ke arah Areum. Gadis itu benar-benar fokus mengamatinya. Beruntung saja ia pun fokus dan mengabaikannya. Jadi, ia tak merasa salah tingkah. "Kau tak bosan?" tanyanya meski ia masih fokus memahat bongkahan batu semen dengan palu yang diketukkan pada alat pahat.
Areum menggeleng. Tentu saja Taehyung tak tahu responsnya. "Kau mau buat patung apa?" Namun, pertanyaan itu yang ia dapati.
"Harimau."
"Untuk pesanan?"
Taehyung berdeham mengiyakan.
Keberuntungannya itu berbarengan dengan kedatangan Areum. Salah satu klien pun datang. Mungkin bisa disebut kebetulan meski bisa saja tamu itu juga berkat. Sebenarnya sejak bersama dengan Areum, ia merasa tak kesepian. Anehnya juga, ia merasa tak terbebani harus tinggal bersama dan merelakan ranjang empuknya untuk Areum sampai membelikan beberapa potong pakaian untuknya. Tak mungkin jika gadis itu memakai gaun putih selutut atau memakai pakaiannya yang kebesaran. Yah, walaupun bukan pakaian yang mahal, asalkan nyaman dan masih baru.
Areum beranjak dari duduknya. Ia mendekati patung-patung yang setengah jadi. "Kenapa patung-patung ini masih setengah jadi?"
"Sebagian ada yang retak jadi gagal dan ada juga yang di-cancel pelanggan. Tapi, patung yang di-cancel masih bisa aku lanjutkan kalau tak ada pesanan lain."
"Kalau yang ini mau kau lanjutkan?" tanyanya lagi sambil menunjuk patung setengah jadi. Bentukannya kalau sudah selesai mungkin akan menjadi patung Bunda Maria.
Taehyung menoleh sejenak lalu kembali fokus pada pekerjaannya. "Yang itu ada retakan."
"Jadi, apa aku boleh melanjutkannya?"
Kerutan di dahi Taehyung tercipta. Bingung apakah ucapannya itu sekadar lelucon atau apa?
"Terserah kau saja."
Lekas Areum mengambil sepasang sarung tangan dan perkakas untuk memahat lainnya yang menganggur. Taehyung mengira gadis itu pasti hanya bermain-main saja demi menghilangkan rasa bosannya. Toh, patung itu sudah gagal. Ia tak butuh itu, mungkin akan hancur kalau dipaksakan dipahat.
Berjam-jam mereka menekuni masing-masing pekerjaan mereka. Sampai suara gedoran pintu menginterupsi. Taehyung menyuruh Areum diam saja tak usah keluar mengikuti. Namun, sepertinya Areum bukan tipe yang penurut.
Orang-orang suruhan rentenir kembali datang. Tentu saja untuk menagih dan memberi pukulan sebagai peringatan sebelum mereka melenggang pergi.
"Aku sudah bilang, pasti aku akan bay—"
Bugh!
Bahkan, ia tak diberi kesempatan untuk menyelesaikan kalimatnya. Areum berteriak dan sigap memapah Taehyung yang hampir ambruk usai mendapati pukulan pada bagian perut. Malangnya, ia pun menjadi sasaran empuk mereka. Wajahnya dibelai tanpa izin. Tentu saja, Taehyung takkan membiarkan itu terjadi. Ia memukul pria berkepala plontos yang berani menyentuh Areum dan malangnya ia kembali mendapat balasan pukulan.
"Jika kau belum saja membayar, kekasih cantikmu ini bayarannya!"
Areum lekas membawa Taehyung ke dalam dan diobati. Sesekali ia meringis kesakitan. Ada banyak pertanyaan yang bersarang pada inti jemala Areum, tetapi lebih baik tak dilontarkan. Apa Taehyung punya utang? Hanya itu yang dapat ia simpulkan.
"Areum."
"Ya?"
"Itu patung Bunda Maria buatanmu?" tanya Taehyung dengan tatapan tak percaya.
"Tadi kau bilang terserah karena katamu itu gagal. Aku hanya iseng saja, sih. Ternyata masih berguna."
"B-bagaimana—"
"Bagaimana? Aku bisa membantumu, 'kan?"[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Carve On You • kth
Fanfic[COMPLETED] Kecintaan Taehyung pada seni pahat membuatnya mendedikasikan hidupnya hanya untuk memahat. Tak peduli dipandang sebelah mata oleh keluarganya yang terpandang sebab ia memilih jalan yang berbeda. Kegagalan dan caci maki sudah tak ia hirau...