Taehyung kembali dibuat panik, sama paniknya saat hari di mana ia ketakutan patung cantiknya hilang. Saat itu, tepat bersamaan dengan pertemuannya dengan Areum. Namun pagi kemarin, ia tak menemukan eksistensinya. Dia hilang dan hanya meninggalkan sepucuk surat singkat yang tersimpan di atas nakas.
Maaf aku pamit, tugasku sudah usai. Kumohon jangan cari aku, kau takkan bisa menemukanku. Karena sejatinya, aku berada dekat denganmu.
Kim Taehyung, terima kasih untuk segalanya.Sungguh, Taehyung tak mengerti apa yang gadis itu sampaikan dalam suratnya. Terkesan ambigu. Sesuai keinginannya, ia pun tak mencarinya. Hanya menunggu barangkali Areum kembali. Namun jika Areum saja meminta demikian, bukankah itu artinya ia takkan kembali? Biarlah, Taehyung akan membiarkan orang yang tak mau bersamanya. Ia takkan memaksa.
Kembali dengan rutinitasnya dengan melanjutkan pahatan patung pesanan Hoseok. Tentu saja ia takkan menghilangkan keprofesionalannya. Pekerjaan adalah pekerjaan. Tak ada toleransi, terlebih lagi sudah dibayar di muka.
Ketukan pintu menginterupsi pekerjaannya. Mau tak mau Taehyung lekas membukanya, barangkali seorang pelanggan kalau ia boleh percaya diri.
"Oh, Kak Namjoon? Ada apa kemari?"
"Ingin melihat-lihat saja," jawab Namjoon. "Boleh kumasuk?"
Tentu saja boleh, malahan dengan senang hati. Di antara keluarganya hanya Namjoon-lah yang mendukungnya. Padahal ia hanya seorang sepupu, bukan saudara kandung.
"Omong-omong, terima kasih telah merekomendasikan tempat kecil ini pada temanmu."
"Kau memang pantas, kok. Sudah seharusnya aku sebagai keluarga mendukung dan membantumu," balas Namjoon tak lupa disertai dengan senyuman menawan yang mengukir lesung pipi—menambah ketampanannya saja. "Oh, apa ini pesanan Hoseok?"
"Iya, aku masih memahat bagian kepalanya saja. Masih jauh dari kata selesai. Awalnya, ia menginginkan patung cantik itu."
Namjoon mengikuti ke mana Taehyung menunjuk dengan dagunya. Bukan binaran mata seperti Taehyung dan Hoseok sorotkan yang menjadi kesan pertama kala menatap patung cantik itu, melainkan tatapan seperti orang yang terkejut. Dia mendekati patung cantik itu. Tatapannya semakin intens, bahkan kerutan pada dahinya tercipta.
"Sepupu, ini pahatan yang menjadi mahakarya seperti apa katamu?"
"Iya, kenapa memangnya, Kak? Apa ada detail yang kurang atau—"
"Patung yang kausebut patung cantik ini seperti … ah, maksudku memiliki pancaran pesona yang kuat. Seolah-olah hidup."
Taehyung memamerkan senyuman kotak khasnya. "Justru itu, aku bilang ini mahakarya," ujarnya seolah-olah menyombongkan diri meski hanya sekadar kelakar.
"Maksudku … patung cantik ini benar-benar seperti bernyawa."
Taehyung ikut mendekat dan melamati pahatan wajah patung cantik itu. Matanya membulat, ia ingat akan kalimat ambigu yang tertulis pada sepucuk surat Areum.
Karena sejatinya, aku berada dekat denganmu.
Birai senyumnya terukir, lengannya terulur mengusap wajah dingin patung cantik itu. Dia tahu ini gila, asumsinya akan terdengar berada di luar nalar.
"Areum."[]
—— F I N ——
a/n:
Finally~ kalian sudah ada di penghujung halaman. Itu artinya cerpen absurdku ini selesai.
Anyway, makasih sudah menyempatkan waktu buat mampir dan sampai di halaman akhir ini. Once again, thx a million klo kalian sudah vote + komen.C ya in the next story~
—luv, ara
KAMU SEDANG MEMBACA
Carve On You • kth
Fanfiction[COMPLETED] Kecintaan Taehyung pada seni pahat membuatnya mendedikasikan hidupnya hanya untuk memahat. Tak peduli dipandang sebelah mata oleh keluarganya yang terpandang sebab ia memilih jalan yang berbeda. Kegagalan dan caci maki sudah tak ia hirau...