⚠️Author's Note⚠️
100% fiksi,
Dan tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan pribadi visual cast.Be smart readers please,
Jangan bawa cerita ini ke real-life visual cast,
Terimakasih.Happy reading❤️
•
•
•Malam ini seorang gadis bersuai sepunggung dengan senyum manisnya, dan kerap disapa Denting itu tengah sibuk membuatkan jus semangka untuk tuannya. Wisesa namanya.
"Ini jusnya, Kak." ujar Denting meletakkan segelas jus tepat di hadapan Wisesa.
Denting berbalik untuk mencuci blender yang ia pakai tadi. Namun langkahnya terhenti saat Wisesa tiba-tiba memanggil dirinya.
"Ting,"
"Iya, Kak?" balas Denting berjalan mendekat ke arah Wisesa.
"Saya masih ting-ting dijamin masih ting-ting." celetuk Wisesa bernyanyi seraya terkekeh kecil.
Denting menatap datar Wisesa. "Mulai lagi, lanjut aja terus..."
Wisesa terkekeh dengan ekspresi anak dari salah satu maid di rumahnya. Selain itu Denting adalah sahabat dekat Wisesa sedari kecil.
Jangan heran mengapa Wisesa bisa bersahabat dengan Denting. Hal itu bisa terjadi karena kedua orang tua Denting sudah bekerja dan mengabdi di rumah ini sejak rumah ini baru dibangun, dan juga sejak kedua orang tua Wisesa baru saja menikah.
"Hahaha. Oh iya, lo inget, kan, kalo udah jadi budaya di keluarga gue dimana setiap anggota keluarga harus nikah di umur 20 tahun?" tanya Wisesa mendongak menatap Denting.
Wisesa kembali melahap sesendok menu makan malam yang ada di hadapannya. Pria berkacamata itu tampak sangat menikmati makan malamnya, karena seperti biasa masakan yang Denting masak tidak pernah gagal.
"Inget gak?" tutur Wisesa lagi.
Denting mengangguk cepat. "Iya inget."
"Minggu depan gue 20 tahun."
Denting memekik kaget, bola matanya membulat sempurna. "Lah? Ulang tahun toh? Bukannya kemarin udah ya?"
"Lo kira ulang tahun sehari sekali?" sungut Wisesa.
Denting terkekeh kecil sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Hahaha, lupa. Ya udah lah, nikah tinggal nikah aja. Apa susahnya, Kak? Harta? Ada banyak, dapet bagian dari Tuan Yudhis juga, kan?" balas Denting.
Wisesa menghela napas berat, ia menyenderkan punggungnya di kursi. "Calonnya belum ada."
"Ya cari dong." balas Denting seadanya.
"Gimana kalo lo aja?" celetuk Wisesa menatap dalam manik mata Denting. "Gimana kalo lo aja yang jadi istri gue?"
Sontak Denting terkesiap terkejut, ia melongo dan masih berusaha mencerna apa yang baru saja Wisesa katakan.
"Lah? Kenapa harus aku? Kan cewek banyak di luar sana."
Wisesa menggeleng tak setuju. "Lo kan sahabat gue dari kecil, lo juga yang ngerti gue."
"Lo juga yang ngajarin gue tentang warna, kalo lo gak ada mungkin gue gak kenal warna-warna meskipun gue pake kacamata."
"Lebay." tukas Denting dengan nada meledek.
"Ck, serius. Bagi gue semuanya itu monokrom. Gak berwarna. Warna-warna yang gue liat saat pake kacamata itu palsu." Wisesa berdecak kesal.
"Gue juga udah kenal sama lo, dari lo masih bayi sampe sekarang malah. Lo juga udah mau jadi sahabat gue selama ini." tutur Wisesa tulus.
Denting tersenyum manis meresponnya. "Itu kewajiban aku. Karena aku anak pelayan di rumah ini. Jadi aku harus berteman dan mau bantu kamu, Kak."
"Ya udah, besok ganti kewajiban." timpal Wisesa tiba-tiba.
"Kewajiban apa?" Denting tak mengerti.
"Kewajiban ngurus gue sebagai suami." jawab Wisesa cepat.
Seketika itu juga Denting memasang wajah datar dan gemas dengan ucapan Wisesa. "Hih! Mulut!"
"Oke, gue ke kamar papa dulu, mau ngomongin ini."
Wisesa bangkit dari duduknya lalu berjalan cepat meninggalkan meja makan untuk menuju ke kamar orang tuanya.
"Punya majikan hobi bercanda ya kaya gini nih.."
*****
TBC
I hope you enjoy my story❤️
ceritaponcik
21 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOKROM
RomanceDi umurnya yang akan menginjak 20 tahun, Wisesa dibuat kebingungan akan budaya dan aturan di keluarganya yang memaksanya menikah di umur 20 tahun. Buta warna total yang ia idap sedari kecil membuat banyak wanita menjauhi Wisesa. Hanya Denting, seora...