•
•
•Hari ini Denting sedang sibuk berada di lab komputer untuk mengerjakan soal try out, maklum saja Denting sudah duduk di kelas 12 dan sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional.
Pikiran Denting kalut, otaknya sudah tidak bisa lagi mencerna soal matematika yang ada di layar komputer.
Beberapa kali Denting mengerjapkan mata karena matanya terasa berkunang-kunang saat ia berusaha menatap angka dan huruf pada soal.
Denting memejamkan mata dan berdoa, dengan yakin Denting memilih jawaban A. Entah itu benar ataupun salah, Denting tidak peduli. Yang Denting inginkan adalah bisa keluar dari lab komputer ini dan segera menuju kantin.
"Sisa 2 menit lagi." seru pengawas.
Denting segera memilih jawaban dengan asal, persetan dengan nilainya. Ia benci matematika.
"Yang sudah silahkan keluar."
Baiklah, selesai. Denting segera mendorong kursinya ke belakang dan segera keluar dari lab komputer. Huh, akhirnya, Denting bisa menghirup oksigen di luar.
"Udah? Ngasal pasti jawabnya." selidik Yuri, teman sebangku Denting yang sudah menunggu di luar lab sedari tadi.
"Pasti lah." kekeh Denting tanpa dosa.
Denting segera menarik tangan Yuri ke kantin, perutnya lapar. Cacing-cacing di perutnya sepertinya sedang mengamuk karena Denting belum sempat sarapan pagi tadi.
"Pesen apa?" Yuri bertanya.
"Samain aja. Yang enak, murah, bikin kenyang." jawab Denting seadanya.
Maklum saja ia tak pernah membawa uang saku lebih dari 10 ribu. Sebenarnya ia selalu diberi 20 ribu oleh ibunya, namun Denting selalu menyisihkan 10 ribu untuk ia tabung demi biaya kuliahnya setelah lulus dari sini.
Setelah mendapat jawaban dari Denting, Yuri mengangguk dan pergi untuk membeli makanan, sementara Denting memilih untuk duduk di salah satu meja.
Kondisi kantin saat ini sangat ramai, semua murid tengah berada di kantin untuk memanfaatkan waktu istirahat yang ada.
Jarang sekali murid di sini membawa bekal dari rumah. Maklum saja Denting bersekolah di sekolah swasta yang diisi oleh anak-anak yang berasal dari kalangan ekonomi kelas menengah ke bawah.
Sebenarnya keluarga Wisesa dan Wisesa sendiri sudah memaksa orang tua Denting agar mau mengijinkan Denting bersekolah di sekolah swasta yang cukup mahal dan akan menanggung seluruh biaya sekolahnya.
Namun orang tua Denting bersih keras menolak tawaran tersebut dengan dalih mereka tidak mau merepotkan keluarga Wisesa.
Drrrd drrrd!
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOKROM
RomanceDi umurnya yang akan menginjak 20 tahun, Wisesa dibuat kebingungan akan budaya dan aturan di keluarganya yang memaksanya menikah di umur 20 tahun. Buta warna total yang ia idap sedari kecil membuat banyak wanita menjauhi Wisesa. Hanya Denting, seora...