"Hai, semua. Namaku Angelina. Salam kenal!" ucapku dengan penuh semangat sembari melambaikan tangan pada setiap orang di koridor ini.
Ini hari pertamaku di sekolahan baru. Mungkin agak lama untuk membiasakan diri dengan kondisi ini. Tapi tidak akan lama mengingat aku yang sekarang sudah kelas 3 SMA. Memang melelahkan untuk berpindah - pindah sekolah. Tapi mau bagaimana lagi, ini semua tuntutan pekerjaan ayahku yang harus pindah - pindah kota. Semoga saja di sini aku juga merasa senang.
"Aduh! Kalau jalan liat - liat, dong!" geramku. Entah darimana datangnya perempuan ini. Penampilannya sangat lusuh, bahkan matanya tidak terlihat karena tertutup rambutnya yang acak-acakan.
"M-Maaf, Kak. Aku engga sengaja" jawabnya lirih.
Aku memperhatikan dia dengan seksama. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, kulitnya sawo matang seperti kebanyakan orang. Aku berbicara dalam hati, "Semoga dia tidak satu kelas denganku."
Bagaimanapun aku harus menjauhi orang ini. Aku tidak mau dekat - dekat dengannya. Melihatnya saja membuatku mual. Aku tidak mau berurusan lagi dengan orang ini.
"Udah, sana! Kali ini aku maafin. Awas kalau nanti kamu nyenggol aku lagi!" ucapku. Aku meninggalkan dia yang sedang tersimpuh di lantai. Walaupun kulihat sikunya berdarah, tak sedikitpun niatan aku membantunya.
"Abaikan saja dia Angelina. Kau harus tampil prima saat hari pertama." Aku mengucapkan itu berulang kali. Aku bergegas pergi ke kelas untuk sekedar menyimpan tasku.
"Hahaha..."
"Suara ini, aku mengenalnya," gumamku. "Sial, mengapa aku harus sekelas dengan perempuan tadi."
Tak henti-hentinya kalimat kutukan keluar dari mulutku, walau hanya lirih, sehingga tidak ada yang menyadarinya.
Aku lihat seseorang menghampiri dia. Apa yang dia lakukan? Mungkin aku hanya perlu melihatnya saja. Tanpa harus terlibat dengan mereka. Adu mulut tak terelakkan dari keduanya. Semakin seru kurasa.
"Aaaa!!!" teriakku histeris. Aku tak menyangka akan melihat kejadian seperti ini. Apa ini? Apakah aku bermimpi? Tidak ini nyata.
Gadis yang menghampiri perempuan aneh tadi berlumuran darah. Baju putih yang ia kenakan berumah menjadi merah. Aku melihatnya memegangi perut sambil terengah-engah menuju keluar kelas.
"Apa yang kalian lihat?" ucap gadis aneh itu sembari mengarahkan pisau yang berlumuran cairan merah kepada mereka.
Perasaanku tak karuan. Aku berteriak . Berlari sambil membawa tasku keluar kelas. Aku masih tidak percaya dengan hal ini. Bagaimana bisa gadis aneh ini menusuk perut teman sekelasnya sendiri. Bagaimana bisa dia membawa pisau itu ke sekolah. Bagaimana bisa ini terjadi di hari pertama aku di sekolah ini.
Pikiran ini seakan berputar-putar di kepala ku. Sakit rasanya. Hingga perlahan-lahan kesadaranku hilang. Aku tergeletak di koridor kelas ini.