Chapter Four

102 11 1
                                    


Happy Reading...📖📖📖

-

-

-

-

-

* * * * *

Gracio berjalan santai memasuki teras rumah yang selama ini ia tempati. Jam sudah menunjukkan pukul 22.47 dan ia baru saja pulang setelah berkumpul bersama semua anggota Darkers, bahkan seragam sekolah masih melekat di badannya.

Dan dengan santai juga ia membuka pintu rumah berwana coklat keemasan itu. Seperti biasa ia selalu memasang earphone di telinganya. Keadaan di dalam rumah memang sudah gelap karena semua lampu telah di matikan.

Gracio berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, baru di anak tangga ke kedua, ia terkesiap dengan keadaan yang tiba-tiba terang.

" Bagus "

Gracio tidak memperdulikan suara berat itu, ia kembali menaiki anak tangga dengan sedikit bersenandung.

" Gracio " Teriak Sang Papa dengan penuh emosi.

Gracio memejamkan matanya sejenak, menghela sedikit nafasnya. Setelah itu ia membuka matanya kembali. Dengan santai, ia berbalik lalu berjalan menuju ruang tamu tempat sang papa berdiri dengan emosinya.

Plak!!

Satu tamparan keras melayang dipipi Gracio hingga membuat pipi laki-laki itu memerah. Gracio menatap sang papa dengan raut datar nya, raut yang jarang ditunjukkan di depan umum.

" Mau jadi apa kamu, selalu bolos sekolah, suka balap-balapan ngak jelas, pulang tengah malam " Ucap Harlan menatanya dengan tajam.

" Itu semua bukan urusan papa, dan sejak kapan papa peduli dengan urusan cio " Ucap Gracio masih dengan wajah datarnya.

Harlan tertawa sinis." Memang benar itu bukan urusan papa, kamu fikir papa peduli dengan kamu? Papa peduli dengan reputasi papa "

Gracio mengangguk, raut wajahnya terlihat santai kembali. "Oh " balasnya.

" Kamu selalu saja membuat papa malu! Coba seperti Anrez, berprestasi, punya sopan santun, pandai memilih teman, tidak pernah membuat papa malu! Sedangkan kamu? Cih! " Ucap Harlan berdecih yang dibalas pula oleh Gracio.

" Penting banget yah Cio ikutin mau papa " Ucap Gracio tersenyum meremehkan melihat papanya yang terlihat sedang menahan amarah.

Harlan menatapnya tajam Gracio.
" Gak pernah diajarin sopan santun kamu? Selalu menjawab omongan orang tua "

Gracio mengernyit, kemudian tertawa miris." Cio gini juga gara-gara papa, coba papa dulu ngak selingkuhin mama, pasti mama masih ada di sini "

" Dan papa coba tanya sama diri Papa sendiri, pernah ngak ajarin Cio sopan santun? Seingat Cio sih ngak pernah yah! Yang Cio dapet dari perlakuan Papa cuma kekerasan " Tambahnya pelan.

Let It Be Love ❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang