12 - Dignitate

1.9K 231 55
                                    

"Gengsi; satu kata yang membuatku menahan hati ini agar tak jatuh lagi padamu."

***

Sudah dua minggu lebih Michelle menjalani hari-harinya di stase bedah. Pada minggu pertama, Michelle belajar banyak hal baru dalam hidupnya. Meskipun dia kini telah menjadi sarjana kedokteran, dia tetap merasa tidak percaya diri karena ilmu yang dia miliki belum begitu banyak. Terkadang dia masih belum bisa memahami percakapan antar sesama dokter di rumah sakit ini. Namun ketidaktahuannya lah yang membuatnya semakin semangat dan semakin giat lagi untuk mempelajari ilmu medis.

Pada minggu kedua, Michelle mulai bisa beradaptasi dan merasa nyaman dalam lingkungan barunya. Michelle mulai memahami setiap instruksi yang dokter maupun residen berikan kepadanya. Namun, semakin hari terasa semakin berat karena semakin banyak hal-hal yang perlu dia pelajari di stase ini, semakin banyak tugas-tugas yang harus dia kerjakan di stase ini.

Di minggu ini, kelompok jaga paginya mendapatkan giliran untuk bertugas di ruang operasi. Michelle senang karena dia satu kelompok dengan teman-temannya yang cukup akrab dengannya. Michelle juga bahkan satu kelompok dengan Sarah, teman terdekatnya dalam pendidikan kedokteran. 

Pagi ini langit terlihat cukup cerah, cuaca kali ini membuat Michelle semakin bersemangat menjalani operasi besar bersama dokter Franklin . Operasi hari ini cukup memakan waktu lama karena letak organnya yang cukup dalam di tubuh pasien. Operasi kali ini cukup menegangkan bagi Michelle karena jantung merupakan organ yang sangat vital, satu kesalahan kecil dalam operasi ini tak bisa ditoleransi karena akan sangat berdampak kedepannya.

Michelle senang karena dia belajar banyak hal dari operasi ini. Dokter Franklin juga memberikannya kesempatan untuk menjahit dada pasien tersebut. Sejujurnya Michelle cukup gugup karena tindakannya barusan dilihat oleh seluruh teman sekelompoknya. Dia takut akan terkena omelan dokter Franklin apabila dia melakukan sebuah kesalahan. Namun ternyata dia malah mendapatkan sebuah pujian atas jahitannya yang sangat rapi.

Setelah menyelesaikan operasi bypass jantung (Coronary Bypass Surgery) selama lima jam, Michelle dan teman-teman sekelompoknya langsung melepas seragam OK (operasi kamar) dan membersihkan dirinya masing-masing. Teman-temannya langsung keluar dari ruangan itu dan bergegas pergi menuju ruang koas untuk menyelesaikan laporan yang sebentar lagi harus dikumpulkan. 

Michelle sudah menyelesaikannya dari malam kemarin sehingga dia bisa bersantai-santai terlebih dahulu sambil membantu para perawat yang sedang bertugas untuk membersihkan dan mensterilkan alat-alat operasi yang barusan digunakan. 

"Chelle gue duluan ke ruang koas yah, gue belum buat laporan," Sarah tampak sangat buru-buru ketika perempuan itu sedang membereskan seragam OK-nya.

"Okee, tar gue kesana," ujar Michelle.

Setelah selesai membersihkan alat-alat operasi, Michelle segera keluar dari ruangan itu. Hari ini Michelle lupa tidak sarapan dan ini sudah hampir jamnya makan siang. Perutnya benar-benar terasa sakit, dia tidak tahu bahwa operasinya akan selama ini. Michelle akhirnya memutuskan untuk mampir ke kantin rumah sakit untuk membeli makanan ringan sebelum pergi ke ruang koas untuk mengganjal perutnya.

Ketika Michelle berbalik setelah membeli sekotak susu stoberi dan roti, dia melihat Anggara yang tampaknya sedang santai di kantin rumah sakit. Tanpa berpikir lebih lanjut, Michelle langsung menghampiri lelaki itu dan duduk dihadapannya. Michelle merasa ini waktu yang tepat untuk menagihnya sebuah penjelasan. Sebuah penjelasan tentang program spesialisnya yang sedang lelaki itu jalani.

"Kak Anggara," sapa Michelle dengan sangat ceria.

Michelle langsung duduk di kursi yang terletak dihadapan Anggara tanpa dipersilahkan terlebih dahulu oleh lelaki itu. Namun yang disapa tidak meliriknya sama sekali, lelaki itu tetap fokus menatap layar ponselnya.

Third Chances (IPA & IPS 3) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang