32 - Batas Garis Pertemanan

1.3K 150 31
                                    

Haii semuanyaa! Gimana kabarnya? Semoga pada baik-baik aja yaa disana

Ohiyaa btw, happy new year yaaa!!
Apapun yang kalian harapkan di tahun 2022 ini semoga terkabul

Semoga trilogi ini juga bisa diterbitin juga, aamiinn

Sebeum mulai baca, seperti biasa aku pingin lihat antusiasme kalian sama cerita inii
Ayooo keluarkan spam #TCHAPPYENDING nyaa buat kalian yang berharap trilogi ini happy ending

SPAM RANDOM COMMENT DISINII!!

Makasii yaaa, met baca oll!!

***

"Posesif dan terlalu peduli itu sama-sama akan berujung pada pengekangan yang menyakitkan."

***

Michelle cukup bahagia setelah bertemu dengan Rifqi dan Roy. Dia tidak menyangka kemarin Rifqi akan mempertemukannya kembali dengan Roy. Perasaannya cukup lega karena ternyata Rifqi menganggap hubungan yang saat ini mereka jalani sudah berada dalam tahap yang serius meskipun pada akhirnya Michelle sedikit khawatir dengan kondisi kesehatan Roy.

Seketika Michelle teringat oleh noda lipstick merah yang ada di belakang kerah baju Rifqi. Michelle yakin itu bukan karena luntur karena cucian. Selain itu, nodanya terlihat baru menempel beberapa jam yang lalu. Michelle mencoba untuk tetap berpikir positif. Namun seluruh upayanya sia-sia, dia tidak bisa melupakan apa yang dia lihat dengan mata kepalanya sendiri.

Michelle jadi teringat satu nama perempuan yang pernah tak sengaja menjumpainya di sebuah kafe. Lisha, seorang mahasiswi dari Presavy University dari fakultas ilmu komunikasi. Tampaknya perempuan itu mempunyai hubungan yang cukup erat dengan Rifqi. Michelle tahu bahwa sejak SMA Rifqi memang dekat dengan banyak perempuan, bahkan lelaki itu kerap dijuliki sebagai seorang playboy. Namun, kali ini Michelle memiliki firasat yang tidak enak dengan perempuan itu.

"Sendirian aja? Lagi ngapain?" Pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Rifan berhasil membuat seluruh lamunan Michelle terbuyarkan.

Rifan baru saja datang menghampirinya di meja resepsionis UGD dengan catatan laporannya di tangan sebelah kanannya itu. Sejujurnya Michelle sedikit terkejut dengan kehadiran lelaki itu. Micheelle tahu betul jadwal Rifan, seharusnya dia ada di ruang operasi sekarang bersama dokter Franklin.

Michelle mengurungkan niatannya untuk menanyakan jadwalnya itu. Dia teringat bahwa dahulu Rifan punya seorang pacar mahasiswa fakultas ilmu komunikasi di Presavy University. Mungkin saja lelaki itu mengenal mahasiswi lainnya dari fakultas tersebut.

"Fan," Panggil Michelle tanpa menghiraukan pertanyaan Rifan sebelumnya.

"Ape Chelle?" Sahut Rifan tanpa melirik lawan bicaranya sama sekali. Lelaki itu terlalu fokus mencatat sebuah laporan di buku tulisnya.

"Pacar lo, eh maksudnya mantan pacar lo anak FIKOM kan? Lo kenal gak sama temen-temennya?" Tanya Michelle sedikit ragu-ragu.

"Beberapa ada sih," jawab Rifan tak yakin. Meskipun dia pernah berpacaran dengan salah satu mahasiswi FIKOM dari Presavy University bukan berarti dia mengenal seluruh mahasiswi dari fakultas tersebut. Rifan bahkan tidak mengenal seluruh rekan sejawatnya atau teman seangkatannya dari fakultas kedokteran.

"Lo kenal Lisha?" Michelle kembali bertanya.

"Lisha itu temen deketnya mantan gue banget," jawab Rifan yang terlihat sangat antusias mendengar pertanyaan dari Michelle.

Third Chances (IPA & IPS 3) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang