chapter 6

1.5K 172 48
                                    

note ; aing minta maaf karena sebelumnya bilang kalau chap ini akan ending, karena kesalahan teknis pada akun lama sehingga perubahan cerita pun terjadi, tapi semoga masih dapat feelnya yaa. dan rencananya aku akan bikin 2 atau 3 chapter(end) saja. terimakasih.




mari dibaca ~








--



Jennie terbungkus selimut dengan kondisi kamar gelap gulita ketika chaeng menerobos masuk kesana , berusaha membangunkan manusia malas tersebut.

"bangun, pemalas. Matahari sudah meninggi tapi kau masih tenggelam diranjangmu." Chaeng menyingkap gorden lalu menghampiri gumpalan selimut. Menarik ujungnya dia menyingkap. "ya ampun, jen. Kau mengerikan sekali."

"apa yang kau lakukan pagi-pagi kemari?" mengabaikan tampilan rambut kusut, serta wajah bengkak jennie bersandar dikepala ranjang.

"aku menelponmu dan mengirim pesan sejak kemarin tapi tidak ada satupun yang kau balas dan ibumu bilang kau mengurung diri dikamar . Ada apa? Ada yang salah, aku khawatir padamu.?" gadis berambut silver itu mendekat, menjatuhkan diri disebelah jennie.

"badanmu bahkan tidak panas," komentar chaeng setelah memeriksa suhu tubuh jennie. Memastikan segala kemungkinan. "ayo tumpahkan , jen. Aku tahu bahwa ada hal besar yang barusaja terjadi.." desaknya.

"aku dan jisoo sudah berakhir. Maksudku kesepakatan kami." Jennie akhirnya memberitahu. Menunduk, dia menghembuskan napas berat. "dan kau benar aku dilema." Ia mengakui.

Setelah kepergiannya dari rumah jisoo malam itu, jennie memikirkan banyak hal lalu mempertanyakan kepada dirinya sendiri kenapa dia masih tidak terima dengan keputusan sepihak jisoo.

Hal itu membuatnya pusing bukan main, alhasil dia uring-uringan.

Dia memberitahu chaeng semua itu.

"apa menurutmu aku tidak waras karena mempermasalahkan hal ini? Aku melakukan ini dan dia membayarku, lalu kami impas. Tapi kenapa aku merasa ada yang hilang dan kenapa bagiku akulah yang paling dirugikan disini." Ungkapnya. Sementara chaeng masih mendengarkan jennie dengan seksama.

"apa uangnya kurang? Itukah yang kau maksud." sela chaeng. Sebisa mungkin menghindari dari nada menyinggung.

Jennie mendelik, "tidak. Bukan itu masalahnya. Bahkan aku melakukannya dengan sepenuh hati. " Dia membantah berdasarkan fakta.

"disitulah letak masalahnya, jennie. kau bilang kau melakukannya dengan sepenuh hati dan kau tidak ingin dibayar dengan uang melainkan dengan hati pula." Chaeng coba berpendapat.

Jennie menggeleng dan hampir tertawa. "apa yang coba kau katakan. Jangan mengada-ngada." Dia mendorong dirinya bangun dan berdiri , kurang setuju pada pendapat chaeng.

"kau menyukai, jisoo. Bukan?"

"what? No. "

"berhenti menyangkal. Wajahmu mengatkan itu semua."serbu chaeng. Sangat yakin akan pendapatnya sendiri. "aku bahkan sudah yakin hal ini bakal terjadi."

"maksudmu ji-soo,kan ?" jennie meralat.

"tidak, jisoo putrinya tante dara yang kau habiskan waktu dengannya dalam dua bulan terakhir. Sejak kau dengannya kau tidak pernah lagi mengeluhkan tentang ji-soo, sebaliknya hanya jisoo yang kau bicarakan." Jelas chaeng menegaskan.

"itu tidak bisa disimpulkan bahwa aku menyukainya, chaeng. Aku hanya mencoba menjadi temannya. Itu saja. Lagipula aku masih bersama ji-soo, mustahil itu terjadi."

Si chipmunk memutar mata atas ucapan jennie, bagaimana membuat gadis itu mengerti. "lalu apa yang membuatmu merasa dirugikan disini? Waktumu kah? Tenagamu kah...atau?"

"aniyo. Aku-aku khawatir dan hanya ingin tahu keadaan tante dara. bagaimana nanti kalau dia mencariku, dan bagaimana jika sakit kepalanya kambuh." Jennie mengelak dan memberikan alasan yang masuk akal. " aku sudah terlanjur perduli padanya, chaeng."

" Bohong."

jennie menarik napas panjang.

chaeng tahu jennie hanya berusaha menepis sesuatu. dia lebih memilih tidak ingin menekannya. Sebaliknya dia berkata.

"tidak ada yang bisa membantumu melewati dilema selain kau harus jujur pada diri sendiri dan tanya apa yang sesungguhnya hatimu inginkan."

Secara naluriah hal itu mengantarnya jennie pada momen ditaman waktu itu.

Dimana jisoo menciumnya dan dia bahkan tidak menarik diri.

Flashback

"aww." jennie meringis ketika jari jisoo menyentuh salah satu lukanya. Sentuhan itu membuat rasa nyilu berubah menjadi panas yang membakar merayap keseluruh bagian tubuhnya. Ini tidak baik untuk kebaikan dirinya. Bagaimana bisa.

Secara alami jennie membawa tangan keatas dan mendorong ujung kaos mengusap keringat didahi wanita didiepannya. Dia berkeringat sangat banyak, tapi anehnya itu terlihat sexy.
Pikiran macam apa itu batin jennie.

Pandangan keduanya pun bertemu. Demi tuhan jennie isa bersumpah tatapan jisoo melelhkannya. kenapa dia memandangku seperti itu?

Dan,

Napasnya tersangkut saat merasakan jisoo semakin dekat. Tatapannya jatuh ke bibir sebelum menutup matanya, jennie tahu gerakan itu. Dia pun melakukan hal yang sama. Bibir mereka pun bersatu dan bergerak sempurna.

jennie dan jisoo pernah berciuman sebelumnya, tapi hanya ketidaksengajaan sehingga tidak berarti apa-apa. Tapi untuk kali ini berbeda.

Ciuman itu seolah bentuk ungkapan hati jisoo pada yang lebih muda, sehingga keduanya kewalahan karena merasakan banyak cinta disana.

Flashback end

Oh....My BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang