Bab.5 Rasa

572 62 6
                                    

"Jangan sampai penyesalan dan air mata berjalan beriringan.
Kamu tidak harus menderita
Hanya karena terluka."

- Shofa -

Membosankan. Aku melemparkan kartu nama pemberian Dewa. Lelaki itu tidak sedingin yang dibayangkan olehku. Aku menjadi bimbang, harus melanjutkan atau menyudahi permainan. Ini menjadi membosankan apabila Dewa mudah didapat. Tidak akan ada yang menyenangkan saat seorang lelaki mudah dikejar. Aku ingat, perjuanganku untuk bisa bersama Rio. Kami membutuhkan waktu yang lama untuk menyatakan perasaan dan saling mencintai. Walaupun hanya butuh waktu singkat dan sangat cepat untuk dia berubah pikiran dan mencampakkanku.

Seseorang yang mudah didapat, juga akan mudah berkhianat. Teman SMP-ku pernah berkata begitu. Menurutku, itu pemikiran yang benar. Meskipun dalam kasusku, Rio, melakukan hal sebaliknya dari perkataan itu. Dia tidak mudah dimiliki, tapi mudah mengkhianati. Apapun alasannya, perselingkuhan adalah jalur tercepat seorang penghianat dalam cinta.

Dasar keparat. Semua gara-gara perempuan laknat bernama Ayu Sasi. Semakin aku mengingatnya, aku semakin merasa kesal dan marah. Akan tetapi, mungkin benar yang Nadia katakan. Permainan balas dendam ini hanya akan menghabiskan waktu dan tenaga saja, tiada guna. Percuma. Mungkin, hanya perlu melupakan semua ini dan memulai hidupku yang baru? Tidak. Aku rasa permainan belum usai. Kisah cintaku belum kandas, lantas, untuk apa memutuskan kalau hubunganku dan Rio tidak baik-baik saja? Kami belum putus.

"Kamu gila, Shof."

Tiba-tiba aku teringat perkataan Nadia. Aku kira Nadia benar. Aku mungkin sudah gila.

"Kamu akan berpura-pura tidak tahu apa-apa dan membiarkan bajingan itu berbahagia dengan selingkuhannya saat dia masih menjadi pacarmu? Aku lebih suka melihatmu mengamuk daripada menjadi cewek bego!"

Nadia benar lagi. Jika dipikirkan ulang, semua ini memang salahku. Aku terlalu mencintai lelaki yang tidak pantas untuk dicintai. Namun, aku tidak mau melepaskannya. Meski rumit, aku ingin mempertahankan hubungan kami sampai aku berkata semua sudah usai. Dia tidak boleh menghentikan hubungan kami. Hanya aku yang boleh. Dia tidak berhak! Apalagi perempuan laknat itu. Never.

"Kita bukan anak remaja, Shof. Kita sudah dewasa, sebentar lagi kamu bahkan akan mendapatkan gelar sarjana. Jadi, labrak saja mereka lalu putuskan dia di depan semua orang sampai Rio malu dan tidak memiliki muka lagi. Kamu tidak harus menderita karena hubungan cinta yang sudah lama kandas. Kisah cinta kalian sudah pupus, perasaan kalian sudah tidak sa..."

"Aku mencintainya, dia pun harus! Harus begitu. Aku tidak mau tahu!" Aku mengepalkan tangan kuat-kuat. Aku tidak mau mengakuinya. Cinta kami dipupuk dan disirami setiap hari, bagaimana mungkin bisa layu dan mati begitu saja? Semua karena si gulma, wanita itu, dia harus disingkirkan agar Rio kembali melihatku. Dengan begitu, dia akan mencintaiku seperti dulu. Aku harus merebut Rio dari perempuan itu sekali lagi. Harus!

"Aku tahu apa yang akan kamu lakukan dan pikirkan, tapi hentikan saja. Jadi, lupakan saja apapun yang ada di otakmu sekarang. Soal Dewa, bagaimana? Kamu juga ingin melupakannya? Bukankah kamu mendaftar magang di perusahaan tempat dia bekerja? Kamu lupa?" Nadia mengatakan hal-hal yang membuatku semakin tidak bersemangat. Dewa adalah rencana yang tidak ingin aku ingat.

"Dia tidak menarik, mudah didapat," jawabku membuat Nadia mengerutkan kening.

"Heh? Sadarkan dirimu, Shof. Kamu mau menarik perhatiannya untuk balas dendam, kenapa malah berpikir  mudah didapat atau nggak? Apa itu penting? Ingat ya, kamu tidak boleh memacarinya. Kamu itu sudah punya pacar. Kalau niatmu begitu, putuskan saja Rio lalu gebet Dewa. Itu lebih simple kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOT ME NOT ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang