Hiruk pikuk orang-orang yang tengah makan di kantin membuat suara mereka layaknya seekor lebah. Cepat-cepat aku menghabisi makananku yang tinggal sedikit. Berada di sini hampir membuatku gila pada pria setengah Canada itu.
"Jauh-jauh sana, Mark!" kesalku pada Mark. Entah pria itu sedikit tidak waras atau apa, dia sedari tadi menatapku dan tidak kunjung pergi.
"Lucu," ucapnya lalu tersenyum kecil. Apa-apaan itu? Apa dia menyukaiku? Hoho, jika benar, habis sudah aku dilabrak gadis-gadis yang menyukainya.
Aku terus makan sampai akhirnya makananku habis. Aku beranjak dari sana tanpa memperdulikan Mark yang terus-menerus memanggil namaku.
"Jiran!!" teriaknya.
Aku tidak mengerti ada apa dengan Mark. Jika dia memang menyukaiku setidaknya di paham dengan konsekuensi apa yang akan aku dapatkan jika berdekatan dengannya. Aku tahu Mark paham tapi pria itu saja yang acuh.
Aku kembali mengabaikannya dan berjalan menjauh darinya. Tatapan sinis para gadis-gadis itu membuatku risih.
"Jiran, sini!" panggil temanku. Yuqi, gadis pendiam dan kaku. Aku sama sepertinya tapi kayaknya dia lebih pendiam.
"Kenapa, Yuq?"
"Liat orang main bola"
"Liat orang main bola atau liat Jaemin?" dan Yuqi tersipu malu. Ah, ternyata si gadis pendiam dan kaku ini juga bisa merasakan jatuh cinta. Buktinya dia menyukai Jaemin yang sering menggonta-ganti pasangan.
"Ya udah," aku duduk di sampingnya. Melihat beberapa orang bermain bola di sana. "Kamu udah makan?" tanyaku pada Yuqi.
Dia menggeleng pelan, "belum. Abis nonton ini aku bakalan makan kok!"
"Makan enggak, bel masuk bunyi iya," dia tertawa kecil. Aku mencebik. "Tunggu sini, aku beliin roti buat kamu"
Aku beranjak dari dudukku, meninggalkan Yuqi yang masih setia melihat Jaemin bermain bola. Sangat disayangkan, gadis lugu itu harus menyukai pria seperti Jaemin.
Setelah membeli roti dan air minum untuk Yuqi, aku kembali. Kulihat para siswi-siswi mengerubungi ketiga pria tampan dan idola mereka itu.
Lee Haechan
Na Jaemin
Lee Jeno
Mereka baru selesai bermain bola dan mataku tak sengaja berkontak dengan mata Haechan yang sedang mengelap leher dan wajahnya yang basah karena keringat.
Dia menghampiriku dengan wajah datarnya, sesekali smirk muncul di wajahnya. Mengerikan.
"Fans baru gue, ya?" Haechan mengambil air minum sekaligus roti yang kupegang. "Thanks, semoga lo betah ngehaluin gue jadi pacar lo," lalu pria itu melongos pergi begitu saja dengan membawa makanan yang kubeli untuk Yuqi.
Apa katanya tadi? Fans?
"Heh sinting!!" panggilku. Haechan berhenti melangkah dan kembali menoleh dengan roti di mulutnya.
Aku menghampirinya, "denger ya. Aku bukan fans kamu dan aku juga gak suka sama kamu, jadi balikin roti sama air minum yang aku beli!!" pintaku memaksa.
Haechan masih terdiam lalu mengeluarkan roti yang ia kunyah, "tuh rotinya," ucapnya yang membuatku ingin memukul rahang tegasnya itu. "ck, gausah malu buat ngaku kalo lo emang fans gue. Lo bakal gue terima kok"
"Jadi fans kamu? Cih, gak sudi!"
"Oh ya? Kalo gitu biarin gue jadi fans lo," bisiknya tepat di telingaku.
YOU ARE READING
chaotic, lee haechan
Short Storysejak kejadian itu, Haechan selalu membuat Jiran kesal dengan kelakuannya.