Peltok-tok-pletok, suara permen karet yang pecah di mulut seorang gadis yang baru keluar dari pintu exit bandara sambil menyeret koper sedang dengan tangan kanannya. Gadis yang menggunakan kaos berwarna putih yang di susun dengan kemeja kotak-kotak lengan panjang yang telah di gulung sampai mencapai sikunya dan hot pant yang menampilkan kaki putih mulus gadis itu dan berbalutkan sepatu vans bermotif bendera Amerika, tak lupa topi berwarna abu-abu juga bertengger manis di kepalanya. Mata di balik sunglasses yang dikenakannya tengah sibuk celingak-celinguk tak jelas, entah sedang mencari siapa. Padahal dirinya tahu pasti bahwa tak ada satu orangpun yang menjemputnya, karena dirinya memang sendirian.
Kakinya melangkah panjang-panjang sambil kembali memecahkan permen karet berwarna pink di dalam mulutnya pletok-tok-pletok, beberapa kali dirinya ingin membuat balon dari permen itu tapi tak juga bisa, oleh sebab itu suara nyaring permen karet pecah kembali terdengar dari mulutnya.
"Mending gue ngopi dulu ah." Batinnya sambil melangkah menuju salah satu cafe di area bandara.
Setelah menemukan tempat duduk yang pas, koper yang di seretnya tadi langsung di letakkan di samping tempat duduk yang di pilihnya, setelah sebelumnya memesan kopi kesukaannya dari tempat pemesanan.
"Gue langsung ke alamat itu apa ke rumah dulu ya?" Batinya kini bertanya, sambil jari-jari mungilnya bermain-main di atas layar ponsel miliknya.
"Miss Edel." Panggil pelayan cafe tersebut karena pesanannya sudah selesai. Kembali gadis yang bernama Edel itu duduk di tempatnya semula sambil menyeruput kopi pesanannya. Kaca mata yang di kenakanmya tadi kini bertengger manis di kaos gadis itu.
"Iya, udah kok. Niy gue lagi di bandara, pesawat yang di tumpangi barusan lepas landas.. Iya gue ngerti, oke. Ntar lagi gue balik, gue lagi di Starbuck mau ngopi dulu." Suara bass khas cowok terdengar sangat jelas di telinga Edel. Membuat gadis itu menoleh ke arah kiri dan mendapati seorang pemuda yang cukup tinggi ketika dia duduk sedang berbicara lewat ponselnya. Edel sedikit memperhatikan cowok itu, lumayan tampan dengan rambut pendek yang di bentuk spiky, menggunakan kaos berwarna hitam dan celana jeans serta sepatu converse merah. Kacamata hitam bertengger manis di atas hidungnya membuat cowok itu terlihat semakin mempesona.
Tapi semua itu langsung lenyap setelah Edel melirik jam yang melingkar di tangan kanannya yang telah menunjukkan pukul tiga sore. Segara dia berdiri, memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya dan meraih gagang koper dengan tangan kanannya serta minumannya di tangan kiri. Entah karena salah melangkah atau apa, tiba-tiba saja gadis itu terhuyung kedepan dan tangannya yang memegang minumannya itu menyambar bahu seseorang dan alhasil separuh minumannya tumpah di baju orang tersebut.
"Oh my God, maaf gue gak sengaja." Katanya setelah berhasil berdiri dengan sempurna sambil membungkukkan badannya. Tapi orang yang dimintai maaf malah menatap murka kearahnya.
"Waduh mampus gue, dia bakalan ngamuk." Batin Edel ketika sekilas menatap wajah cowok yang terkena siraman minumannya.
Menatap tajam gadis di hadapannya itu sambil memperhatikan wajah gadis itu tanpa berkata apa-apa, kemudian beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Edel yang menatap heran.
"Kampret tuh orang, songong banget sih. Gue kan gak sengaja, udah gue minta maaf lagi. Malah ngeloyor pergi gitu aja." Umpat Edel jengkel.
Akhirnya gelas plastik berisi separuh minumannya yang tersisa di letakkan kembali ke meja tempatnya tadi dan langsung menyeret kembali kopernya serta keluar dari tempat itu.
***
"Maaf neng, sepertinya ini alamatnya. Gak salah lagi." Ucapan sang supir taxi menyadarkan Edel yang tengah menatap secarik kertas di tangannya.