The Mission

21K 216 2
                                    

rupanya kali ini alam serasa mendukung sekaligus tidak menyetujui misi-nya.

Ia sempat beberapa kali salah bus yang membuatnya sampai tujuan jam 1 malam dan masih harus berjalan kaki sambil di guyur hujan lebat yang membuatnya cukup kedinginan.

tapi karena hujan tersebut jugalah, ia dapat berpenampilan lebih sensual dengan menampakan kulit dan dalamannya di balik baju yang sudah tembus pandang terkena air.

"bagus juga seleranya" ucap gadis itu sambil memandangi keseluruhan rumah calon ayah tiri-nya ini. tapi masih membuatnya tak habis pikir kenapa harus membeli rumah yang letaknya jauh di pinggir kota.

Mandala Kevvinski Saputra.

nama yang terpampang di satu piagam penghargaan horse-riding yang ada di deretan meja nya.

"berarti ia mahir menunggang kuda" pikirnya kotor sembari membayangkan kemungkinan yang akan terjadi setelah ini.

begitu ia mendengar langkah kaki mendekat, dengan buru-buru ia lepaskan dua kancing baju atasnya agar lebih mudah memperlihatkan buah dada molek-nya.

"pakailah handuk ini dan minumlah coklat ini selagi hangat"

manis sekali.

"terimakasih...om" ucapnya selagi ia menunduk untuk meniup coklat panasnya di atas meja, sengaja menggoda dan memperlihatkan hasil dari kancing yang ia buka tadi.

bohong jika Mandala tidak tergoda. mati-matian ia menjaga agar dirinya tidak terlalu kentara. sampai ia juga membuat kopi untuk dirinya sendiri agar ia tetap terjaga dan waras.

bagaimana bisa seorang gadis cantik muncul di hadapannya dengan kondisi seperti itu.

"kenapa kau kesini selarut ini?" tanya nya penasaran.

"ah... aku tadi sedang berkunjung ke rumah teman dan sepertinya salah naik bus.. karena kulihat di internet lokasi nya dekat dengan rumah om Karen memutuskan untuk kesini" bohongnya.

"apakah karen mengganggu om tengah malam datang kesini?" ucapnya sambil memperlihatkan wajah memelasnya.

"t--tidak sama sekali"

bagus.

"apa kau mau ku telfonkan taksi?"

sialan.

"JANGAN! m--maksudku aku tidak berani tengah malam..."

tidak tega juga jika dipikir-pikir Mandala.

"apakah aku boleh menginap disini..om?"

"ehh?"

"lagipula besok kita bisa ke arah kota bersama untuk melaksanakan fitting baju kan?"

mau tidak mau Mandala meng-iyakan permintaan gadis yang nantinya akan menjadi anak tiri-nya.

"baiklah, segera habiskan minumanmu, mandi, lalu segera beristirahat. akan om siapkan tempat tidurmu"

"terima kasih banyak om---ehhh"

sengaja karen mendekat dan pura-pura tersandung, membuat coklat yang ia pegang kini tumpah di baju dan celana Mandala.

"om maafkan karen... aduh" ucapnya segera sambil sibuk menyentuh baju dan celana Mandala yang basah dan mencoba mengusap-usapnya dengan telapak tangan, seolah bisa menghilangkan noda tersebut.

"bi---ahhh---biarkan saja karen"

tentu saja Mandala mengerang begitu perut dan bagian vitalnya di gerayangi oleh tangan mungil ini dengan santai. terlebih kini ia bisa melihat dada Karen lebih dekat, apalagi ketika ia mencoba menunduk dan mengusapi celananya.

Knock Knock (ONESHOT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang