Aku kembali membawa cerita baru, jangan lupa votement kalau kalian suka cerita ini ya!!!
Tiya zeevana maulida, seorang muslimah yang bekerja sebagai guru agama di SMA Merdeka 02. Selain mengajar di sekolah, ia juga aktif mengajar anak-anak mengaji di masjid yang tidak begitu jauh dari rumahnya.
Tiya tinggal bersama adik laki-lakinya yang masih kuliah. Semua kebutuhan hidup mereka berdua, biaya kuliah, uang jajan adik, Tiya yang menanggung.
Yuta lakeswara renjana, adik Tiya satu-satunya yang punya sifat tidak tahu diri. Baru saja dibelikan motor, sekarang malah minta dibelikan ponsel baru.
Tiya ngurut keningnya. "Kakak belum gajian, Yut."
"Gak mau tau, besok gua udah ujian dan harus pakai hape!" desak Yuta.
"Yaudah, pakai hape kakak dulu--"
"Ogah! Makanya Kakak kerja lagi yang giat, biar banyak duit!" Yuta pergi ke kamarnya lalu membanting pintu.
Tiya mengelus dada. "Astaghfirullahalazhim," gumamnya disusul helaan napas berat.
Demi membeli ponsel untuk sang adik, Tiya pun harus menggadaikan motor yang biasa ia pakai kerja. Uang sudah ada, dan ponsel sudah terbeli. Tiya pulang dengan wajah sumringah, yang penting adiknya bahagia, kan? Hanya Yuta yang ia punya setelah kecelakaan hebat yang merenggut nyawa kedua orang tua mereka. Tiya selalu mengutamakan sang adik ketimbang dirinya sendiri.
Sementara di sisi lain, Yuta sedang berada di sirkuit, balap motor lagi.
"Setahu gua, dia punya kakak cewek yang cantik," bisik pria pada temannya yang menantang Yuta balapan.
Ia adalah Jeffry ravandra ivander, anak tunggal dari keluarga Ivander, ayahnya merupakan pemilik perusahaan ternama. Ia tinggal sendiri di salah satu apartemen termahal dan kuliah di Jakarta, sedangkan orang tuanya menetap di Bogor.
Jeffry tersenyum miring. "Kalau lo kalah, taruhannya apa? Gua enggak mau kalau cuma motor butut lo itu." ujarnya angkuh.
"Gua--" Yuta bingung, apa yang akan di pertaruhkan kalau ia kalah balapan kali ini?
"Ah, lo punya kakak, kan? Gimana kalau dia yang jadi bahan taruhannya? Kalau gua menang, kakak lo bakal tinggal bareng gua sebulan," ujar Jeffry lagi sembari melipat tangan di depan dada.
"Anjing! Kakak gua bukan barang yang bisa dipertaruhin!" Yuta emosi.
"Yaaa... kalau enggak mau, siap-siap aja lo sekarat gua hajar dan motor lo gua ambil."
Yuta terdiam, agak menyesal karena menyetujui balapan motor kali ini. Sekurang ajarnya dia, tidak pernah sekalipun terpikirkan untuk menjadikan sang kakak sebagai bahan taruhan.
"Tenang, gak bakal gua apa-apain, paling cuma gua jadiin babu," lanjut Jeffry.
Gua harus menang- Begitu kata hati Yuta, dia harus mengalahkan Jeffry kali ini.
"Gimana? Deal?" tanya Jeffry.
Yuta langsung mengangguk. "Deal."
Balapan liar itupun berlangsung beberapa menit, setelah tiga kali putaran Jeffry selalu unggul. Yuta mendengus kasar, ia kalah.
ooOoo
Tiya baru sampai rumah dengan wajah sumringah, ia akan memberikan ponsel baru yang sudah ia beli untuk Yuta. Di depan rumah, terparkir dua motor. Satunya motor Yuta, satunya lagi entahlah, Tiya baru melihatnya.
"Assalamualaikum," ucap Tiya sembari melangkah masuk ke dalam rumah.
Bukan jawaban salam yang di dapat, melainkan kalimat, "Mulai hari ini, Kakak ikut dia."

KAMU SEDANG MEMBACA
From Bet to Love ✓ (BELUM DIREVISI)
أدب الهواةMOHON MAAF TULISANNYA MASIH BERANYAKAN KARENA BELUM DIREVISI. Tiya yang merupakan seorang guru agama, dijadikan bahan taruhan oleh adiknya sendiri saat hendak balapan liar. Karena adiknya kalah, ia harus tinggal di apartemen bersama seorang mahasisw...