9: Pingsan

126 13 99
                                    

Mrs Nuri menjerit histeris melihat Aksha yang hilang kesadaran. Dengan tangan bergetar, ia menghubungi Miss Mawar melalui panggilan telepon.

"Cepat, ke ruanganku sekarang!" pekiknya.

Wanita yang dipanggil tanpa sempat bertanya apa yang terjadi karena Mrs Nuri langsung mengakhiri panggilan itu, ikut terkejut melihat punggung seorang gadis yang pingsan di lantai kantor kepala jurusan. Miss Mawar sempat bingung harus melakukan apa terlebih dahulu. Mengangkat gadis itu atau menenangkan temannya yang terlihat menggigil dengan tatapan ketakutan.

Melihat wajah gadis itu, Miss Mawar langsung mengingat teman akrabnya, yang tak lain adalah komisaris tertinggi kelas Pendidikan Bahasa Inggris-2 semester 6. Karena sadar ia tak akan mampu mengangkat bobot gadis itu sendirian, ia memutuskan untuk menenangkan sahabatnya sendiri terlebih dahulu sembari menunggu Faurish masuk ke ruangan ini.

Miss Mawar mendekap tubuh Mrs Nuri, menyapu-nyapu bahu hingga punggung sahabatnya itu agar lebih tenang. Ia kemudian menuntun wanita itu kembali ke tempat duduknya semula.

Pintu ruangan terbuka. Sama seperti Miss Mawar, Faurish juga syok melihat temannya dalam keadaan tak sadar diri di dekat meja kepala jurusan. Tak berpikir lama, ia langsung bersimpuh di hadapan Aksha, mendudukkan gadis itu untuk merapikan bagian bawah pakaiannya, lalu mengangkat tubuhnya.

"Kamu bisa angkat dia sendirian?" tanya Miss Mawar.

Faurish mengangguk. "Bisa, Miss."

"Bawa ke ruangan saya saja. Baringkan dia di sofa," perintah Miss Mawar, karena jika dibawa ke unit kesehatan kampus terlalu jauh. Ia mengikuti Faurish ke ruangannya, membantu laki-laki itu membawakan tasnya dan milik Aksha.

Dosen mata kuliah Quantitative Research mereka ini membukakan pintu ruangan Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Seusai Faurish membaringkan tubuh Aksha di atas sofa, Miss Mawar menyelimutinya dengan kain yang diambilnya dari dalam lemari.

Masih memperhatikan sahabatnya dengan perasaan khawatir, Faurish bertanya, "Aksha kenapa, Miss?"

Miss Mawar mengangkat bahu. "Saya sendiri juga enggak tahu teman kamu kenapa. Tadi Miss Nuri cuma memanggil saya ke kantor jurusan waktu dia sudah pingsan." Ia menyapukan minyak telon dari telunjuknya ke depan hidung Aksha, kemudian memegang dahi gadis itu memeriksa suhu tubuhnya.

Wanita berambut panjang bergelombang itu lalu meletakkan punggung tangannya ke keningnya sendiri untuk membandingkan panas badan Aksha dengan dirinya. "Badannya agak hangat," jelas Miss Mawar. "Biarkan dia istirahat dulu di sini. Saya mau melihat Miss Nuri lagi, dia masih ketakutan. Kalau Aksha sudah sadar, kamu antarkan saja dia pulang."

"Tapi, siang ini kami ada jadwal masuk, Miss," ucap Faurish.

Sekretaris Jurusan itu menghentikan langkahnya sejenak dan kembali berbalik ke arah Faurish. "Siapa dosennya?"

"Sir Usman, Miss," singkat pemuda beralis tebal itu.

Miss Mawar menepuk pelan bahu Faurish. "Oke, tenang saja. Saya yang akan atur mengenai absensi kalian. Yang penting teman kamu baik-baik saja."

Faurish tersenyum singkat. "Thank you, Miss."

Sebelum beranjak dari tempat itu, Miss Mawar meletakkan minyak telon ke atas meja di dekat sofa. "Kunci pintu cadangan ada di atas meja. Kamu cari saja nanti di dekat laptop saya, ya. Pintu saya kunci dari luar supaya enggak ada yang masuk-masuk ruangan ini sampai Aksha sadar."

Begitu Miss Mawar keluar dari ruangannya, Faurish kembali memakukan pandangannya ke wajah Aksha. Ia membaluri lengan Aksha, dari telapak tangan hingga sikunya, dengan minyak telon yang ditinggalkan Miss Mawar. Berulang-ulang ia meletakkan punggung tangannya ke kening Aksha.

KAMAR 21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang