hyunjin bangkit setelah telur di atas piringnya tandas. ia mencuci piring, kemudian sebuah objek mungil di samping sabun cuci piring menarik perhatiannya.
setelah meletakkan piring bersih di tempatnya, hyunjin mengambil benda itu.
itu cincin,
milik felix.
Kau datang tak kala sinar senjaku telah redup
Dan pamit ketika purnamaku penuh seutuhnya
Kau yang singgah tapi tak sungguh
Kau yang singgah tapi tak sungguh
suara lembut penyanyi dari lagu yang tengah terputar kini menguasai ruang rungu hyunjin.
*
"aduh, ga lagi-lagi nyobain cincin kamu deh." hyunjin mengibaskan tangan setelah berusaha keras melepas cincin felix dari jarinya. dia menghabiskan waktu sekitar 15 menit terakhir di bak cuci piring dapur.
tadi ia iseng. untung sekarang sudah bisa lepas.
felix tidak memberi tanggapan.
"ini. makasih ya." hyunjin mengembalikan cincin milik felix.
"kamu ... kamu masih sama sooyeong ya?"
hyunjin tertegun mendengar pertanyaan itu.
"ah, maaf. tadi dia nelpon waktu kamu sibuk lepas cincin. dia ngehubungin kamu perihal janji makan malam sama orang tua dia." felix menerima benda yang diulurkan hyunjin.
"ummm ..." hyunjin tidak menjawab.
"gapapa. memang sulit kok jin, being openly ... you know, kayak aku."
"felix."
"kamu masih sayang kan sama dia?" tanya felix.
"aku ......."
felix tidak menuntut. dia hanya diam, menunggu jawaban hyunjin.
"aku ..." hyunjin mendadak merasa skeptis terhadap dirinya sendiri.
"hyunjin," panggil felix, "dia sayang kamu. kamu nggak seharusnya main-main sama hati dia."
hyunjin menggeleng, menundukkan kepala, kemudian menduduki sofa. felix berlutut di sampingnya.
felix menghela napas. "aku ... aku memang harusnya sejak awal ga terlibat di antara kalian, jadi pengganggu di antara kamu sama gadis itu. aku sejak awal harusnya nggak temenin kamu tiap malam. aku yang salah. aku harusnya tau kamu sama sooyeong masih bersama. tapi, aku yang didorong kemauan aku sendiri malah tiap malam datang ke sini —"
"karena aku yang ajak."
felix terdiam. dia kemudian menggeleng, merasa bersalah apabila hyunjin, orang yang dia cintai terlalu dalam itu merasa bersalah sendirian. hatinya terlalu lembut untuk menuding hyunjin sebagai pelaku yang memulai awal dari ini semua.
"hyunjin," desah felix, "aku tau kamu bakal kesulitan bertahan di masyarakat kalo kamu terbuka kayak aku. kamu orang yang dicintai banyak orang, jadi andalan semua orang, maka dari itu aku paham ada image yang harus kamu lindungi." tangan felix terulur untuk mengelus lembut sisi kepala hyunjin. "tapi ga seharusnya kamu gunain sooyeong. sooyeong orang yang baik."
hyunjin tidak menjawab apa-apa. felix melanjutkan kalimatnya.
"mulai sekarang aku bakal pergi. aku ga bakal masuk lagi ke kehidupan kalian. lalu, kamu bisa pertimbangin perasaan kamu sendiri. aku yakin kamu masih beneran sayang sama dia."
"felix." hyunjin menggenggam tangan felix, meremasnya kuat. "jangan pergi."
Kau bukan rumah
Kau bukan rumah
Kau bukan rumah
Kau bukan rumah
suara yang mengalun dari televisi mengisi ruang hening selama felix manjatuhkan tatapan pada mata hyunjin dengan sorot bersungguh-sungguh. laki-laki itu kemudian menggeleng. "nggak, hyunjin. ini salah."
"tapi, felix."
"ini bukan salah kamu. ini salah aku. aku udah terlalu ikut campur. maaf." felix menarik lepas tangannya dari tangan hyunjin kemudian bergegas membereskan barang-barang yang ia bawa. ia terlalu terburu-buru untuk berkemas hingga tanpa sadar cincinnya jatuh dan menggelinding.
hyunjin merasakan kehampaan mutlak menyelimutinya selepas mendengar suara pintu depan tertutup.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Playlist || « Hyunlix » [✔]
FanfictionMalam itu, dia menikmati playlist yang pernah mereka susun bersama bxb hyunlix mature warning for kissing content and a bit explicit word