Hatinya June

417 92 105
                                    

Diantara semua anak Pancasila, justru bukan Kimi dan Zacky yang pernikahannya agak mengagetkan. Bukan perkara musuh tawuran lagi, sebab semenjak memasuki dunia perkuliahan hubungan Zacky dan anak Pancasila lainnya perlahan membaik, bahkan yang dulu berantemnya tonjok-tonjokkan menjadi jambak-jambakan manja. Ini sih lebih sering Zacky sama June sih, soalnya June memang seneng banget godain Zacky bilang kalau Kimi tuh lebih cocok sama Daniel.

Ada dua nama yang sama sekali nggak terbayangkan bakalan menjadi teman kerja kelompok membangun rumah tangga. Siapa sangka Dio, yang dulu ketua OSIS angkatan 22 bakalan berakhir sama Rose yang agaknya kisah cintanya selalu malang nasibnya.

Ini berawal dari Rose yang pulang kampung menghabiskan liburan di Palembang, rumah neneknya. Dia sengaja mengambil cuti selama seminggu demi menghibur dirinya sendiri dari lelahnya menjadi budak corporate. Saat itu Rose jatuh sakit dan demam tinggi sehingga sepupunya membawa Rose ke rumah sakit terdekat.

Eh usut punya usut ketika Rose pingsan katanya ada dokter muda yang menanganinya, plus ganteng pula. Ya pada saat itu Rose masih lemes jadi dia nggak peduli banget. Terus ketika si dokter datang lagi ke ruangannya, dia langsung terkaget-kaget.

"Loh?!"

Ternyata dokter itu adalah Aldio, kakak kelasnya waktu SMA sekaligus teman berkumpulnya dulu bersama anak Pancasila. "Kok lo bisa di sini?"

"Harusnya gue yang nanya, lo kenapa ada di sini?" Dio menjawab tenang terus mengecek kondisi Rose. "Kayaknya lo udah baik-baik aja deh dilihat barusan lo bisa kaget ngeliat gue."

"Yaiyalah kaget! Gue jauh-jauh ke Palembang dari Jakarta, ketemunya lo lagi, hadeh."

"Gue lagi magang di sini." Ujar pemuda itu.

"Jadi gue ditangani sama dokter magang?!" Rose langsung kaget, alamak batinnya. Di film-film tuh kadang suka serem soalnya Rose takut dijadikan bahan Mal Praktik kayak obat percobaan atau bagaimana gitu.

"Gue walau magang juga program koas gue udah beres! Gue udah jadi dokter beneran!"

"Ya siapa yang bilang lo dokter-dokteran?"

"Obat lo udah bisa di ambil dan udah boleh pulang juga."

"Tapi gue pingsan panas tinggi barusan, ini gue nggak tipes kan?"

Dio mengalungkan stetoskopnya di leher kemudian menatap Rose, nampak galak seperti dokter pada umumya. Walaupun sebenernya Dio ini dari masih bocil juga udah tipe-tipe bocah judes yang kalau dinakalin sama anak lain bakalan dia bales dengan di dorong ke got.

"Lo ini kecapekan, makannya nggak teratur makanya gampang drop."

"Aneh, padahal gue ke sini mau liburan. Tapi dari kemaren yang gue lakukan cuma duduk di depan layar laptop."

Dio menghela nafas. "Kerjaan lo nggak akan pernah ada abisnya, emang lo pikir perusahaan lo bakal tanggungjawab kalau lo meninggal karena kerjaan?"

"Lo ini kalau ngomong suka nggak pake bismillah ya?" Rose memandang Dio judes.

"Gue mau ngomong, bukan mau ngaji."

Ya seperti itulah pertemuan mereka secara pribadi. Terlampau sangat nggak pernah mereka berdua bertemu kalau bukan karena ajakan anak Pancasila buat ngumpul. Kebetulan Dio lagi program magang di salah satu rumah sakit Palembang, tinggal seminggu lagi masa magangnya selesai. Dan selama itu pula, pertemuannya dengan Rose menjadi sebuah kesengajaan.

Malamnya Dio iseng ngechat cewek itu.

Dio
obat lo dah di makan?

Rose
sudah pak dokter

Pancasila In 30'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang