Chapter 01

9 1 0
                                    

Memelankan langkah kakinya, gadis itu mengendap endap mengawasi keadaan di sekitarnya.

"Arah jam 3 ada Bu Nashwa bawa tongkat semaphore." bisik gadis itu berjongkok menghadap temannya.

"Jangan noleh bego."

"Gaada blog!"

Mereka berdua tengah berada di lorong untuk melancarkan aksinya, apalagi kalau bukan untuk bolos menghindari pelajaran kimia yang mematikan itu.

"Sssuttt! jangan keras keras ntar kita ketauan." ucap salah satu gadis tersebut dengan menempelkan jari di bibirnya, pertanda untuk berhati hati.

"Bu Nashwa dimana Lun?" tanya gadis yang masih menatap temannya itu dengan jengah.

Gadis yang dipanggil Lun itu pun menyembulkan kepalanya, keluar dari persembunyian mereka di lorong pembatas kantin dengan gerbang belakang.

Luna mendengus kasar, ribet juga pertama kali mengajak teman pintarnya itu untuk membolos.

Setelah dirasa tidak ada guru yang melintas, Luna pun menarik tangan gadis yang bernama Belva tersebut dengan kencang. Sebenarnya Luna juga heran, Belva yang notabene nya jajaran para ambis sekarang malah ingin ikut Luna untuk membolos.

"Aduh setan, sakit woi," Belva meronta di cekalan Luna, memukul pelan tangan Luna yang menarik kuat gadis itu.

"Naik buruan keburu ada yang dateng lagi," titah Luna.

Tembok setinggi 3 meter itu rasanya sangat sulit untuk dijangkau. Apalagi dengan tanaman berduri dibawah tembok itu, membuat Belva bergidik takut membayangkan dirinya apabila gagal membolos.

Luna yang mengerti kecemasan dan ketidak tahuan dari raut Belva pun langsung merotasikan bola mata nya malas.

"Samping kiri lo kan ada gerbang, lo panjat deh yang disela tralisnya. Jangan panjat yang ukiran vertikal ntar lo kepleset." tutur Luna.

"Ah takut gue, gajadi ajalah."

"Yaudah," Luna mendahului Belva memanjat gerbang sesuai dengan teorinya, dan

"Jadi ikut ga?" dia sudah nangkring diatas tembok pembatas.

Belva dibawah sana masih memperhatikan Luna dengan keraguan pertama untuk melakukan aksi bolos-membolos ini.

Luna menghela nafasnya kasar, "Ikut-ikut, enggak-enggak. Jangan ulur waktu."

"Ck, pegangin gerbangnya jangan sampe gue ngejungkel." Belva mulai menaiki satu persatu ukiran horizon di gerbang tersebut.

"Udah ikut bolos, nyusahin lagi." gumam Luna.

"Ehehehe," Cengiran Belva saat dia sudah berada disamping Luna dengan aman.

"Tuh bawah ada tangga, langsung turun. Gue turun habis lo."

"Wih udah ada tangga segala. Udah ada markas ye Lun." Pijakan pertama tidak ada kendala hingga ia melanjutkan pijakan ketiganya.

"Teresia Luna Cleantha!"

Luna menolehkan kepalanya kaget, huft ternyata hanya geng cabe yang akan merecokinya untuk menjalankan misi kali ini.

"BU NASHWA, LUNA MAU BOLOS!" adu gadis yang berbandana pink itu pada guru yang akan melewatinya.

Ah shit, gadis cerewet itu harus dia beri pelajaran secepatnya.

_____

"Liat Luna berasa liat preman cakep," ucap lelaki yang diketahui bernama Adriel tersebut.

"Mana ada preman cakep jing!" sungut lelaki disebelah Adriel.

"Cakep cakep nakal apa bagusnya, mending Belva noh. Kalem, pinter, cakep pula," puji Zen menatap kedua gadis yang tengah dihukum di lapangan tersebut.

"Yaelah mantan sendiri mah dipuji ampe mampus kali," sewot Cleo menggeplak muka Zen dengan tangan yang ia gunakan sehabis dari kamar mandi tadi.

"JOROK BANGET LU COK!" tangan Cleo tersentak kasar akibat dorongan Zen.

Cleo menampilkan ekspresi paling mengesalkannya

Cleo menampilkan ekspresi paling mengesalkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(kurang lebih seperti itu)

"Luna gitu gitu masuk paralel cewe tercakep pertama disini, wadidaw banget ga tuh," Adriel masih membanggakan Luna didepan teman temannya. Adriel siapa sih? bangga bener kaya punya Luna aja.

"Lu siapanya Luna Iel?"

"Masa depan seorang Teresia Luna," jawab Adriel dengan menepuk dadanya berulang kali.

"Ngimpi," sahut Saga.

"HAHAHAAY CIHUYY," tawa Cleo memenuhi koridor saat ini, mendengar penuturan Saga yang meruntuhkan harapan Adriel.

Dilain sisi, Luna merutuki posisinya saat ini. Karena mulut gadis rempong tadi, jadilah sekarang Luna dan Belva berdiri ditengah lapangan. Sudah panas, ditambah Bu Nashwa masih menceramahi mereka dengan kata kata panjang lebarnya.

Dan parahnya, ini sedang jam istirahat. Double double malunya.

_____


26 June '21

THE TREASURERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang