Bagian 4

0 0 0
                                    

                Menurut pemerintah, dungeon dibagi menjadi 2,yaitu dungeon pada umumnya dan dungeon hitam. Dungeon hitam atau biasa disebut bencana dalam dungeon. Terkadang dungeon hitam berkamuflase menjadi dungeon biasa dan saat dimasuki dungeon hitam berisi monster dengan level yang lebih tinggi dan jumlahnya 5x lipat dari dungeon pada umumnya. Makanya aku mengatakan saat berada di dalam dungeon kita tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada kita.
     Aku berdiri dengan posisi kuda-kuda, dengan pedang di depan dadaku. Perasaan takut jelas ada, bagaimana mungkin player rendah sepertiku mampu menghadapi monster level tinggi seperti ini.
      "lumayan, respon yang lumayan!" (....), dengan perasaan takut aku mempersiapkan tubuhku dalam mode tempur. Aku tahu, walaupun aku tidak bisa menang, paling tidak aku harus mampu melawannya tidak hanya menyerah seketika.
        "siapa kamu??" (Deva)
       "kau bertanya padaku, siapa diriku?, apakah kamu mengira bahwa dirimu pantas untuk tahu namaku!." (....)
       "bre-brengsek, tidak peduli apakah aku pantas atau tidak, sebelum kamu memulai percakapan, perkenalkan dulu namamu!!" (Deva)
        "ahahahahaahah~, aku semakin menyukaimu!!" (....).
       Kalian bertanya apakah aku tidak takut?, tentu saja aku sangat takut, bahkan untuk bernafas sedikit sesak, tapi mau bagaimana lagi, sepanjang karierku sebagai hunter, setiap kali aku memasuki dungeon setiap menit aku hampir mati, tidak pernah aku keluar dari dungeon dengan keadaan baju tanpa darah ataupun robek, setiap kali aku babak belur, jadi sekarang persetan dengan rasa takut, paling tidak aku bisa mati dengan sedikit terhormat.
       Beberapa saat kemudian setelah suara tawanya menghilang, *wuuuuuussssh~, cahaya seperti laser berwarna merah menghampiriku dari arah depan. Cahaya laser tersebut mengenai bilah pedang yang ada di tanganku. Perlahan - perlahan, keluar asap dari pedangku, dan bau seperti logam yang akan terbakar dan meleleh, aku melihat jika sebentar lagi laser tersebut menembus pedangku, aku langsung mencoba melompat ke arah kiri untuk menghindari laser menembus tubuhku. Dengan tubuhku yang sudah hampir melampaui batas, aku masih tetap mencoba menghindar. Sesaat setelah menghindar, laser tersebut menghilang, dalam keadaan aku terjatuh, monster itu mencoba menembakan lagi laser merah tersebut ke arah kepalaku. Aku melihat dengan mataku, cahaya merah yang lurus tepat di targetkan ke arah kepalaku, spontan aku mencoba menghindar ke arah kiri sambil berguling.
        Aku mencoba bangkit agar lebih mudah dalam menghindar, namun kakiku sudah mulai gemetar karena aku sudah melampaui kekuatan tubuhku.
         "apakah kamu menyerah semut??" (...)
         "huuuh!!, persetan dengan kata menyerah, keluar dari persembunyianmu dan hadapi aku secara langsung, dasar penakut!!" (Deva), aku mencoba memprovokasinya, walaupun ujung-ujungnya aku mati sih.
         "hahahahaha!!!, aku suka keberanianmu.... Baiklah aku turuti kemauanmu!!" (....).
        Walaupun di areaku sudah terang, tapi tempat dimana monster itu berada  masih sangat gelap, walaupun cahaya disini begitu terang, tapi cahaya ini tidak mampu menembus kegelapan yang ada di tempat monster tersebut. Terdengar suara langkah kaki, dalam pikirku 'akhirnya aku mampu memprovokasinya, hehe'. Pelan, suara tersebut menuju ke tempat yang lebih terang. Saat langkah kaki tersebut berhenti, muncul sosok laki-laki paruh baya, tinggi dan tegap, dengan rambut panjang sebahu berwarna putih, seketika dia senyum kepadaku. Aku tidak terlalu fokus dengan tampilannya, tanpa disadari aku langsung menatap ke matanya. Mata berwana merah gelap, serasa tubuhku tertelan oleh mata tersebut. Yang tadinya tubuhku sudah mulai tenang, sekarang mulai gemetar hebat. Perasaan takut akan kematian benar-benar menghampiri diriku.
      "........?" (.....)
        "si-si-siapa kamu sebenarnya?" (Deva), dengan suara gemetar aku mencoba bertanya.
       "dimana sifat pemberanimu tadi?. Apakah itu semua hanya bualanmu semata!!" (.....)
        "ba-baji-jingan, aku tanya siapa kamu sebenarnya!!, apa yang ingin kamu lakukan padaku?! " (Deva)
          "hahahaha, sungguh menarik sekali dirimu, saat dirimu dalam keadaan tertekan pun, kamu masih bisa mengucapkan kalimat yang cukup kasar!!" (....), "aku ingin bertanya kepadamu, apa yang kamu lakukan di dalam dungeon ini?", lanjutnya.
     Aku diam seribu bahasa karena perasaan takut yang aku alami. Perasaan saat aku belum siap mati, tapi dewa kematian mencoba memaksa menarik jiwaku keluar.
        " apakah kamu mulai tuli? " (.....)
       " ten-tentu saja aku ingin menaklukkan dungeon ini. Dengan dungeon ini takluk, aku bisa mendapatkan uang untuk biaya ibuku dan adikku!!. Yah mungkin lebih tepatnya aku dibuang kemari karena dianggap beban." (Deva)
         "oh!" (.....).
      Aku tidak mampu lagi berdiri, setelah singkat menjawab pernyataannya, aku terjatuh dengan posisi lututku menopang tubuhku. Nafas yang terengah-engah, tubuh yang sudah mencapai batas, aku sudah menyerah sekarang, aku tidak peduli apakah aku akan mati atau tidak. Aku hanya merasa bahwa inilah akhir dari perjalananku sebagai hunter. Saat aku sedang dalam posisi bersujud karena kelelahan, aku mendengar suara langkah kaki yang mendekatiku. Suara tersebut serasa mencoba mendekat padaku *klak *klak *klak. Inilah akhirnya, pikirku.
         "siapa namamu?" (.....). 'Eh?', pikirku terkejut, aku mengira dia akan menghancurkan kepalaku atau kalau tidak dia akan menembus kepalaku dengan sinar lasernya, tetapi dia menanyakan namaku.
         "sebelum me-menanyakan seseorang, perkenalan dirimu dulu!!" (Deva)
           "heh!, baiklah namaku adalah Drake Gon Agnalia, aku adalah seekor naga yang berwujud manusia!" (Drake)
            "huuuh?!" (Deva), aku terkejut dan melihat ke arahnya, "na-naga katamu!!", lanjutku.
           "benar, aku adalah seekor naga, atau lebih tepatnya aku adalah raja dari seluruh naga!!" (Drake).
       Aku masih tidak percaya dengan apa yang dia katakan, namun satu hal yang pasti, bagaimana bisa seekor monster legendaris bisa berada di dungeon rendah seperti ini. Dan menurut pemerintah, monster legendaris yang disebut naga sudah punah jutaan tahun yang lalu, atau mungkin hewan tersebut hanyalah makhluk mitos. Apalagi ini adalah Rajanya para naga?!. Aku benar-benar tidak bisa sepenuhnya memproses apa yang dia katakan.
           "na-naga?!" (Deva)
           "benar, aku adalah naga!" (Drake).
           "apa yang kamu lakukan disini?, seorang raja katamu?!" (Deva)
           " aku tidak tahu, hanya saja untuk sekarang kamu tidak akan mengerti jika aku menjelaskannya. Apakah kamu mau menolong raja ini? (Drake)
          " apa maksudmu? "(Deva)
         " aku ingin meminta tolong padamu!" (Deva).
        'Sebentar, seorang raja ingin meminta bantuan padaku?. Apakah aku sungguh orang yang luar biasa?. Tunggu, tunggu, tunggu, apakah ini hanya jebakan yang dia pakai untukku, lalu dia memangsaku atau membunuhku?', pikirku.
         Setelah mendengar apa yang dikatakan Raja naga padaku, kekhawatiran yang aku alami sebelumnya sirna seketika. Aku mencoba memperbaiki posisiku, aku mencoba untuk duduk dan bersandar di kaki tulang naga. Sambil mengatur nafas aku bertanya padanya.
          "bisa kau turunkan niat membunuhmu dulu sebentar?!" (Deva)
         "oh..., maafkan aku, aku tidak sadar akan ini!" (Drake).
           Dalam kehidupan, menjadi hunter berarti kematian, tanpa kekuatan, hunter hanyalah makanan empuk bagi para monster. Memang semua pekerjaan memiliki resiko masing-masing tidak terkecuali orang yang bahkan hanya tidur pun bisa mati mendadak. Saat ini aku tengah berhadapan dengan sosok yang sangat luar biasa, dia berdiri tepat di depanku. Makhluk superior yang menurut cerita hanya mitos, kini dia berdiri tepat di depanku. Dengan mata berwarna merah gelap, seolah jika kita menatapnya, jiwa kita terasa tertelan oleh mata tersebut. Ini pertama kali bagiku berhadapan dengan makhluk luar biasa.
       Inilah apa yang disebut dengan dungeon hitam dan ketidakpastian di dalam dungeon. Hanya hidup atau mati di dalam dungeon. Setiap pekerjaan yang dilakukan manusia memiliki resikonya sendiri, seperti pekerjaanku sebagai hunter, resiko yang aku hadapi, cacat ataupun kematian yang hanya sejengkal dari Padanganku.
        
 

        
        

        
   
 
  

Dragon's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang