Pencet votenya pliss
Biar aku tau ada yang suka story akuDi ufuk timur, mentari pagi menampakan sinarnya pertanda awal hari dimulai. Tetes embun bergelayut manja dengan dedaunan hijau. Memberikan kesan lembab namun segar.
Seorang lelaki awal usia dua puluh an berjalan tergesa menuju pintu kamar seseorang. Para pelayan yang melihat atensinya, segera membungkuk untuk menunjukan hormat. Dengan kuasanya, ia membuka pintu kamar sedikit kasar.
"Auristela!" panggilnya dengan nada menahan kesal.
Gadis yang dipanggil hanya membuka matanya sayu lalu kembali menutup. Posisi bantal, guling dan selimut yang serampangan serta posisi tubuh sang gadis yang menyerupai kincir angin.
Sangat tidak mencerminkan seorang bangsawan.
"Auristela Neona Geronimo! cepat bangun! Apa kau lupa dengan janji kita semalam?!"
sudah lelah diabaikan adiknya, Stefan menggoyang goyangkan ranjang sampai suara decitannya dapat mengganggu kemalasan Auristela.
"Stefan!!" Auristela berteriak marah sembari mendudukan tubuhnya dengan kasar lalu melemparkan apapun benda didekatnya.
BUKK
Bantal besar mendarat sempurna diwajah rupawan Stefan.
"Sungguh? Kau benar benar melupakan apa yang kita rencanakan untuk hari ini?" tanya Stefan sambil berkacak pinggang.
Auristela yang baru saja terbangun dan masih berusaha mengumpulkan kesadarannya, mencerna kata per kata yang dituturkan kakaknya. Saat ia menyadari bahwa telah melupakan sesuatu...
"ASTAGA AKU SEGERA MANDI!" teriak Auristela sambil berlari kecil menuju kamar mandi.
~~
"Selamat pagi papa mama." Auristela menyapa kedua orang tuanya yang sudah duduk manis menunggu anak bungsu mereka.
"Bagaimana denganku? Kenapa kau tidak pernah menyapa kakakmu sendiri?" Stefan memprotes sambil melipat tangan di dadanya.
"Sudah sudah, ayo cepat mulai sarapan sebelum semua makanan disini dingin." sela ratu Azura sebelum kedua kakak beradik itu kembali berperang.
Suara pisau, garpu dan sendok yang berdentingan menjadi penengah sunyi diantara sarapan keluarga kerajaan Norhteilus. "Stefan, apakah kau sudah memiliki seorang gadis yang disukai?" tanya Raja Valdez tiba tiba.
Stefan yang mendengar ayahnya bertanya segera menyudahi acara makannya "Belum papa, apakah menikah itu harus?"
"Lihat papa, bagaimana Stefan bisa memiliki gadis dengan sifatnya yang menyebalkan dan kaku itu." Auristela berusaha memprovokasi ayahnya.
"Terakhir kali dia bersama gadis, Stefan bahkan meninggalkannya di perpustakaan karena lupa." Auristela terkikik ketika mengingat kekonyolan kakaknya yang meninggalkan putri menteri pertahanan di perpustakaan karena lupa.
Stefan melotot terkejut karena Auristela mengetahui kebodohannya waktu itu "Diamlah! kau sendiri juga tidak jauh berbeda!"
"Aiden seorang pebisnis muda sukses yang mendekati Auristela bahkan menyerah karena mulut pedasnya papa." Stefan melirik adiknya lalu melanjutkan "Sungguh tidak mencerminkan bangsawan yang menjaga lisannya kan papa?"
"Demi tuhan, Estefan Leander apakah kau benar benar kakakku?" tanya Auristela "Kenapa kau sangat menyebalkan?" Auristela melipat kedua tangan di dadanya dan menggembungkan pipi.
Stefan sudah membuka mulut hendak membalas pertanyaan retoris adiknya, namun ditahan Azura yang berbicara tegas "Sungguh, bisakah papa dan mama makan dengan tenang? kenapa setiap makan bersama kalian selalu diakhiri perberdebatan?" sambil memijit pelipisnya.
"Maafkan kami mama papa." Stefan menunduk dan kembali mendongak ke samping, ketika sebuah sentuhan jari telunjuk dipinggangnya memainkan kemeja putih yang ia pakai.
"Ayo...kau sudah berjanji membawaku ke perbatasan utara semalam." beginilah jika anak perempuan bungsu meminta sesuatu, ia akan bersikap manis dan bermanja manja. Mustahil jika Stefan menolak.
~~
"Uwahhh..." mata Auristela berbinar, netra nya memindai pemandangan didepan. Stefan yang melihat antusiasme adiknya hanya bisa tersenyum sambil mengelus puncak kepalanya.
"Bagaimana? Puas? aku sudah membawamu ke daerah berbahaya dan terlarang ini, kalau papa mama sampai mengetahuinya tamatlah kita." Stefan sedikit was was dengan daerah perbatasan Northeilus dengan Labousky yang tergolong lengang dari penjagaan ketat khas perbatasan negara pada umumnya.
Auristela mengangguk cepat sambil tersenyum mendongak menatap Stefan disampingnya "Sangat! Aku sangat puas, terimakasih sudah meluangkan waktu untukku."
Sejak Stefan diresmikan sebagai putra mahkota kerajaan Northeilus didepan rakyat, ia memang menjadi sangat sibuk untuk membantu raja Valdez dengan tugas tugas kenegaraan. Dulunya, ia dan Auristela sering menghabiskan waktu bersama menjelajahi seluruh negeri Northeilus, mencari tempat tempat indah tersembunyi. Auristela yang menyadari kesibukan kakaknya itu tidak pernah memaksa Stefan untuk ikut. Stefan yang memiliki waktu senggang untuknya saat ini adalah sebuah keajaiban.
"Tidak, aku meluangkan waktu sebagai putra mahkota untuk calon rakyatnya." elak Stefan sambil tetap memandang ke depan.
"Eiyyy...dasar pria kaku!" Auristela menyikut pinggang Stefan yang dibalas pelototan maut kakaknya.
Sebuah gunung dan perbukitan disekitar menjadi saksi dikala kedua anak manusia itu saling tenggelam dalam pikirannya masing masing. Pohon pohon pinus dan burung berkicau khas hutan, ikut memanjakan suasana. Angin menyapa kedua saudara bangsawan itu lembut. Namun semua itu palsu kala dentuman keras menyudahi hening mereka.
BOOOOMMMMBBB
-bersambung
NOTE :
1. Aku ambil latar abad ke 21 (sekarang) jadi jangan heran kalo ada barang elektronik atau teknologi jaman sekarang ya
2. Negara disini itu pakai sistem pemerintahan monarki (kerajaan)
3. Udah itu aja, kalian mau tanya gak?
bye bye di next part
KAMU SEDANG MEMBACA
Savior
RomanceAuristela tidak mengira jika kerajaan tempatnya lahir akan hancur. Ia harus pergi ke negeri seberang untuk mendapat bantuan, walau negeri itu dikenal tidak memiliki hubungan baik dengan kerajaannya. Disinilah Putri Auristela bertemu Jenderal yang h...