00 | meet the casts

2.5K 350 92
                                    

Disclaimer:

The following story is purely fictional and the plot is not to be associated with actual idols, actual people nor actual real life events. Mention of bullying. Contain some bad languange. Please don't read if it could trigger you.

***

"Musisi ternama tanah air, Jiwa Lazuardi, dikabarkan pernah melakukan perundungan semasa SMP dulu. Seseorang yang mengaku sebagai teman sekelas Jiwa melaporan telah menjadi korban tindakan kekerasan secara fisik dan verbal dari musisi yang dikabarkan akan merilis album terbarunya pertengahan tahun ini. Hingga kini, pihak agensi masih belum memberikan pernyataan lebih lanjut terkait kasus ini..."

Jiwa menghembuskan asap rokoknya, membiarkan polusi kecil itu berbaur dengan udara, lalu hilang. Suara pembawa berita dari televisi menggema di dalam apartemen Jiwa, bersahut-sahutan dengan dering ponsel yang tidak pernah diam lebih dari 3 detik.

Telinga Jiwa lantas menangkap bunyi lain—berasal dari pintu depan. Ekspresinya tidak banyak berubah, bahkan ketika Hani masuk dengan wajah merah padam yang menunjukkan kemarahannya.

"JIWANTARA—" Hani berhenti berbicara saat ia menyadari berita apa yang sedang ditonton oleh Jiwa. Dengan geram, ia meraih remote dan mematikan televisi, meletakkannya kembali ke atas meja dengan kasar sebelum memusatkan seluruh perhatiannya pada pemuda yang masih duduk dengan santai di sofa sambil mengulurkan kakinya ke atas meja.

"Jari tangan masih utuh sepuluh. Telinga juga kayaknya fine-fine aja. Mau kasih alasan apa lo sampai nggak bisa angkat telepon gue?"

"Iseng."

"Iseng—" Hani tidak lagi sanggup meneruskan kata-katanya, terlalu syok dengan apa yang baru saja ia dengar meski berhadapan dengan sisi brengsek Jiwa ini jelas bukan hal baru baginya. "Bagus kalau lo dari tadi lagi nonton beritanya, berarti gue nggak perlu buang-buang waktu dan tenaga untuk menjelaskan."

Jiwa menghisap linting nikotinnya dalam-dalam. "News anchornya mantan gue. Kira-kira dia mikir apa ya pas bacain beritanya?"

"LO MASIH BISA-BISANYA BERCANDA?!"

"Gue nggak bercanda, Mbak. Dia emang mantan gue. Namanya—"

"JIWA!" Hani terlihat hampir menangis saking kesalnya dengan laki-laki di hadapannya ini. "Gue nggak perlu tau nama news anchor atau mantan lo itu karena kalau lo lupa, gue pernah jemput lo dari hotel setelah fun night lo sama dia. Sekarang, jawab gue. Berita itu nggak bener, kan?"

Jiwa mengesah seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. "It really was a fun night—definitely a hot one too."

"Jiwa, gue nggak bercanda! Karier lo lagi terancam sekarang! Agensi butuh pernyataan lo. Wartawan udah berkumpul di depan. Dan lo masih sempat-sempatnya mengenang mantan lo?!" Hani rasa ia tinggal selangkah lagi untuk kehilangan seluruh kewarasannya dan menjambak rambut artis yang telah ia tangani selama 5 tahun terakhir itu.

"Ah, i kinda miss her."

"Lo beneran pengen liat gue mati dihajar staff yang sekarang lagi nunggu kabar lo dari gue, ya?"

Jiwa tertawa pelan, membuat Hani kini mulai menimbang-nimbang apakah ia benar-benar harus menempeleng kepala pemuda itu untuk menyadarkannya atau tidak. Yang mungkin akan sia-sia juga karena kalaupun punya, Hani yakin otak Jiwa berada di dengkul.

Temu JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang