🍓7

43 31 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Motor Melinda terparkir tepat di depan sebuah rumah kosong yang sudah hampir roboh.

Ia langsung saja mendobrak pintu rumah tersebut.

Rumah tersebut terlihat seperti ruangan yang tak layak ditinggali.
Kayunya saja sudah keropos dan berbau busuk.

Meinda melihat Fifi tergeletak tak berdaya disana.

Ia langsung menghampiri temannya tersebut, meletakkan kepala Fifi di pangkuannya.

Tak peduli bajunya penuh darah, ia tetap berusaha membangunkan temannya itu.

"Fi! Bangung Fi"

"Gue disini, Fi, Fifi!"

"Fi! Lo gaboleh ninggalin gue! Lo gak boleh mati!"

"FI!"

Air mata Melinda menetes, ia masih tak percaya hal ini terjadi baru tadi Fifi menjadi teman sejatinya tapi sekarang Fifi direnggut darinya.

Gadis itu memeluk tubuh temannya erat, antara marah sedih dan bingung membuatnya kehilangan akal.

"Fi! Bangun!"

Melinda mengngkat mayat Fifi untuk dikuburkan dengan layak,
Saat sampai di depan ,Gadis itu menelepon polisi.
"Hallo?"

"Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?"

"Teman saya dibunuh di kompleks unit 512, tolong segera kesini say butuh bantuan secepatnya" ucapnya cepat. Otaknya sama sekali tak bisa berpikir sekarang, ia masih mencerna apa yang terjadi. Fifi benar benar meninggal?.

"Baik kami akan segera kesana"

Ia meletakkan mayat Fifi di motornya,
Menunggu polisi datang ia kembali menelepon seseorang
Yaitu Gilang.

"Halo, Lang?"

"Kenapa Lin, gak biasanya telpon jam segini?"

"Fifi dibunuh Lang, tolongin gue!"

"Apa!?, gue kesana oke? Tunggu gue"

"Cepetan"

••••••


1 bulan kemudian...

Melinda berdiri di kotak saksi.
Hari ini dia harus menghadiri pengadilan atas kasus pembunuhan Fifi.

Seorang pengacara yang di sewa Melinda maju ke depan.

"Sesuai kesaksian Saudari Melinda kalau Tuan Erwin adalah pembunuhnya."

"Kau benar benar percaya kepadanya? Keadilan macam apa ini? Dia hanya seorang anak kecil" Tiba tiba Erwin menyela.

"Saya baru menyadari suara pria di telfon itu adalah suara Pak Erwin. Saya sudah menduganya beberapa waktu lalu dan saya bisa memastikan itu adalah Pak Erwin"

Hanya AlamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang