🍷12

36 22 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



.

.

.

"Gue bisa buat itu semua asal lo yakin apa yang akan lo perbuat setelah ini"

"Gue yakin"

"Kalau gitu gue akan urus segalanya"

Gilang pergi berlari, ia tiba tiba terhenti saat mendapat telepon dati Melinda.

"Hallo?"

"Kita ketemuan yuk Lang! Gue habis bimbel dan bosen di rumah kita refreshing"

"Lagipula kita udah jarang jalan bareng" lanjut Melinda di sambungan telepon.

"Ehm oke di tempat yang terakhir kali kita datengin"

"Oke!"

Gilang menuju tempat tersebut dengan menaiki taksi. Ia masih setengah yakin dengan yang baru saja ia lakukan.

Tutt...tutt...

Telepon Gilang berdering lagi.

"Ayah?"

Ia menempelkan benda pipih itu di telinganya.

"Kenapaa kamu keluar?!Kamu cepat kembali ke rumah! "

"Iya Yah"
Ia menutup sambungan telepon dan menhuruh supir taksi untuk mengatarkannya ke rumah.

Gilang sudah sampai di rumahnya,
"Kamu akan di periksa" ujar Ayah Gilang

"Periksa? Aku gak sakit"

"Ayah udah panggil psikiteater untuk kamu karena kata guru bimbel kamu, saat belajar kamu sering merenung sendiri"

"Tapi aku gak butuh dokter!"

"Bu! Periksa aja"

Psikiteater itu sedikit menanyai Gilang,  dan mencatat beberapa poin penting.

"Sudah kamu boleh pergi" ucap dokter itu.

Gilang dengan muka masam melengos pergi meninggalakn rumah, ia sudah ada janji dengan pacarnya.

"Bagaiman bu?" tanya Ayah Gilang.

"Dia mengalami gangguan kecemasan jadi jangan sering marahi dia, dia sangat tertekan karena ujiannya jafi tolong bagi waktu ideal untuknya, saya takut kalau anak bapak tertekan dia akan coba coba bunuh diri"

Hanya AlamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang