Part 9: Cinta adalah Luka

11 1 0
                                    


Dering suara alarm membangunkanku. Ku raih ponsel yang ada di samping tempat tidur. Ku matikan alarm dan mulai beranjak duduk. Entah jam berapa aku mulai merasuk dalam alam mimpi, yang ku ingat hanya Aku pulang dari acara tadi malam sekitar pukul 00:15 WIB. Sesampai di rumah kontrakan Fiqo, ku baringkan tubuhku di tempat tidur dan henyak dalam nyenyak.

Ku segerakan membersihkan diri dan menunaikan ibadah sholat subuh. Setelah usai ritual pagi, Aku hanya bermalas-malasan di tempat tidur sembari memainkan smartphone. Ku buka aplikasi instagram, akun media sosial yang kini sedang di gandrungi oleh remaja milenial sepertiku.

Yah, media sosial kini menjadi wadah bagi segala aktivitas manusia. Bukan hanya anak usia muda, melainkan dari usia tuapun juga menggunakan media sosial. Bagaimana tidak? Media sosial kini bukan hanya sebagai media untuk berkomunikasi jarak jauh. Mendekatkan yang jauh kata kebanyakan orang. Melainkan, media sosial kini juga digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan bisnis online dan postingan-postingan yang berbau politik, sosial-budaya, dan juga pendidikan.

Seperti halnya instagram. Dalam akun instagram banyak akun-akun jualan seperti onlineshop dan lain sebagainya. Ada pula akun-akun yang khusus memposting konten-konten yang berbau politik, sosial-budaya dan juga pendidikan. Bahkan sekarang marak beredar akun-akun di instagram yang memposting konten-konten khusus untuk dakwah dengan selogan berhijrah.

Jika mengkaji lebih dalam. Banyak sekali manfaat yang dapat di dapatkan dari menggunakan media sosial. Namun, tidak menutup kemungkinan jika ada dampak negatif yang di timbulkan dari adanya media sosial. Konten-konten berbau pornografi beredar luas di media sosial. Kini juga marak isu penipuan online bahkan ada pula judi online. Hal itu termasuk dalam dampak negatif media sosial.

Hal yang bisa kita lakukan sebagai pemuda-pemudi Indonesia generasi bangsa adalah memanfaatkan media sosial dengan sebaik-baiknya dan sebijak-bijaknya. Pengawasan dari orang tua juga di perlukan untuk meminimalisir adanya penyalah gunakan media sosial untuk anak yang masih di bawah umur. Karena media sosial sudah menjadi budaya global yang bisa saja mempengaruhi pertumbuhan anak. Budaya-budaya barat dapat di akses dengan mudah. Untuk mencegah hal tersebut, pengawasan orang tua sangat di butuhkan. Guru sebagai pengajar juga harus bekerja sama untuk memberikan pemahaman tentang manfaat dan bahaya media sosial kepada anak-anak bangsa. Agar mereka bisa memanfaatkan media sosial dengan baik.

Asik bermain dengan aplikasi instagram membuatku lupa mengecek pesan di whatsapp. Ada beberapa pesan pribadi yang ku miliki dan beberapa pesan group. Salah satu diantaranya adalah pesan dari, Arkha.

"Nanti malam ada acara?", tulis Arkha dalam pesannya.

"Tidak. Hanya mau ngelanjutin ngerjakan esai saja.", balasku.

"Ngerjakan bareng saja ya? Bantuin aku nugas. Sekalian ajak Kak Fiqo juga. Sepertinya dia mau nugas juga."

"Apa kata nanti sudah. Kalau Fiqo nggak mau, nanti aku sama siapa?"

"Santai, sama aku juga bisa kalau aku sendiri. Aku jemput deh nanti."

"Oke"

Tidak ada balasan. Aku mengambil novel yang ada di dalam tas ranselku. Baru beberapa lembar aku membacanya, smartphoneku berdering. Tanda satu panggilan masuk ku terima.

Terpampang nama Arkha di layar smartphoneku. Ku pencet tombol hijau untuk menerima telepon darinya.

"Hallo, assalamualaikum..", sapaku.

"Waalaikumsalam.", jawabnya dari sebrang sana.

Alhasil, terjadilah obrolan melalui via telepon.

AKU LAILAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang