2. Pintu, Raluna dan Jovan

31 2 0
                                    

Mereka kembali ke tempat latihan dengan lunglai, "Huft, kenapa pria itu langsung pergi begitu saja?" Ucap Jade setelah mereka duduk di rerumputan. 

"Aku tidak tahu, apa memang belum saatnya kita mengetahui hal itu?" Xarles berbaring di atas rerumputan itu dengan paha Jade sebagai bantal.

"Apa memang seperti itu? Itu berarti hal ini dirahasiakan?" Jade menunduk untuk menatap Xarles.

"Mungkin saja."

"Apa kita harus tanyakan pada ayah?"  

"Mungkin sebaiknya jangan, aku rasa ini memang dirahasiakan. Ayo masuk dan istirahat." Xarles bangkit lalu membersihkan pakaiannya yang terkena rumput dan tanah sebelum masuk ke dalam istana yang diikuti oleh Jade.

Di perjalanan menuju kamar, Jade melihat pintu berwarna emas. Jade berhenti dan menatap pintu itu, Xarles yang melihat itu pun ikut berhenti dan menatap Jade heran.

"Ada apa?" Tanya Xarles sembari ikut menatap pintu yang ada di depannya. 

"Apa ada sesuatu di dalam sini?" Jade menyentuh pintu itu.

Sebenarnya mereka sudah tahu tentang keberadaan pintu itu sejak lama tapi saat itu mereka berpikir, 'mungkin suatu saat ayah akan memberi tahu tentang pintu ini.' Tapi untuk saat ini Jade sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Yang membuat Jade penasaraan yaitu warna pintu ini berbeda dengan pintu lainnya yang berwarna coklat karena terbuat dari kayu jati.

"Tidak tahu."

"Ayo kita buka." Jade menatap Xarles yang sedang menatapnya malas karena lelah.

"Tidak, mungkin lain kali saja, aku sangat lelah." Xarles melanjutkan jalannya menuju ke kamar.

"Bahkan hari ini latihannya lebih cepat dari biasanya." Gumam Jade dan menyusul Xarles dengan berlari kecil.

Di kamar Jade tetap mempertanyakan tentang pintu itu pada Xarles, "Hei, apa kau tidak penasaran dengan pintu itu?"

"Iya tapi tidak." Xarles menjawab pertanyaan Jade dengan mata tertutup, entah mengapa hari ini rasanya lelah sekali.

"Apa maksudmu? Jawablah dengan benar." Jade ikut berbaring di sebelah Xarles.

"Aku penasaran, tapi tidak untuk hari ini."

"Kenapa seperti itu?"

"Karena hari ini aku sangat lelah." 

"Apa itu berarti kau tidak latihan bela diri hari ini?"

"Aku akan latihan setelah aku tidur. Maka dari itu diamlah atau aku tidak akan latihan dan membiarkanmu latihan sendirian." Xarles berbaring memunggungi Jade.

Jade diam setelahnya, ia takut untuk berlatih sendiri. Karena dulu Xarles sakit dan Jade harus pergi latihan sendiri. Saat pelatih yang mengajar bela diri sedang pergi barang sebentar, ia melihat Xarles sedang tersenyum di depan pintu. Saat ia panggil Xarles pergi entah kemana.

Jade ingin mengejar Xarles yang tiba-tiba pergi begitu saja. Pada saat Jade ingin keluar ruangan dan mengejar Xarles, sang pelatih datang dan bertanya Jade ingin pergi kemana.

Jade pun menjawab jika ia ingin mengejar Xarles. Sang pelatih pun bingung karena saat di luar tadi ia tidak melihat Xarles. Jade membantah ucapan pelatih itu jika ia memang benar melihat Xarles tersenyum padanya.

Selesai latihan Jade bertanya pada Xarles mengapa ia tidak membalas sapaannya saat di ruang latihan bela diri tadi. Xarles pun bingung karena seharian ini ia tidak keluar dari istana sama sekali. Jade yang mendengar itu pun bingung juga karena sangat jelas ia melihat Xarles. 

Jadi siapa yang dilihat Jade?

Seperti biasa pada siang hari menuju sore, Xarles dan Jade akan berlatih bela diri. Ruangannya dekat dengan lapangan untuk berlatih memanah.

Ruangan untuk latihan bela diri menghadap langsung ke dalam hutan, jadi mereka bisa melihat langsung hutan itu, dan juga saat mereka sedang latihan pintu itu tidak pernah ditutup.

Saat sedang berlatih, Jade tanpa sengaja melihat pria tua itu sedang berdiri di tepi hutan menatap mereka. Jade sangat ingin menghampiri pria itu, tapi ia belum selesai berlatih, ia takut jika sang pelatih bertanya tentang siapa kakek tua itu, dan bagaimana jika pelatih itu memberi tahu kepada ayah jika ada pria tua misterius yang entah darimana asalnya menemui anak-anaknya, bukankah nanti ayah akan menemui pria itu dan menyuruhnya untuk tidak bertemu dengan mereka lagi?

Itu buruk. Mereka masih penasaran tentang kakak-kakaknya. 

Alhasil, Jade hanya memberi tahu kepada Xarles jika ada pria itu disana dan berkata untuk menemuinya nanti saja. Itu pun jika pria tua itu belum pergi dan menghilang.

Selesai latihan mereka menemui pria tua itu, tapi setelah memastikan jika pelatih mereka sudah pergi jauh. Didekatinya pria tua yang sedang tersenyum itu dan menyapanya, "Halo tuan? Boleh meminjam waktunya sedikit untuk bertanya?" 

Pria tua itu tersenyum, "Apa kalian ingin bertanya tentang kakak-kakak kalian?"

Xarles dan Jade mengangguk, "Bisakah tuan memberi tahu kepada kami lebih dalam lagi tentang mereka?" Ucap Jade.

"Sebenarnya bisa saja, tapi aku tidak ingin." Pria tua itu menggelengkan kepalanya dan menjeda kalimatnya, "Tapi aku akan memberi tahu kalian nama mereka dan petunjuk dimana mereka sekarang."

Xarles dan Jade mengangguk antusias, "Baiklah tolong beri tahu kami."

"Nama mereka adalah Raluna dan Jovan. Untuk petunjuknya, kalian harus masuk ke dalam pintu yang memiliki warna berbeda dengan warna pintu lainnya."

Xarles dan Jade saling memandang satu sama lain seolah bertanya, 'Pintu yang tadi?'

Xarles pun bertanya, "Lalu setelah masuk apa yang harus kami lakukan?"

"Kalian akan mengetahuinya setelah masuk ke dalam sana. Bacalah sesuatu yang ditulis di dalam kertas yang digulung, lalu ikuti apa yang tertulis disana."

"Baiklah, terima kasih tuan atas waktunya." Saat Xarles dan Jade ingin kembali ke dalam kastil, sang pria tua itu berkata sesuatu.

"Tunggu sebentar. Di dalam sana ada banyak sekali kelelawar karena tempatnya yang gelap, bawalah lentera atau semacamnya untuk penerangan, maka mereka akan bersembunyi untuk tidur. Dan setelah masuk ke dalam sana kalian harus langsung menutup pintunya, karena para kelelawar itu mengeluarkan suara yang sangat berisik."

Setelah mengatakan itu sang pria tua membalikkan badan dan masuk ke dalam hutan lalu menghilang setelahnya. Xarles dan Jade yang melihat itu saling menatap untuk beberapa saat lalu melangkahkan kaki menuju istana.

Awalnya mereka ingin masuk ke dalam pintu itu hari ini, tapi hari sudah semakin gelap dan mereka takut sang ayah mencari mereka. Jadi mereka memutuskan besok saja.



040721

Yervant'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang