PART TWELVE - Site Four

137 6 0
                                    



Location : Seattle, Washington

Friday, 11th of February 2039


- WLF RADIO CHATTER -


"Perhatian pada seluruh Unit, dilaporkan tiga orang tewas di ruang interogasi 4A dan dua orang lainnya ditemukan di kamar mandi sayap kiri Site Two. Squad Romeo, kalian diperintahkan menuju Site Two. Kalian diperintahkan menuju Site Two, Confirm"

"Tersangka utama adalah sandera wanita yang masuk tanggal 9 di Site Two, segera lapor jika melihat sesuatu yang mencurigakan. Ganti"

"Meminta Jeon Jungkook dan Min Yoongi dari Squad Lima untuk segera melapor ke Site Two, Jeon Jungkook dan Min Yoongi dari Squad Lima segera melapor ke Site Two. Confirm"


"Korban tewas dan luka dilaporkan di Site Six, semua unit harap melapor. Ganti"

"Ini Squad India di Site Three, berapa banyak Seraphites di sana? Ganti"

"Negatif dari Seraphites. Dua pria bersenjata. Ganti"

***


Aku menggigit sisi dalam pipiku untuk menghalau rasa sakit.

Bercak darah merah yang masih basah menodai kain pakaianku, dan aku segera mengelapnya asal. "You okay, Estella?!" tanya Jungkook yang berlari kecil dengan nafas tersengal, lengannya terulur untuk mengusap punggung bawahku yang baru saja menimpa pinggiran meja setelah bertarung dengan satu runner. Dia kini tergeletak mati di dekat kami. 

"I'm fine, aku tidak tergigit kok" jawabku singkat sembari membetulkan posisi topi baseball hitam yang kupakai untuk menyembunyikan wajah.

Kenapa aku harus memakainya? Karena WLF sekarang sedang memburuku.

Jungkook hanya mengernyitkan alisnya sembari berceloteh "Aku melihatmu jatuh begitu keras tadi, kau yakin kau baik-baik saja?", membuatku harus menyikut perutnya agar bisa cepat diam.

Yoongi yang sedang duduk di atas meja pun menyahut, "Kalian tidak terluka parah, kan? Rumah sakitnya berada tepat di depan kita, tinggal menuruni jalan di sana dan kita akan sampai di bagian sayap kanan". Aku mendelik padanya, berkata jengkel "Kami baik-baik saja, kapten. Tadi itu ceroboh, harusnya kau bisa memperkirakan keberadaan para terinfeksi di sini".

Sebelah tangan Yoongi membuka silinder revolver-nya yang telah dimodifikasi, peluru di dalamnya masih penuh "Jangan menyalahkanku, habisnya daritadi kita tak bertemu seorang pun.." rajuk Yoongi sambil beranjak turun mendekatiku dan Jungkook.

Angin kencang yang berhembus dari lubang besar pada patahan dinding berlumut membuat kemeja flanel yang kupakai berkibar, mataku sedang sibuk mengamati deretan bangunan yang menjulang di depan kami- gedung pencakar langit Seattle yang jumlahnya puluhan. Langit kelabu yang mencurahkan hujan rintik-rintik membuat suasana semakin kelam, namun ini sama sekali tidak menyurutkan semangatku.

Bahkan dengan badai yang mungkin akan tiba sebentar lagi, bara api dalam hatiku sama sekali tidak padam. Para bajingan WLF itu akan segera mendapatkan karmanya.

Jungkook mengencangkan kunciran rambutnya, berujar tegas "Kita harus cepat bergerak, hujan akan turun sebentar lagi" padaku dan Yoongi yang ikut mengamati pemandangan Kota Seattle. Aku melirik sosok Jungkook yang berdiri menjulang di sisiku, membuat kepalanya tertoleh.

Notte Stellata (The Starry Night)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang