☄ enam ☄

2 0 0
                                    

Pagi harinya, aku mendengar suara berisik dari luar tenda. Padahal kemarin suasana begitu tenang ketika aku bersama Ruth didekar danau.

"Ares bangun!"

Seseorang menggoyang-goyangkan lenganku, aku benci ini-aku tidak suka tidurku diganggu.

Mataku tetap memilih untuk tertutup dan mengabaikan cahaya matahari yang menyengat.

"Bangun bodoh!"

Sial! Aku membuka sedikit mataku dan melihat Percy berdiri didepanku dan ada juga pria lain, aku tidak tahu siapa namanya.

Lalu aku mengambil guling dan melemparkan ke muka Percy, kemudian lanjut tidur.

BRAK!

Brengsek! Percy baru saja menendangku dari kasur dan aku terjatuh dilantai, bokongku benar-benar sakit, anak dewa sialan!

Aku berdiri dan menatapnya dengan tajam. "Jika aku jadi dewa sekarang, sudah kukutuk kau, dasar demigod sialan." Kesalku padanya.

Percy malah tertawa, akan kuhajar dia sekarang juga. Aku mengepalkan tanganku dan melayangkan pukulanku ke perutnya, tapi ditahan.

"Tidak boleh saling menyakiti, jika bukan di arena perang." Katanya.

Ia tersenyum, dia menunjukkan senyuman gilanya didepanku, anak dewa gila!

"Ayo ke arena, Chiron sudah menunggumu, kita akan latihan perang." Percy tanpa rasa bersalah, malah menarik tanganku keluar dari tenda dan membawaku ke lapangan.

Semua orang melihat ke arahku, aku sih cuek saja, memangnya aku telanjang?

"Ares." Aku tersenyum, Ruth memanggilku dan aku melihat dia berjalan disampingku.

"Pagi." Sapaku sedikit basa-basi lah ya.

Ruth tersenyum dan jujur aku menyukai senyumannya. "Bagaimana tidurmu kemarin?" Tanyaku lagi.

"Lumayan enak, tapi aku masih sedih, tidak ada yang mau satu kasur denganku." Ruth menundukkan kepalanya.

Ah dia sedih lagi.

"Kau bisa satu kasur denganku kalau kau ma-AKH!"

Sial! Percy baru saja memukul kepalaku, dasar keparat.

"Apa-apaan?!"

"Kau yang apa-apaan, tidak ada satu kasur bersama Ruth." Percy menarik lenganku untuk menjauh dari Ruth dan gadis itu malah tertawa geli.

Bagus lah, aku berhasil membuat dia tidak lagi.

"Selamat pagi semuanya, hari ini kita latihan lagi dan Percy selamat datang." Chiron tersenyum dan matanya tertuju padaku.

"Siapa namamu, anak baru?"

Hm, sebentar. Jika aku memberitahu namaku Ares, apa Chiron percaya? Lalu jika aku berkata aku berasal dari Olympus, apa dia akan percaya juga?

Sial!

"Namaku Ares." Sudahlah aku tidak peduli apa pandangannya terhadapku.

"Ares yang Ares, maksudku Ares yang dewa atau Ares yang Ares saja?"

Bicara apa sih brengsek!

"Ares sang dewa perang." Kataku dengan jujur, memang kenapa harus disembunyikan.

Apollo saja yang terlalu bodoh, malah menggunakan nama orang lain, ck.

"Hah?" Oke aku tahu pasti Chiron mengelag. Otaknya kurang jernih untuk berpikir, dasar pria bodoh.

"Percy, kau tahu?"

Kenapa si bodoh itu malah bertanya pada Percy? Kan aku yang berkenalan.

"Iya, dia Ares."

"Aku tidak percaya! Langsung saja mulai pertandingannya Chiron, kita lihat dia benar-benar Ares atau hanya pembual saja."

Cih! Berani sekali anak ingusan itu, akan kubunuh dia.

Chiron mengangguk dan dia memulai pertandingannya.

Aku masuk tim—tunggu dulu, aku tidak mempunyai tim! Aku melirik Percy dan dia malah menggedikkan bahunya.

"Chiron, aku tim ap—"

SATT!

Sebuah tombak nyaris mengenai wajahku dan menancap disamping telapak kakiku, wah bedebah sialan.

Aku membalikkan tubuhku dan melihat ada seorang bocah ingusan dengan bendera biru bodoh diatas kepalanya.

"Kau indepeden, bodoh!"

Aku menatapnya nyalang dan aku mengabaikan rasa bersalah Percy. Aku mengambil pedangku yang ada ditanah, aku tidak tahu punya siapa dan tidak peduli juga.

"Maju!" Katanya dan aku langsung lari ke arahnya, kami pun mulai berperang.

Oke, aku ingin menangis sekarang, doa hebat sekali! Tapi tunggu, dia yang hebat atau aku yang tidak punya kekuatan untuk beperang?

Dan benar saja, ia berhasil menggoreskan pedangnya ke lenganku, ini tidak benar.

AKU BENCI PADAMU ZEUS!!!

Aku ingin sekali marah, tapi percuma saja, ini bukan salahnya dan aku akan berusaha untuk bertahan diri.

Aku kembali menggunakan pedangku dan berusaha mengabaikan tawaan dari timnya, ugh!

"Kau bodoh, kau hanya pembual, Ares tidak lemah sepertimu!" Aku tidak bisa membantah, aku sudah malas.

Namun aku tetap tidak boleh menyerah, aku bisa setidaknya merobek mulutnya dengan pedangku.

Aku menatapnya tajam dan mulai menguatkan pegangan pada pedangku, aku akan tunjukkan pada kalian.

"Rasakan ini!" Kataku dan aku berhasil menusuk kakinya, aku senang.

Lalu tim yang lain datang dan sudah jelas aku kalah, dasar dunia tidak adil, keparat semua.

Aku berlari menghindari mereka bagaikan anak bebek yang kehilangan induknya.

"Dia bukan Ares, Chiron!"

"Hey bodoh! Kemari dan bertarunglah!"

Aku terus berlari dan tergelincir karena lumut sialan itu, aku jatuh dan lututku berdarah.

Bisa-bisanya aku lemah seperti ini, aku benar-benar malu.

"Aku sele—"

SAT!

Aku merasakan tusukan diperut sebelah kananku, aku melihat seorang laki-laki, tidak tahu siapa namanya. Dia berhasil, hebat sekali!

Dia berhasil membunuhku, terima kasih dan semoga aku BISA MEMBALASMU DI LAIN WAKTU!

Aku mendengar suara teriakan Percy, namun aku mulai pusing. Kepalaku berkunang-kunang.

Darahku terus mengalir dan aku melihat semuanya gelap.

⚔⚔⚔

Halo semuanya, maaf update cerita ini lama banget, karena aku juga sibuk belakangan ini, tapi aku bakal sempatin terus.

Menurut kalian Ares bisa kembali jadi dewa apa gak? Atau kekuatannya akan hilang selamanya?

You guess and anyway have a great day or night

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The True Rebel, Ares.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang