BAB 6: Lazuardi

163 23 1
                                    

#Day6

#Lazuardi

Percakapan bahasa Indonesia-Jawa.

Kamus bahasa Jawa ada di bagian akhir.

***********

"Jadi, boleh ndak, Bang? Aku lagi kepingin novel baru loh. Mumpung ono diskon gede-gedean ndek Gramed" tanya Windu memelas.

Sebenarnya Windu sudah tahu betul jawaban apa yang akan didapatnya. Tapi, apa salahnya mencoba 'kan? Kali saja kakak tertuanya itu luluh dengannya wajah melasnya.

"Menurut kamu, Dek? Lagian hari libur gini kok mau keluyuran. Mending ngabisin waktu bareng kakak-kakakmu ini toh," jawab bang Po. Sudah bisa dipastikan diskusi ini akan berjalan dengan alot sebagaimana mestinya.

"Bener kata bang Po. Mendingan main sama kita-kita aja. Tanpa orang lain," ujar Type menekankan kata orang lain.

Hari ini Windu tidak ada kelas, jadi ia dan ketiga kakaknya memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama sebelum seseorang muncul di depan pintu apartemen Windu dengan kemeja sewarna lazuardi yang melekat ketat di tubuh berototnya.

"Aku bakalan jagain Windu, Bang. Anak semanis ini gak boleh sampai terluka. Betul 'kan?" Jelas Pandu sambil mengacak rambut Windu. Mereka berdua sedang duduk bersebelahan.

Windu tak bisa menahan senyumnya, sedangkan ketiga kakaknya langsung berekasi dengan memainkan gestur mual ingin muntah.

"Anjir! Omongan lo kayak jamet Pasar Minggu. Minggat gak lo! Mau gue tumbuk kepala lo? Terus itu kenapa tangan lo nemplok di kepala adek gue, hah?" Type marah lalu menyingkirkan tangan Pandu dari kepala adiknya.

"Ih, jangan marah-marah, Kak. Nanti cepat keriput loh," ucap Windu menasehati Type.

Pandu sepertinya sedang mencari mati rupanya. Buktinya dia begitu berani dan percaya diri memasuki kandang singa, macan, sekaligus beruang.

"Ayolah, Bang. Nanti kalau aku wes balik aku beliin ayam geprek ndek Barokah Malam deh. Suwer aku ndak bakalan ngapusi," ujar Windu sambil memberikan pose peace.

Sedari tadi Mork hanya berdiam diri. Dia hanya menjadi pendengar setia ocehan orang-orang di depannya. Tampaknya dia sedang tidam bernafsu untuk berbicara.

"Mas Mork, boleh ndak aku pergi sama mas Pandu? Aku lagi kepingin banget jalan-jalan sekalian beli buku loh," tanya Windu memelas.

"Boleh, tapi jangan lama-lama loh ya," ujar Mork final. Bang Po dan Type yang mendengarnya langsung melotot tajam ke arahnya.

"Beneran, Mas? Mas Mork terbaik hehe," ucap Windu lalu memeluk Mork erat-erat.

"Loh? Kok dibolehin si Mork? Gak boleh! Windu gak boleh keluar. Ini waktunya we time. Ayo kita nonton National Geography aja," ungkap bang Po.

Mork menatap bang Po dan Type secara bergantian. Sebenarnya ia juga tidak rela kalau adik kecilnya itu pergi bersama orang lain. Lebih-lebih dengan orang yang bahkan sama sekali tidak mereka kenal. Tapi, melihat Windu yang seantusias itu saat diajak jalan-jalan membuat hati Mork berbunga. Ia senang melihat senyuman itu terpatri di wajah manis adik kecilnya dan tak mau senyuman itu hilang.

THE BOY NEXT DOOR [POND x PHUWIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang