BAB 5: Mas Pandu

192 24 0
                                    

#Day5

#Bentala

Percakapan bahasa Indonesia-Jawa.

Kamus bahasa Jawa ada di bagian akhir.

''''''''''''''''''''

Windu merubah posisi tidurnya; mencari spot ternyaman untuk meletakkan kepalanya. Tidur di dalam mobil dengan posisi duduk sangatlah tidak nyaman. Belum lagi posisi mobil yang sedang berjalan membuat kepala Windu terus bergerak tidak bisa diam.

"Aduh!" Windu mengaduh kesakitan saat kepalanya tak sengaja membentur kaca pintu mobil dengan keras. Si supir tak melihat adanya lubang menganga di depannya. Ia terlalu fokus dengan sosok manis di sampingnya.

"Hati-hati dong, Mas. Kepalaku nyut-nyutan nih," ujar Windu kesal. 

Windu merasakan usapan di kepalanya. Rasanya hangat sekaligus nyaman dan Windu menyukai itu. Windu membiarkan telapak tangan itu bermain di rambutnya sampai telapak itu kembali menggenggam roda kemudi. Windu merengut tak suka.

"Kok udahan, Mas? enak tenan loh usapane Mas Mork. Bikin aku ngantuk pol," ujar Windu sambil menguap.

"Mas lagi nyetir, Dek. Bahaya kalau nyetir pakai satu tangan. Bisa bablas nanti kita berdua," jelas si supir.

Windu kaget, suara jantan yang baru saja menyapa gendang telinganya bukanlah suara ketiga kakaknya. Beberapa hari tinggal bersama membuat Windu hafal betul suara kakak-kakaknya itu.

Perlahan, Windu menengok ke arah kursi supir. Bak disambar geledek, sosok di sampingnya ini benar-benar membuat dengkul Windu merosot. Untung saja Windu sedang dalam posisi duduk di jok mobil. Kalau tidak, mungkin tubuh bongsornya sudah ambruk beralaskan bentala.

"Mas Pandu? Kok aku bisa sama mas Pandu? kakak-kakakku semuanya ndek mana?" tanya Windu sambil menengok ke belakang mencari ketiga kakak bar-barnya yang eksistensinya seakan ditelan oleh bentala.

Pandu tak menjawab. Dia masih asyik fokus ke jalan raya di depannya. Ia takut kalau konsentrasinya terpecah saat melihat wajah kebingungan Windu yang cukup menggemaskan itu.

"Mas Pandu," panggil Windu sembari menggoyang-goyangkan lengan Pandu.

Windu dibuat bingung. Bagaimana tidak? Seingatnya, dia sedang tidur di kursi bagian depan mobil kakaknya. Tapi sekarang dia sudah berada di mobil berbeda.

"Mas, kok diem aja, seh? aku dadi wedi loh," Windu bertanya lagi dan Pandu tetap tidak memberikan jawaban berarti.

Windu melihat ke luar jendela. Dia nampak asing dengan jalanan ini. Seingatnya, dia tidak pernah lewat jalan yang didominasi tanaman tebu di kanan kirinya.

"Mas Pandu, ini kita lagi ndek mana toh? Mas Pandu gak lagi nyulik aku kan?" Windu susah berpikiran buruk tentang kakak kelas semasa SMA-nya ini.

Pandu terkekeh, Windu yang mendengarnya langsung panik sendiri.

" Ya ampun, Mas. Sumpah demi tuhan dagingku alot tenan. Aku gak ngapusi loh, Mas." Windu panik sendiri, sedangkan Pandu tersenyum dalam hati melihat kelakuan Windu.

THE BOY NEXT DOOR [POND x PHUWIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang