Hari Sabtu, pukul 05:48 Cella dan Cakra sudah berada di pinggir danau. Jangan tanya udaranya sedingin apa. Pipi gadis itu sudah terasa dingin saat telapak tangan Cella mencoba menyentuh nya. Cakra juga melarang Cella untuk memakai Hoddie laki laki itu, katanya agar udaranya bisa lebih terasa. Laki laki itu memakai kaus oblong tanpa lengan, dengan celana pendek berwarna coklat.
"Cakra lu gila ya, ini masih gelap, kita mau ngapain," Cella terus mengoceh sepanjang perjalanan tadi, tangan nya memucat kedinginan. Gadis dengan kaus oversize itu terus berjalan di belakang Cakra, penasaran apa yang Cakra ingin tunjukan kepada nya. Laki laki itu terus berjalan, sampai pada suatu tempat yang terdapat dermaga yang ukuran nya lumayan luas.
"Cakra kita mau ngapain?" Gadis itu masih terus bertanya. Cakra duduk di ujung dermaga, Cella mengikuti laki laki itu dengan duduk di samping nya. Angin pagi yang dingin tak henti hentinya menyapu pipi mereka berdua. Cella mencoba menurunkan kakinya untuk merasakan air danau yang lumayan dingin, Cella bergidik.
Gadis itu memperhatikan Cakra yang dari tadi memandang lurus ke depan. "Ada apa sih?" Tanya gadis itu ingin tahu. "Lu nggak lupa kan kita pernah main di sini?" Cakra malah balik bertanya. "Ya enggak lah, mana mungkin gua lupa kalo sama lu," Cella menatap Cakra yang kini menatap nya juga, seperti nya ada kesalahan kata pada jawaban Cella barusan. "Kenapa?" Cella mendelik canggung. Cakra seperti nya hanya ingin bernostalgia, laki laki itu ingin mereka berdua mengingat momen momen saat mereka berdua sama sama saling terikat dulu.
Laki laki itu kembali menatap ke depan. Sudah lebih dari 20 menit mereka duduk di dermaga, sampai sinar matahari yang masuk menyinari permukaan danau yang dalam nya hampir 3 meter. "Mau berenang?" Tanya Cakra, memecah keheningan. "Hah, gua nggak bisa berenang, nggak mau ah." Cella berdiri dari duduknya. Mencoba melihat sekeliling nya, banyak pepohonan yang sudah disinari matahari, terlihat menyegarkan mata.
Laki laki tadi memilih membuka kaus yang ia kenakan. "Lu mau berenang?" Cella mengerjapkan matanya, agak sedikit kaget dengan tubuh Cakra yang lumayan bagus.
"Nggak kok." Cakra menjawab singkat, meletakan kaus nya di lantai dermaga. "Terus itu," laki laki itu maju satu langkah ke arah Cella. "Cakra lu mau ngapain sih," Cella frustasi, gadis itu mengerjapkan matanya. satu langkah lagi Cakra maju gadis itu akan tercebur ke danau."Mau ngajarin sesuatu," Cakra maju satu langkah, mendorong tubuh gadis itu ke danau. "CAKRA, CAKRA GUA NGGAK BISA BERENANG." Cella berteriak ketakutan, sampai akhirnya gadis itu tercebur ke danau. Cella panik di dalam air, bagaimana tidak, gadis yang sama sekali tidak bisa berenang kini berada di dalam danau yang kedalaman nya hampir 3 meter. Cakra menunggu gadis itu sekitar 2 detik di dermaga Cella tenggelam, detik berikutnya gadis itu mencoba minta tolong kepada Cakra, dengan tangan yang coba melambai ke permukaan danau. Cella benar benar tidak bisa berenang. Cakra ikut masuk ke dalam danau.
Cakra mencoba menopang tubuh gadis itu agar tidak tenggelam. "Pegangan di bahu gua, kaki lu gerakin sedikit." Perintah Cakra.
Cella masih panik, gadis itu terbatuk batuk ,Cella masih mencoba memeluk Cakra karna takut tenggelam. "Shuut, nggak usah panik ada gua, coba gerakin kaki lu pelan." Cella menuruti perintah Cakra, gadis itu mencoba menopang tubuhnya dengan berpegangan ke bahu Cakra.Nafas yang tersengal-sengal serta rambut yang berantakan, Cella mencoba tenang, "G-gua takut Cakra." Wajah Cella memerah, ingin rasanya ia menangis ketakutan. Cakra hanya terkekeh, "makanya jangan sok mau mati, kecebur aja masih berusaha untuk hidup, itu tanda nya lu masih mau hidup." Cakra menatap mata gadis itu lekat, menahan pinggang Cella agar tetap ngambang bersamanya, tangan kirinya ia gunakan untuk menyeka rambut yang menutupi wajah gadis itu.
"Ya tapi nggak gitu juga bodoh, kan lu bisa ngajarin pake cara lain." Cella memaki, sambil sesekali memukul bahu Cakra. Gadis itu masih dengan wajah cemas nya, "gua tinggal ya?" Cakra meledek Cella, tapi menurut gadis itu candaan nya tidak lucu sama sekali. "Sampe gua mati di sini, gua gentayangin lu." Cella mengancam dengan wajah cemas. Lagi lagi Cakra hanya terkekeh, wajah gadis itu terlihat lebih lucu dari biasanya.
"Bisa tahan nafas di dalam air nggak?" Cakra bertanya. "Bisa tapi jangan tinggalin gua." Cakra mengangguk, Cakra mencoba membawa tubuh gadis itu ke dalam air, membiarkan mereka tertahan di dalam air selama beberapa detik. Cakra mendekat, entah apa yang akan laki laki itu lakukan, pergerakan nya terlihat jelas karena air danau yang cukup jernih.
Laki laki itu semakin mendekat, Cella tidak mau melihat pergerakan nya, memilih untuk menutup matanya. Bibir dingin Cakra menyentuh bibirnya, Cella agak kaget. Gadis itu diam mematung di dama air. Tangan laki laki itu tidak hanya diam, Cakra menahan tengkuk gadis itu. Beberapa detik berlalu, dengan degup jantung Cella yang semakin kencang, rasanya seperti waktu berhenti sangat lama. Cella memukul bahu Cakra, gadis itu kehabisan oksigen.
Mereka berdua segera kepermukaan danau. Cella mengambil oksigen sebanyak-banyaknya, degup jantung nya semakin kacau. "Kenapa?" Cakra menatap Cella yang sepertinya masih kaget dengan perilaku Cakra tadi. "Bibir lu dingin," Gadis itu meracau, matanya menatap apa pun yang berada di depan nya, kecuali manik mata laki laki itu. Degup jantung Cakra juga tak kalah kacau dari biasanya.
"Apa lagi bibir lu." Cakra menyadari gelagat Cella yang tidak biasa, laki laki itu tersenyum kecil. "Mau pulang sekarang?" Cakra bertanya, tangan kanan nya masih setia memegang pinggang mungil Cella. Cella mengangguk, bibir nya pucat, pipi gadis itu juga sudah sangat dingin.
Cakra mencoba mengangkat tubuh Cella untuk naik terlebih dahulu ke dermaga, Cella menekuk lutut nya, melingkar kan lengan nya di sekitar lutut, gadis itu kedinginan. Cakra masih belum naik ke dermaga, laki itu terus berenang sesuka hati. Cella terlihat kesal, "ayo pulang, udah dingin nih." Bibir gadis itu bergetar, angin yang dingin serta sinar matahari yang lumayan hangat terus menyapu kulit gadis itu. Laki laki itu muncul dari permukaan danau, dengan rambut yang basah berantakan. "Berenang lagi sini,"Cakra malah mengajak Cella untuk turun ke danau lagi, padahal gadis itu sudah kedinginan.
Laki laki itu membereskan rambut nya dengan menyisir nya menggunakan jari. Cella agak sedikit bernostalgia, dulu waktu mereka kecil, Cella selalu menemani laki laki itu berenang di danau ini, sekarang dia bisa berenang berdua bersama Cakra. Bibir gadis itu tersenyum tipis, "nggak ah, ayo pulang." Senyuman itu berganti begitu cepat. Cakra naik ke dermaga, ya mereka berdua basah kuyup sekarang. Cella masih duduk, dengan mata yang masih memandang ke arah danau.
"Masih mau di sini?" Cakra berdiri di samping Cella. Gadis itu mendongak, melihat tubuh Cakra yang lumayan tinggi, laki laki itu banyak berubah. Cella berdiri, "ayo pulang." Cella menarik tangan Cakra, mereka berlari keluar dari daerah danau yang di penuhi pepohonan.
Bibir Cakra tidak berhenti tersenyum, laki laki itu masih terus berlari di belakang Cella, dengan tangan yang di genggam erat oleh gadis itu. Cakra menyadari, masih banyak hal gila yang ia ingin lakukan bersama teman kecil nya, masih banyak kenangan yang bisa di ukir oleh mereka berdua. Harus banyak hal yang mereka lewati bersama, sebelum keduanya sangat jauh.
Saling menyayangi bukan berarti harus masuk ke suatu hubungan kan, banyak mereka yang menyatakan juga berujung tidak menjadi apa apa kan. Berarti yang tidak menyatakan bisa lebih dari suatu hubungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRAWALA
Dla nastolatkówMenceritakan tentang Casella Taffanya yang benci dengan hidup nya, dan Cakrawala Dierja yang mencoba bertahan hidup. "Apa arti hidup buat lu?" -Cakrawala. "Arti hidup itu menerima, mengikhlaskan, mencintai, semua orang yang datang dan pergi dari hid...