11. Bebas Berkreasi

1.2K 143 11
                                    

Zeta menggigit bibirnya, matanya menolak bertemu dengan milik Carlo. Ia mencoba mengeluarkan bakat impulsifnya ke permukaan. Sebelum Carlo mengulang pernyataannya, Zeta segera memotong. "Mas yang tadi salah apartemen ya? Sebelah sana Mas, tempatnya."

Carlo menatap Zeta sedetik, dua detik.

Zeta mengerjapkan matanya.

Carlo menggaruk tengkuknya. "Oh ya, di sebelah sana." Carlo berbalik badan dan menuju ke arah yang ditunjukkan Zeta.

Sinyal berhasil ditangkap.

"Aneh banget orang itu," komentar Riga setelah Zeta membuka pintu apartemen.

"Tahu tuh," jawab Zeta cepat. "Salah apartemen sampai dua kali."

Zeta mendahului Riga masuk ke dalam apartemen, melangkah cepat ke area depan tv, mencari keberadaan tas milik Carlo. Setelah ia menemukan tas Carlo, Zeta segera mengambil dan melempar ke dalam kamarnya sementara Riga masih membuka sepatu.

Mas Carlo tunggu di lobi bawah ya, sebentar saya antar tasnya.

Tidak lama setelah Zeta memencet tombol 'kirim' di ponselnya, Riga masuk ke ruang tengah.

"Lo mau mandi dulu?" tanya Zeta basa-basi.

"Iya, pegal banget badan. Mau mandi air hangat"

"Ya sudah gue siapin airnya. Lo siap-siap saja dulu."

"Oke, thanks ya, Ta." Riga kemudian berlalu ke kamar tidur.

Secepat kilat Zeta mengisi air ke dalam panci kemudian merebusnya di atas kompor, semua dilakukan dalam waktu tidak sampai satu menit. Setelah itu ia buru-buru masuk ke kamar dan mengambil tas milik Carlo, memindahkannya ke sebelah rak sepatu dekat pintu apartemen.

Sepuluh menit kemudian, air yang direbusnya sudah mendidih.

"Ga, airnya sudah mendidih. Mau gue masukin ke kamar mandi sekarang atau lo masukin sendiri?"

"Nanti gue masukin sendiri saja. Gue lagi cari kaos tidur gue, nih."

"Oke, gue buang sampah dulu ya."

Tanpa menunggu jawaban dari Riga, Zeta melesat keluar apartemen dengan tas milik Carlo dan plastik sampah yang baru terisi sepertiga.

"Mas Carlo maaf ya. Ini tasnya." Zeta menyerahkan tas kepada Carlo yang tengan duduk di sofa lobi.

"Iya nggak apa." Carlo tersenyum penuh makna yang membuat Zeta jadi salah tingkah.

"Saya pikir suami saya lembur hari ini, nggak tahunya pulang cepat. Jadwal besok saya info besok pagi ya, Mas. Lihat jadwal suami saya dulu." Melihat Carlo yang masih dalam posisi duduk, akhirnya Zeta ikut duduk di sofa sebelah Carlo.

"Memangnya kenapa suaminya nggak boleh tahu Mbak Zeta latihan pilates?"

"Saya mau buat kejutan untuk dia," jawab Zeta spontan. Tingkah laku impulsif Zeta ternyata cukup berguna.

"Untuk pilates, sayang kalau latihannya nggak rutin atau bolong-bolong. Kalau memang tidak bisa latihan di apartemen, kita bisa janjian di studio. Ada beberapa studio untuk latihan yang bisa disewa di sekitar sini."

Carlo kemudian menjelaskan beberapa opsi sewa studio latihan dan Zeta bersyukur pelatihnya cukup pengertian untuk tidak bertanya lebih lanjut terkait keengganan Zeta latihan dengan kehadiran Riga.

"Lama banget buang sampahnya," sapa Riga setelah Zeta kembali ke apartemen sekitar setengah jam kemudian.

"Sekalian cek paket di resepsionis," balas Zeta santai.

Pisah Boleh Cerai Jangan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang