14. Masa Kini yang Bertahan

1.5K 151 3
                                    

Zeta memasang sabuk pengaman sambil menunggu Riga yang sedang membayar uang parkir bulanan apartemen. Setelah sabuk terpasang, pandangan Zeta mengarah ke car organizer yang ada di belakang kursi pengemudi.

"Gue nggak pakai. Mau gue balikin ke Ririn tapi waktunya nggak pernah ketemu."

"Kalau lo nggak pakai, kenapa diterima dulu hadiahnya?"

"Dia kirim ke apartemen."

"Setelah kita menikah."

"Setelah kita menikah, dia nggak sempat hadir di pernikahan kita."

"Hadiahnya nggak umum, ya?"

"Ririn memang begitu. Suka ada aja pikirannya, kayak lo."

Apakah gue akan terpikir memberikan hadiah pernikahan ke mantan pacar berupa sex toys? Pertanyaan ini terus memenuhi pikiran Zeta sejak terakhir ia dan Riga membicarakan soal vagina fleshlight.

Zeta menggeleng. Seimpulsif dan random apapun dirinya, tidak mungkin akan terpikir memberikan sex toys ke mantan pacar. Hadiah itu terlalu pribadi dan bisa menyinggung perasaan penerima dan pasangannya.

Seperti perasaan Zeta yang terus tidak tenang sejak mengetahui bentuk hadiah pemberian mantan pacar Riga.

Zeta tahu Ririn, ia cukup kenal malah. Ririn salah sedikit dari sekian banyak pacar Riga, yang tidak pernah meminta Riga menikahinya. Mereka putus sambung cukup lama sampai akhirnya Riga memutuskan menikahi Zeta yang berarti menutup kesempatan untuk Riga dan Ririn kembali bersama.

Kalah oleh rasa penasaran, Zeta akhirnya merogoh ke dalam car organizer untuk mengecek keberadaan benda yang mengganggu pikirannya.

Kosong

Apakah Riga sudah bertemu Ririn? Kenapa Riga tidak pernah bercerita kepadanya.

Suara pintu mobil terbuka membuat Zeta otomatis menarik tangannya. Riga masuk ke dalam mobil dengan muka ditekuk.

"Lo tahu biaya parkir langganan naik?"

Zeta menggeleng.

"Seenaknya saja ya mereka menaikkan biaya tanpa perbaikan fasilitas. Penghuni apartemen semakin banyak, kita rebutan tempat parkir terus dan mereka malah menaikkan biaya begitu saja."

Riga terus mengoceh tentang keberatannya akan kenaikan biaya langganan parkir, sementara Zeta semakin larut dalam pikirannya sendiri.

"Kok lo tumben nggak komentar?" tanya Riga ketika menyadari Zeta tidak menimpali ocehannya.

"Mungkin mereka butuh uang tambahan," balas Zeta asal.

"Siapa yang nggak butuh uang?" tanya Riga retoris. Jalanan di depan mereka mulai padat, Riga tampak berkonsentrasi penuh pada jalanan sehingga lupa melanjutkan ocehan.

Zeta melirik kembali ke arah car organizer. Entah kebetulan atau konspirasi semesta, suara Raisa menyanyikan lagu Mantan Terindah terputar dari shuffle Spotify yang tersambung ke audio mobil.

"Ga, kalau gue masih berhubungan sama mantan-mantan gue, lo terganggu nggak?"

"Sama Tommy?" tanya Riga balik menyebutkan salah satu mantan pacar Zeta yang cukup akrab dengan Riga. Perumpamaan yang tepat dengan kondisi pertemanan Zeta dan Ririn.

Zeta menggangguk.

"Beberapa hari yang lalu gue ketemu dia di acara seminar. Sempat ketemu juga di mall waktu dia mau nonton sama tunangannya."

"Tunangan?" Gantian Zeta yang bingung. Dia malah baru tahu Tommy sudah punya tunangan.

"Lo nggak tahu? Dia rencananya mau menikah habis Lebaran. Nanti sih mau undang kita kata dia."

Pisah Boleh Cerai Jangan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang