"Mau rasa coklat kah, keju kah, atau apapun.
Semua, untukmu."-
"Mi, pengen makan pisang molen."
Bumi, yang sedang tengkurap di atas karpet ruang tamu rumahku langsung menatapku dengan tatapan kesal. Dia tersenyum pahit.
"Apa??" tanyaku lagi, menutut alibinya mengapa dia menatapku dengan tatapan seperti itu.
Bumi terkekeh. "Nggak. Aneh aja, dari kemarin manggilnya ganti-ganti. Dasar nggak konsisten!"
"Memangnya kau mau dipanggil apa? Sayang? Nggak mungkin, kan?"
Dia pura-pura bergidik. "Siapa yang mau jadi pacarmu juga."
Aku melemparnya dengan bantal yang ada di atas sofa tempatku juga lagi tengkurap, kepada Bumi yang berbaring di lantainya.
"Pergi kau!"
"Anin!!"
"Tuh, di panggil." Bumi langsung melempar bantal itu balik dan melirik kearah Mamah yang lagi geleng-geleng kepala lihat kelakuan putri sulungnya.
"Kenapa, Mah?"
"Kamu ini, ya! Bukannya Bumi diajak makan juga malah lempar-lemparan bantal begitu. Anak gadis bukan, sih? Nggak sopan itu pas ada tamu." Mamah memberi wejangan, kayak biasa.
Udah hafal!!!
"Bumi mah bukan tamu, Mah!" sergahku. "Penumpang gelap dia!"
Bumi melotot sedangkan Mamah langsung memukul pinggulku dengan agak keras, menyuruhku untuk bangun. "Makan!" katanya, membuatku terpaksa untuk bangun dan pergi ke ruang makan buat menyantap hidangan yang baunya semerbak ini.
Memang, ya, ikan terinya Mamah kalau pake sambal itu nggak ada tandingan.
Bumi ikut makan juga. Kami mulai menyantap makanan dengan tenang sampai aku tiba-tiba berceletuk, "Mah, pengen makan molen."
"Molan molen." Beliau ini emosi melulu ya tiap kali lihat aku? "Beli lah! Nggak jauh."
Ngomong-ngomong, bagi yang nggak tahu, rumahku di daerah Dago atas. Rumah warna putih kusam gaya Belanda yang diwarisi dari kepunyaan Opa, dengan pagar abu-abu dan pohon asam Jawa dihalamannya, beserta banyak tanaman-tanaman punya Mamah karena beliau adalah duta tanaman hias se-indonesia.
"Iya, nanti mau beli. Makanya saya laporan."
Belum lama berselang setelah pembicaraan itu--tepatnya waktu aku lagi cuci piring bagian masing-masing--ada yang memanggil nama Mamah dari ruang tamu.
"Rin..."
Iya. Nama Mamah memang Erinta Kusuma.
"Siapa ya??" Mamah mengelap tangannya yang masih basah ke celana pendek rumahannya dan ke depan, menemukan seseorang yang memanggil-manggilnya dengan panggilan akrab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu Indonesia Bercerita
Novela Juvenil[ft. doyoung kim] Bukan Dikta, Dimas ataupun Dimana-mana hatiku senang. Bukan ketua BEM, ketua organisasi maupun ketua-tuaan. Serius! Daksa ya Daksa. Daksa-nya Anin yang suka makan gurilem, apalagi diam-diam waktu dosen lagi jelasin materi...