"01. Berakhir"

25 6 1
                                    

Jika seseorang tidak bisa dipaksakan untuk selalu bersama, mengapa harus tetap dipertahankan.

Jefa Wijaya-

🐄🐄🐄

01. Berakhir.

"So? lo kenapa masih deket sama masa lalu lo itu?" tanya Jefa dengan kedua tangannya yang melipat didada.

Yang ditanya hanya diam tak bergeming, ntah dia takut jika hubungannya berakhir, atau tidak. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah kosong.

"Gapapa sih mau lo deket sama siapa aja, sekalipun itu masa lalu lo gue ga ngelarang. Tapi sekarang lo kayak ngelunjak ya? btw lo bisu atau gimana?" terkekeh dengan tangan yang menutup mulut.

Hening beberapa saat. sampai akhirnya Jefa menghembuskan nafas pelan.

"Oke, sekarang terserah lo aja put. Mau berakhir sampai disini aja? oke gapapa. Gue ga marah sama lo cuma kecewa! inget kecewa. Jaga dia baik baik jangan sampai dia pergi lagi dari hidup lo, gue pamit put. Thanks." sambil menepuk pundak Putra pelan.

Lalu Jefa meninggalkan Putra sendirian dikelas. Sedari tadi lelaki itu hanya diam sampai Jefa pergi dari kelasnya ah bukan tapi pergi dari kehidupannya.

Mengapa dirinya sangat bodoh? Mengapa endingnya seperti ini? Sakit? tentu! Apa ini sungguhan? Tolong katakan padanya bahwa ini hanya mimpi buruk! Jefa pergi dari kehidupannya? Tidak mungkin! Apa dia benci dirinya? Apa dia bakalan ngejauh setelah semua ini terjadi? Tapi...kenapa hatinya biasa saja ketika Jefa pergi? Seperti tidak melarangnya. Dan pikiran ini, selalu menyuruh Jefa untuk kembali. Seolah tidak mau ini semua terjadi.

Lama terdiam dengan perasaan campur aduk sudah seperti es campur. Dengan rasa kecewa, sedih, marah, kesal semuanya menjadi satu. Ntahlah.

Putra memilih pergi meninggalkan kelas yang sudah sepi, lapangan pun tampak tidak ada siswa siswi yang berlalu lalang untuk latihan ekskul, dan langit pun mulai gelap. Apakah selama ini dia melamun tentang Jefa?

Sampai diparkiran, Putra langsung saja menaiki motor kesayangannya dan pergi kerumah. Untung saja gerbang sekolah belum ditutup, satpam sekolah dan juga penjaga kebersihan belum pulang.

🐄🐄🐄

"Kenapa?" guman Jefa lirih pada dirinya sendiri.

Jefa kini sedang berada di balkon kamarnya tentu saja sendirian, setelah dari sekolah dia langsung melesat pergi kerumah dan merenung atas kejadian tadi.

Sedih? tentu.

Tapi kenapa tadi dirinya terlihat biasa saja di depan Putra? Mengapa harus berkata seperti itu? Mengapa tidak menunjukan rasa sedihnya? Mengapa tidak marah?

Bagi Jefa, jika seseorang tidak bisa dipaksakan untuk selalu bersama, mengapa harus tetap dipertahankan.

Disatukan oleh semesta dipisahkan oleh keadaan.

"Gue terlalu bodoh ya?" lirih Jefa dengan terkekeh pelan.

Lalu tangannya mencari sesuatu untuk menelepon seseorang. Karena Jefa tau bahwa dirinya sedang butuh sandaran jadi dia menelepon kepada sepupuhnya untuk kesini dan juga pindah sekolah.

"Apa?"  Tanya seorang lelaki disebrang sana.

"Mulai besok pindah sekolah sama gue!" tegas Jefa

"Dih siapa lo ngatur hidup gue?!"

"Mau gue gantung tuh ginjal?"

"ck, iya iya. Emang kenapa sih fa?"

Jefa hanya diam dan menghembuskan nafas kasar.

"Ada masalah?"

Pertanyaan itu seperti angin lalu bagi Jefa, kini Jefa tengah memikirkan sesuatu tentang Putra. Ntahlah setiap mengingat kejadian tadi Jefa merasa ada yang aneh tapi apa? Sedih? iya, ingin mengejar? iya tapi seolah olah ada yang menghalanginya dan juga menahannya, perasaannya juga bimbang. Jefa tidak tau jika perasaannya kepada Putra masih sama atau pun sudah tidak ada.

Handphone yang sejak tadi di genggam oleh Jefa lalu didekatkan pada telinganya kini sudah dia simpan dan juga telah mematikan teleponnya sepihak. Pikiran dan juga perasaannya kini kembali mengingat semua hal tetang Putra, dari dia pertama jadian sampai saat ini.

🐄🐄🐄

Vote and komen!

You Change EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang