{2}•

767 92 4
                                    

Thanks for 10K+ readers dan 1K+Vote

(。・ω・。)ノ♡
____________________________________

Angin malam menemani kumpulan orang berbeda generasi balkon sebuah gedung. Tidak ada perbincangan sama sekali dari mereka. Terdiam, membisu dengan dinginnya malam.

Lelaki yang baru saja memasuki usia dewasanya terlihat tidak tahan pada atmosfer itu, matanya menutup sebentar kemudian kembali terbuka untuk menyoroti wanita dewasa yang sendari tadi diam tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Bagaimana itu terjadi bibi?! Mengapa dia bisa pada kondisi seperti itu saat dalam pengawasan mu?!!"

Lelaki itu membentak. Kondisi nya saat ini tidak lebih baik dari wanita tadi. Terlarut dalam keheningan membuatnya frustasi memikirkan gadis malang yang terbaring  di dalam sana.

"Clarisc jangan menekan bibi mu....."

Wanita dewasa lain menangis, memperingati sang anak untuk tidak membuat iparnya semakin buruk. Meski kondisi dirinya tidaklah lebih baik sang ipar, dia tidak ingin sang anak bertingkah sembarangan.

"Tapi ma..."

"Tidak kah kau melihat bibimu begitu menderita, melihat keponakan nya sendiri tertabrak tanpa bisa mencegah...?"

Tersentak, wanita yang di panggil itu kembali merenung. Itu tidak terjadi jika dia tidak memarahi sang keponakan, batinnya terus menyudutkan mentalnya.

"Bibi... Tenanglah, Sheryll akan baik-baik saja." Pemuda lain dengan inisiatif memeluk wanita menyedihkan itu. Meski kesedihan juga melingkupi dirinya, dia berusaha untuk membuat orang lain tidak terlalu menyalahkan dirinya sendiri. Dia tau bahwa sang bibi sedang perang batin menyalahkan dirinya atas kejadian tempo waktu yang lalu.

Pria yang merupakan kepala keluarga itu menghembuskan nafas berat, istri dan adiknya sama-sama tertekan. Betapa dirinya ingin menghilangkan kesedihannya itu, namun apa di kata dirinya terlalu terlihat tidak acuh pada kondisi orang di sekitar nya. Hanya pada istrinya saja, meski terkadang.

Melipat tangan di dada, pria itu mengambil seluruh perhatian semuanya, "apa pun yang di katakan dokter, ku harap kalian tidak terlalu menaruh harapan besar, agar kekecewaan pun tidak besar."

"Segitu tidak perduli nya kah kau pada putri mu sendiri?"

"Papa!! Kenapa kau berkata seperti itu, Sheryll pasti sembuh!"

"Bahkan di saat seperti ini... Kau masih bersikap seperti itu pada putri ku?" Wanita yang merupakan ibu itu tersenyum pahit. Suaminya sangat jarang menaruh perhatian pada sang anak perempuan, entah apa alasannya, yang pasti itu juga menyakiti hatinya. Oleh sebab itu, dia mencurahkan segala kasih sayang kepada satu-satunya anak gadisnya, meski terkesan pilih kasih agar sang anak tidak terlalu memikirkan sikap sang suami.

"Hah... Bukan seperti itu, bukan kah dokter telah menjelaskan sebelumnya, aku hanya tak ingin kalian—"

"Bang, lebih baik kau diam saja. Sheryll, dia akan selamat..."

Wanita itu menatap pria itu dengan kasar.

FrinCell yang merupakan anak pertama pria itu menatap sang ayah tajam. Sedingin nya interaksi nya dengan sang adik tidak sampai menjadikannya kakak yang tidak perduli. Sikap papanya sungguh sangat membuatnya marah.

Tangannya menarik kerah pria itu kasar, "jangan buat mama dan bibi menangis! Terserah jika papa tidak perduli dengan Sherill,... Tapi jangan seperti ini."

Menarik bajunya, pria dewasa itu menepuk pundak FrinCell pelan, "aku perduli pada anak-anak ku,"

"Aku hanya ingin mengatakan, jangan terlalu berharap banyak untuk Sheryll segera bangun, dokter mengatakan bahwa dia koma dan tidak tau pasti kapan tersadarnya..."

"Aku pun sedih melihat anak gadisku dalam kondisi seperti ini, hanya jangan membuat nya terlihat jelas. Sudah, Clarisc, FrinCell sekarang pulanglah, biar aku dan mama mu yang tinggal. Kau juga dik." Pria itu berjalan masuk ke dalam. Di mana sang anak terbaring dengan alat-alat untuk membantu nya hidup.

"Koma....?" Wanita itu berguma lirih.

Ibu mana yang tidak bersedih saat mendapati kabar seperti ini. Bahkan Clarisc harus memapah ibunya masuk ke dalam karena lemas setelah mendapat Kabar yang baru di terimanya.

"Bibi, FrinCell antar pulang?"

"Tidak, bibi pulang sendiri saja. Pulanglah bersama Clarisc."

Tbc.....

.
.
.
.

Tau ga si, aku dari tadi siang tu ngumpet di kamar sampe sore soalnya rumah aku ada arisan keluarga hiks,...

Rame banget, berisik pula😒

Aku malu tau, mau duduk bareng di luar, soalnya hanya ada orang tua aja, kan males. Ade Aku, aku usir keluar kamar biar jangan bareng di dalem kamar aja|| jahat emang😣

Alasan aku ngumpet di kamar ga banyak, aku cuma ga tahan asap ROKOK! Sesek tau ga dada hirupnya sama juga bosen duduk kek orang bego di situ.

Untungnya papa ku ga merokok sama sekali😗 jadi aku masih hidup dengan bernafas normal sampe sekarang😌

Pas acara udah kelar, orang udah pada pulang semua, cepet-cepet deh aku kabor naik bukit nyari sinyal buat up Side Story sekalian nyari hiburan setelah sekian lama mengurung diri di kamar.

Pening juga pala ku lama-lama di kamar.

Sumpah, rumah udah bau apa lagi pas aku keluar kamar, hiks.. Kepala ku seketika sakit, mana cucian piring menggunung〒_〒

Dah lah...:/

Tinggal 1 minggu lagi waktu liburan aku di kampung hiks... Tar lagi sekulll

Udah ah banyak banget bacotan aku, maaf Side Story emang pendek, aku belom bisa buat Chapter baru soalnya Laptop mamah yang aku biasa pinjem buat nulis cerita, keyboard Wordnya kekunci, mamah aki ampe sekarang belom bisa bukanya. Jadi kemungkinan lama up huhu....v_v

Ini juga aku pinjem Hp mamah buat nulis sama up Side Story, kenapa ga pake Hp aku? Hp aku sibuk kwkwk, ga kok, Hpnya ga kenapa-napa hanya enaknya pake Hp mamah, aki juga mulai nulis cerita ReiAlsha di Hp mamah|| meski sering banget kena marah😅

kalian tau kan hp orang lain lebih menarik dari hp sendiri😂😂(bercanda).

Oke cukup, ini bacotan terpanjang aku buat pertama kalinya, aku jarang banget bacot di awal-awal soalnya(biasalah masih baru soalnya, jadi rada cangung banyak bacotan), makasih lho ya yang udah mau baca meski pasti banyakan yang di skipp(biasalah ga penting juga).

Bye👏👏...

.
.
.
.
.


Love The Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang