2

2.8K 327 33
                                    


A/n: Ada 1/2 perubahan alur kayaknya bakal ngaruh ke belakang. Silakan baca jika masih minat. Sangkyu,,,





Blammm...

Uzumaki Naruto terlonjak kaget saat pintu kantornya dibuka kasar oleh seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya sedari sekolah, Uchiha Sasuke. Ia terperangah saat melihat wajah tak bersahabat pria itu. Tajam memang sudah biasa tapi, aura kemarahan yang tercetak jelas dari wajah stoicnya patut untuk dipertanyakan.

Memang ia sering keluar masuk kantornya, begitu pula sebaliknya. Namun lain hari ini, pintu kayu mahoni miliknya menjadi korban kekerasan pria yang selama ini dinilainya tenang itu. Ada apa sebenarnya?

"Apa-apaan kau ini? Harusnya kau cuti dan menikmati honeymoon. Kenapa datang ke tempatku, huh?" Sarkas Naruto yang langsung mendapatkan delikan tajam dari sang empu. Ia mengendik tak peduli. Sasuke pikir, ia akan takut dengan laser hitamnya itu? Jangan harap.

Mendapati kebungkaman Sasuke, ia segera beranjak menuju coffe mixer samping layar proyektor, meracik kopi pilihan yang selalu disediakan asistennya tanpa ada kata terlambat. Sebagai penyuka sesama kopi, tentu minuman itu adalah pilihan kedua setelah alkohol tentunya. Berhubung hari masih siang plus jam kerja masih berlangsung, ia tak mungkin memberikan minuman haram namun memabukkan itu untuk disajikan. Terlalu fatal akibatnya nanti.

Safirnya sesekali melirik Sasuke yang menyandarkan tubuhnya di salah satu sofa panjang. Dilihat dari penampilannya yang kusut beserta attitude di luar batas, ia yakin sahabat sedari sekolah menengah atasnya itu tengah diterpa masalah. Dan ia juga yakin jika ini menyangkut pernikahannya kemarin.
Kalian tahu, ini hanyalah insting antar sahabat yang terlalu mengerti dengan tingkah laku sahabatnya yang tampak lain.

Meletakkan satu mug kopi pahit di hadapan Sasuke dan mendudukkan tubuhnya di samping pria itu, rasa pahit yang menyambangi organ tak bertulangnya, sedikit menghilangkan penat yang berpusat di kepala.

Renggangan badan yang ia lakukan setelah meneguk kopinya, menciptakan bunyi kretek samar. Sangat melegakan merasakan otot kakunya sedikit lentur akibat pergerakannya tadi. Namun, tentu saja wajah garang sahabatnya masih menduduki peringkat pertama dalam otaknya.

"Pengantin baru bukannya terlihat bahagia, tapi kenapa malah kusut begitu, hah? Kau tidak diberi jatah mantap-mantap pagi tadi?" Mampuslah! Ia sebenarnya hanya asal bicara. Tapi, masa bodoh dengan tatapan setajam elang yang lagi-lagi menghunusnya. Ma-sa-bo-doh!

Ia tak habis pikir dengan tindakan Sasuke. Jujur, ia kesal karena tanpa ada pembicaraan apapun, pemuda itu melakukan acara sakral, pernikahan. Dianggap apa dirinya selama ini? Bukankah mereka adalah sahabat? Apalagi, ia menjadi saksi bagaimana perjalanan romansa pria itu. Sialan, ia seperti tak teranggap, dattebayo.

Mencoba berpikir lebih panjang, sebenarnya tidak apa-apa jika pemuda itu melakukan hal sakral itu. Toh, ia sudah dewasa--- sudah waktunya merajut asa untuk memasuki dan menikmati jenjang selanjutnya. Hanya saja, ia merasa ada yang salah di sini. Ia yakin ada yang tidak beres dibalik pernikahan Sasuke dan itu yang membuatnya kesal dan bertanya-tanya. Jelas-jelas ia tahu, siapa yang pemuda itu cintai. Tapi, kenapa ia malah menikahi Haruno Sakura, si wanita bar-bar--- menurutnya. Walaupun sekilas wajah Sasuke terlihat brengsek, namun ia yakin jika laki-laki itu akan selalu setia dengan Yamanaka Ino meskipun hubungan mereka sering kali putus-nyambung. Tapi, kenapa laki-laki itu malah meminang Haruno Sakura selang ia putus dengan Yamanaka Ino dua bulan yang lalu?

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang