"Kenapa dengan wajahmu?"
Yamanaka Ino mendudukkan pantat sexynya di sofa tunggal samping Hinata. Wanita pirang itu melemparkan tatapan tanya saat wanita beridentik ungu menatapnya penuh kebimbangan. Ada sepercik selidik yang terlihat, akan tetapi Yamanaka Ino mengabaikan. Toh, ia yakin jika Hinata akan memuntahkan unek-uneknya, sebentar lagi. Ia hanya tinggal menunggu.
"Aku sedikit heran dan juga syok," ujarnya diiringi dengan tekanan memutar pada ujung pelipis kanannya yang lancip. Ametys itu terus membidik segala gerakan Yamanaka Ino yang tampak santai, seolah-olah wanita itu memang belum tahu kabar yang baru saja beredar di media sosial. Apa jangan-jangan ia memang belum mendengarnya?
Mendesis samar, ia selipkan anak rambutnya yang mengenai bibir ke belakang telinga. Ketukan jari tak beruntun di atas pahanya menjadi tanda kebimbangannya lagi, antara membicarakannya atau tidak. Ah, tapi lidahnya terlanjur penasaran. Dan ini tidak boleh terhenti begitu saja. Ia harus mendapatkan jawaban.
"Soal?"
Alis pirangnya naik separuh yang mana kini disambut dengan hunusan tajam yang mulai maju beberapa centi. Hinata menggigit bibirnya sekali lagi, sedikit menggeser tubuhnya sembari menegak sebotol orange jus yang tinggal separuh. Udara panas hari ini membuatnya menyetok dua botol orange jus dingin ke meja ditambah dengan panas akibat pemberitaan yang baru saja ia lihat di laman media sosialnya."Sasuke," ada tekanan di ujung lidah, terhenti seperkian detik. Jujur, Hinata berdebar saat melihat ekspresi Ino yang sempat berubah muram saat nama itu tersebut olehnya. Ia memilin rambutnya ke belakang, frustasi.
Decihan bersamaan dengan tatapan sendu tergambar di manik aquamarine Ino. Bohong, jika ia tak rindu dengan pria yang baru saja disebut namanya itu. Hampir satu minggu, mereka tak berkomunikasi dan juga bertemu sapa. Ah, tapi harusnya pria itu mengerti keadaannya. Ia hanya butuh waktu dan pengertian. Hanya itu.
"Kalian benar-benar putus?"
"Hm," gumamnya asal. Mereka hanya sedang break. Kenapa semua orang selalu ingin tahu dengan kehidupan pribadinya? Apalagi dengan segala kesimpulan yang dibenarkan dengan pemikiran mereka sendiri. Ck, menyebalkan. Ia hanya ingin mengurai benang kusut di antara mereka dan sedang ingin fokus dengan drama yang lusa akan dibintanginya.
"Karena apa?"
Sungguh, Ino ingin hengkang saat ini namun mengingat ia harus bertemu dengan produser Nagato untuk mengambil naskah yang harus ia pelajari, ia dengan terpaksa mengelem pantatnya di auditorium ini bersama Hinata yang tingkat kejeliannya entah mengapa semakin menjadi."Kau terlalu banyak ingin tahu, Hinata. Apa yang membuatmu terganggu hingga menanyakan urusan pribadiku? Kau tampak bukan Hyuuga Hinata sekali." Ino tidak suka diusik. Baginya, privasi adalah privasi. Dunia entertaiment begitu kejam dan ia tak ingin mengumbar apapun mengenai kehidupan pribadinya, yah, terkecuali ia kecolongan dengan hubungannya dengan Presdir di mana ia bernaung. Salah Sasuke yang tak bisa menahan rasa kasmarannya hingga mereka tertangkap basah sedang dinner dan tersorot kamera wartawan.
"Ah, maaf jika begitu. Aku baru saja membaca artikel tentang Haruno Sakura. Dia akan menikah."
Alis Yamanaka Ino naik separuh. Haruno? Ia tentu tak asing lagi dengan wanita itu. Seseorang yang ia akui kemampuan, bakat, serta aura memikat. Ditambah pula dengan scandal-scandal yang selalu dibuat oleh wanita itu. Namanya sudah populer di kalangan artis sepertinya.
"Waktumu sekarang digunakan untuk bergosip, heh? Dan apa hubungannya dengan wanita penuh scandal itu dengan pembicaraan kita? Kau tahu aku sama sekali tak suka bergosip, bukan?" Ino menarik nafas dalam sembari melirik jam tangan hitamnya. Waktunya bertemu dengan Nagato masihlah lama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story
Literatura FemininaJika membuatmu hancur adalah impianku. Maka, biarkan aku mewujudkannya.