Loteng

4 2 0
                                    

Untuk menghilangkan segala pikiran negatifnya, Anwar pun bergegas mandi dan bersiap menuju masjid tak jauh dari rumahnya. Adzan maghrib pun berkumandang. Selepas shalat maghrib dan dilanjut shalat isya berjamaah, satu per satu jamaah pun mulai meninggalkan masjid. Anwar sepertinya memperpanjang do'anya,  hingga ia paling akhir meninggalkan masjid dan tak sengaja langkahnya yang lumayan panjang menyusul langkah pak Diman, tetangga sebelah rumah Anwar yang sekaligus adalah kerabat dari ibundanya. Mereka pun saling sapa dan berbincang sembari berjalan menuju rumah masing-masing.

"kapan balik berlayar a'(sapaan sehari-hari pak Diman untuk Anwar), baru mulai kelihatan lagi, makin sukses ya sekarang?" tanya pak Diman beruntun.

"2 hari yang lalu pak, Alhamdulillah pak rezeki Allah yang sudah atur pak" jawab Anwar disambut senyum keduanya.

Ada beberapa hal yang sebenarnya ingin ditanyakan pak Diman pada Anwar. Tanpa bermaksud ingin tahu semua urusan rumah tangga Anwar, pak Diman pun mulai bertanya.

"anak dan istri gimana kabarnya a'? udah beberapa hari ini bapak gak lihat anak-anakmu, biasanya kan tiap sore main sepeda keliling kampung dan nyapa bapak juga" tanya pak Diman melepas penasarannya.

"Alhamdulillah semuanya baik-baik aja pak, cuma tadi pagi Sarah mendadak panas tinggi jadi dibawa ke RS, kalau anak-anak udah beberapa hari nginap dirumah neneknya pak" jawab Anwar polos.

"Lho Sarah antar anak-anak kekampung ibunya ya a'? tapi kapan keluar rumahnya ya? dari 2 minggu yang lalu bapak selalu diteras rumah, lagi jemur padi juga soalnya, gak ada tanda-tanda Sarah keluar rumah sama anak-anak, biasanya kan kalau mau pulang kekampungnya gitu Sarah pasti mampir kerumah buat pamit, malah baru pagi tadi bapak sempet liat Sarah, tapi kayaknya kalian buru-buru jadi bapak gak sempet sapa"

Anwar semakin bingung dan bertanya-tanya, tak terasa mereka pun sampai dirumah masing-masing. Ketika akan salam dan masuk ke dalam rumah, Anwar mendadak kaget karna mendengar istrinya menjerit histeris di dalam rumah. Tanpa berpikir lama, Anwar pun berlari dan menghampiri istrinya yang sudah dalam keadaan terduduk di dapur dengan pisau ditangannya.

"Astaghfirullah, ma kamu gak apa-apa? lagian ini ngapain malam-malam pegang pisau di dapur?" tanya Anwar panik.

"gak apa-apa kok pa, ini tadi mama mau bersihin daging yang kemaren, gak taunya ini lantai licin banget, jadi mama kepeleset karna terburu-buru, soalnya pagi-pagi mama mau masak semua dagingnya, jadi bisa dibagi-bagiin ketetangga kan? takut makin gak segar dagingnya kalau lama-lama dikulkas" penjelasan Sarah sambil mengatur nafasnya.

Anwar pun menuntun Sarah menuju ruang tengah dan hendak kembali menuju dapur, tapi Sarah berusaha menahannya. Anwar beralasan ingin membersihkan lantai yang licin sekalian mau buat wedang jahe karena dia mendadak mual.

Pantas saja Sarah sampai terpeleset, ada banyak darah dilantai tempat Sarah jatuh tadi, karna lantai dapurnya berwarna gelap jadi tadi tidak terlalu memperhatikan. Setelah mencari sumbernya, ternyata masih ada tetesan darah sedikit demi sedikit dari atas loteng dapurnya, lagi-lagi gak sempat terperhatikan karna lotengnya pun terbuat dari kayu yang berwarna coklat. Loteng diatas dapur yang fungsinya sebagai gudang kecil untuk menaruh perabotan dapur yang jarang dipakai itu pun mendadak jadi perhatian Anwar. Anwar sangat penasaran dan segera menaiki tangga, tiba-tiba saja Sarah sudah memanggilnya dipintu dapur.

"lho ngapain pa? katanya mau bikin wedang jahe, itu kompornya belum nyala sama sekali, udah papa tunggu didepan aja biar mama yang bikinin ya" Sarah bergegas meracik wedang jahe dan menyalakan kompor.

"kamu gak sadar apa ma, itu lantai banyak darahnya lho, dan anehnya lagi darahnya masa dari atas loteng sini, makanya papa mau periksa, nah itu liat daster kamu noda darah semua" penjelasan Anwar semakin membuat Sarah pucat.

Sarah yang baru menyadari noda darah dibajunya mendadak panik dan mencari alasan untuk menutupi semua dari suaminya.

"anu, itu tadi pa pas mama lagi bersihin daging tiba-tiba aja ada kucing masuk sini, ikut endus-endus daging, jadi mama mau usir, karna mama lagi pegang pisau juga jadi mungkin tadi pas kucingnya lompat gak sengaja kegores pisau sedikit, mungkin kucingnya lari keatas" ucap Sarah sekenanya.
"lagian loteng atas kan gelap banget pa, lampunya mati juga, jadi besok aja ya carinya, ini wedangnya udah hampir mateng, papa nunggu didepan aja, o iya sekalian mau makan gak pa? biar mama siapin" lanjut Sarah panjang lebar menutupi kepanikannya.

"gak usah ma, papa masih kenyang makan lumayan banyak tadi siang, lagi mual juga kan jadi gak selera makan, ya udah papa tunggu didepan ya" Anwar pun berlalu pergi.

*****

Waktu menunjukkan pukul 01:45 Anwar tidak bisa tidur sama sekali karna merasa banyak yang janggal di rumahnya. Melihat istrinya tertidur pulas, Anwar kembali menuju dapur dengan rasa penasarannya. Semakin banyak tetesan darah didapurnya, aroma anyir semakin menusuk. Dan kali ini dia mendengar rintihan tangisan anak kecil, Anwar pun mencari sumber tangisan itu. Perhatiannya tertuju pada rak piring karna disana sumber tangisannya semakin jelas terdengar. Dia pun mendorong rak piring pelan, tapi tetap berisik karna getaran piring dan gelas diatasnya. Mulailah dia menggali ubin dibawah rak piring tadi, betapa histerisnya Anwar saat melihat ada 2 kepala anaknya dibawah sana. Anwar menjerit sejadinya dan terbangun pas adzan subuh pun berkumandang. Ternyata hanya mimpi, batinnya.

*****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

kemana anak-anakku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang