Berlayar dan Kembali

15 3 0
                                    

Anwar terkenal orang yang berada dikampungnya, seorang pelaut sukses yang cukup berpengaruh dilingkungannya. Rendah hati, dermawan dan sangat humble. Semenjak kepergian istrinya pasca melahirkan anak keduanya, Anwar memutuskan menikah lagi dengan wanita pilihan keluarganya. Sarah yang masih termasuk kerabat jauh dari pihak ibunya itu kerap kali jadi perbincangan ibu-ibu dilingkungan tempat tinggalnya. Berbanding terbalik dengan "image" Anwar yang sangat positif, justru Sarah malah kebalikannya. Banyak yang beranggapan Sarah terlalu angkuh, riya dan sombong, mungkin karna mendadak jadi merasa diatas karna menikah dengan Anwar yang cukup terpandang.

Sudah hampir setahun ini Sarah merasa agak kesulitan mengatur keuangannya, karena kemungkinan jatah bulanannya sengaja dikurangi oleh Anwar. Tanpa sepengetahuan Sarah, Anwar sedang membangun beberapa kontrakan yang akan dijadikan aset untuk masa depan kedua buah hatinya dari pernikahan pertamanya.

*****

Pagi itu seperti biasa Anwar akan berlayar ke timur Indonesia, namun entah kenapa rasanya kali ini dia begitu berat untuk meninggalkan istri dan kedua anaknya itu. Anak pertama bernama Dean duduk dikelas 2 SD, anak kedua bernama Benn yang masih berusia 4 tahun. Ya keduanya laki-laki, wajar jika sangat merepotkan ditambah mereka memang sepakat tidak memakai jasa pembantu.

"Ma, papa pamit ya, kamu jaga diri dan titip anak-anak ya, papa ga lama kok paling 3 minggu lagi juga balik" Anwar pamit pada istrinya sambil menggendong anak bungsunya berjalan keluar pintu depan.

"Iya pa, mama pasti jaga anak-anak kok, papa jaga kesehatan selama berlayar ya, mudah-mudahan Allah selalu beri perlindungan dan keselamatan" jawab Sarah sambil tersenyum.

Mendengar ucapan istrinya itu Anwar merasa sedikit ada yang mengganjal dihatinya, karena tidak seperti biasa istrinya itu bersikap manis, namun segera ia hilangkan pikiran-pikiran negatifnya itu kemudian berlalu pergi.

*****

Minggu pertama begitu bersandar ke dermaga tempat tujuannya yang pertama, Anwar langsung menghubungi istrinya via telfon pelabuhan (maklum ditahun 80-an ponsel sangat langka tidak secanggih zaman sekarang).
Anwar menanyakan kabar istri dan anak-anaknya, kabar yang dia terima cukup baik dan melegakan hatinya, ia pun kembali tenang bekerja. Minggu kedua pun setelah bersandar ketujuan berikutnya Anwar kembali menghubungi rumah masih baik-saja, karna dia juga sempat menyapa anak-anaknya.

Di minggu ketiga sebelum kepulangannya, Anwar tidak begitu banyak ngobrol, hanya minta dibuatkan rendang kesukaannya. Walaupun tidak berdarah Padang, tapi Anwar sangat suka masakan ranah Minang itu. Sarah pun mengiyakan. Sekalian dia ingin memberi kabar kalau kepulangannya agak tertunda sekitar 4-5 hari. Sarah agak kecewa mendengar kabar tertundanya kepulangan Anwar. Ditambah kondisinya kurang sehat, Anwar pun menghibur istrinya yang sedang merajuk di telfon.

"beberapa hari lagi kok ma, papa pulang nanti bawain mama dan anak-anak oleh-oleh yang banyak ya, udah jangan ngambek terus"

*****

Sampai juga saatnya hari kepulangan Anwar. Dengan wajah sumringah Anwar melaju ke kampung halamannya. Sesampainya di rumah Anwar disambut hangat oleh istrinya.

"Anak-anak mana ma? kok sepi?" tanya Anwar tanpa basa basi.

"Abang sama adek mama titip ke neneknya sementara, soalnya mama agak kurang sehat kemaren pa, kebetulan abang lagi libur sekolah juga kan"

"Oh ya sudah, papa mau mandi dulu terus mau istirahat sebentar"

"makan dulu ya pa baru istirahat, rendangnya mama panasin dulu, pasti laper kan" Sarah menawari rendang yang sudah dimasaknya.

Selesai mandi Anwar langsung menghampiri istrinya di dapur, sekelebat dia mencium bau kurang sedap dan anehnya seketika tercium wangi-wangian juga. Mendadak rumah Anwar terasa lembab dan terkesan angker. Sarah pun bergegas mengajak Anwar ke ruang makan.

Dalam keadaan capek dan lapar, Anwar melahap habis 1 piring nasi ditambah semangkuk kecil rendang buatan istrinya yang sangat enak itu. Saat didapur tadi pun dia melihat rendang dikuali masih sangat banyak.

"Mama bikin rendangnya ga nanggung-nanggung ya, bayak amat kayak mau hajatan" tanya Anwar sambil bercanda.

"iya dong, itu kan khusus buat papa biar makan lahap, bila perlu sebulan ga usah ganti menu makan rendang aja" jawab Sarah sambil tertawa ringan.

"sepi ga ada anak-anak ya ma, besok kita jemput abang sama adek ya ma"

"iya" jawab Sarah tersenyum.

*****

kemana anak-anakku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang