Stalk Again

15 6 0
                                    

Gemericik air hujan menghiasi malam yang seharusnya jadi malam sunyi. Ditemani secangkir capucino latte, jari Elgae menari lincah diatas keyboard hitamnya. Elgae menatap bunga lavender di tepi mejanya.

Apa gadisnya akan menyukai itu? Lalu Elgae menghela napas panjang, mengapa bisa semudah itu dia mencintai Bulan siswi pindahan 9 bulan yang lalu, sedangkan Bulan saja tak menunjukkan tanda-tanda cinta.

Elgae tidak boleh mundur, ia harus mengejar Bulan sama halnya dulu ketika dia mengejar Melati.

"Cantik anjir" Elgae menatap foto Bulan yang diunggah oleh adik Bulan, @daisykimberluzy3. Foto Bulan terbilang sangat sulit didapat, Bulan tidak pernah mengunggah fotonya di akunnya. Akun Bulan paling tidak hanya berisi tentang quotes dan alam atau perihal idolnya.

Elgae membuka folder-foldernya. Dia mendapat banyak foto Bulan. Bagaimana tidak? Cowok itu serius mencari foto Bulan mulai dari akun @zarakimbrledy milik mama Bulan.

Tak hanya akun mama Bulan, @jersykimbrvan akun papa Bulan juga menjadi sasarannya. Tetapi Elgae tak banyak menemukan foto Bulan. Hanya Niter, adik Bulan usia 8 tahun yang tidak menjadi sasarannya. Ya karena pastinya bocah itu tak bermain sosmed.

Elgae menguap kemudian menarik laci mejanya, tangannya terulur mengambil figura usang disana. Menghembuskan napas beratnya kemudian memeluk figura itu, figura yang menemani hari-hari Elgae kala dirinya rapuh merindukan gadis manis bernama Melati.

"Melati, sesuai permintaan terakhir kamu. Kamu bilang Elgae gak boleh sedih, kamu bilang Elgae harus buka lembar baru lagi. Elgae gak boleh kan terlarut kesedihan sepeninggal kamu? Elgae sekarang suka seseorang yang persiiss Melati. Namanya Bulan, Elgae bakal berusaha dapetin hati Bulan. Elgae gak akan jadi sadboy kayak Langit, haha. Kamu gak ngerasain sakit leukimia lagi kan? Kamu yang tenang ya, Elgae bahagia juga disini. Bye Melati, Elgae mau istirahat dulu!" Elgae mencium figura itu, lalu memasukkannya kembali ke dalam laci.

Elgae, diciptakan sebagai lelaki yang tulus.

🌙

Hanya dengan piyama merah muda miliknya, Bulan berdiri di balkon kamarnya. Merasakan terpaan angin malam yang membuat helai rambutnya tak karuan.

"Malaikat cinta, kenapa sih Bulan bisa suka sama Langit si kulkas itu?!" Bulan bermonolog sambil memandang langit malam yang dihiasi bintang.

"Kan Bulan males cinta-cintaan!" Lanjutnya.

Bulan menarik napas dalam-dalam, "Langit kan nyebeliiinn banget!" Kembali mengadu.

"Tapi Bulan juga capek dikatain gak normal cuma gara-gara Bulan gak suka siapa-siapa. Bulan pengen ketemu temen kecil Bulan yang dulu. Dia dulu pernah janji ke Bulan, katanya kalau kita sama-sama udah besar, dia bakal ngelamar Bulan. Dia bohong ternyata, gak asyik! "Bulan memberengut.

"Ya udah Bulan capek ke temen cilik Bulan, seandainya dia disini mungkin udah Bulan tabrak kali ya?"

"Karena capek nungguin temen cilik Bulan, akhirnya sekarang Bulan suka Langit deh. Walaupun Bulan sebenarnya susah lupain temen kecilnya Bulan" Jari telunjuk Bulan menunjuk pada bintang di malam itu.

"Langit juga nyebelin sih, masa udah 9 bulan setelah Bulan pindah dari Belanda. Dia cuma bisa ngebisu" Dan masih mengadu.

"Mukanya Langit ganteng, tapi hatinya ogah. Lebih perhatian si Elgae, tapi gatau kenapa Bulan sukanya ke Langit" jeda, "Terus gimana dong?"

"Woi BulBul!. Ngaduin semuanya ya? Lu bilang sukanya sama temen cilik lo, kenapa sekarang ada Langit juga!. Terus si Bill lo anggep apa dong?" Sahut seseorang dari rumah di seberang rumah Bulan. Itu Aldo, sepupu Bulan yang juga pindah dari Belanda.

"Kamu apa sih Al!. Bulan gak pernah ya suka sama Bill, Sejarah pun mencatat. Bill aja yang demen ke Bulan!" Bulan memasang tampang kesal, Aldo menjadi saksi memang. Saat Bulan berumur 13 tahun, Bulan sempat ditembak Bill tetangganya di Belanda.

Bulan terbilang kesal sekali dengan Aldo yang mulutnya bocor kemana-mana. Untung beda sekolah, Aldo SMA Paciran, sedang Bulan di SMA Latulip. Kalau saja tidak, bayangkan bagaimana Aldo mengumbar aibnya. "Jadi mau sampai kapan nunggu Langit?" Goda Aldo.

"Terserah Bulan dong, daripada kamu yang sejam baru pacaran, sejamnya putus, terus dapet baru!" Bulan menyindir.

"Makanya jadi cowok harus ganteng, gak kayak Langit!"

"Ganteng sih iya Al," Mata Aldo berbinar.

"Tapi kalau dilihat dari sedotan!"

"Ndasmu-eh!" Aldo asal nyeplos.

"Ndasmu kenapa hei?" Tanggap Bulan.

"Bisulan" Dijawab asal-asalan.

"Tau ah, makanya sampe tuh muka merah. Ahaha" Bulan.

"Langit suruh tanding sini, gantengan Aldo dong"

"Ya Langit lah, calon pacar!" Bantah Bulan.

"Lah tiba-tiba Langit punya pacar rahasia, kasian deh!" Aldo terus mengejek.

"Lo-" Bulan naik pitam.

"Tante Zara, Bulannya kasar!" Aldo mengadu kepada mama Bulan.

"Bulann, nak jangan jahat sama kak Aldo yaa" Sahut suara dari lantai bawah, suara mama Bulan.

"Sukanya ngadu, apaan sih!?" Bulan lantas berbalik, meninggalkan balkon dan tak lupa membanting pintu penghubung kamar dan balkon.

Aldo terkikik geli, dia memang juaranya menggoda Bulan.

"HAHAHA KAPOK GAK TUH, MAKANYA-"

"YAAA AMPUN BUL-"


MoonSkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang