Gadis itu membuka cadar pinknya kala tidak melihat siapa pun di sekitarnya.Menyandarkan punggungnya ke batang pohon seraya melihat ke langit lalu mengipasi wajahnya dengan cadar yang dia kenakan tadi.
Cuaca sore ini lumayan panas. Membuat peluhnya menetes, membanjiri kening dan lehernya.
Xia He menggaruk wajahnya yang terasa gatal lalu menjerit tertahan ketika wajahnya terasa perih.
Dengan mengomel pelan, Xia He melihat jemarinya sendiri dan terdapat noda merah di sana.
"Jerawat memang sangat menyebalkan." Ketusnya lalu menghela nafas kasar.
"Aku harus bisa membuat wajah ini mulus seperti wajahku di zaman modern." Bisiknya penuh tekad.
Bukannya apa, Xia He hanya merasa tidak nyaman punya jerawat di wajahnya.
Xia He memakai cadarnya lagi. Kemudian berdiri. Meninggalkan pohon tersebut.
Sekarang ia ingin mencari minum untuk membasahi tenggorokannya yang terasa sangat kering.
Xia He menoleh ke sana ke mari mencari penjual minuman tapi tetap tidak melihat seorang penjual minuman pun.
"Sialan. Penjual minumannya pada kemana sih? Apa jangan-jangan tidak ada yang menjual minuman di zaman ini?" Dumelnya pelan.
Kala melihat sebuah rumah makan, akhirnya Xia He memutuskan untuk masuk ke sana saja akibat sudah tidak sabar untuk minum.
Mulutnya terasa sangat kering dan butuh air sekarang.
Tanpa ba-bi-bu, Xia He langsung duduk di salah satu kursi yang kosong. "Pelayan!! Hidangkan aku semua makanan yang ada di sini!"
Semua orang langsung melihat ke arahnya mendengar perkataan Xia He sedangkan yang ditatap memutar bola mata malas.
"Tidak perlu melihatku seperti itu. Jangankan menghabiskan semua makanan itu, menghabiskan kalian saja aku sanggup." Ujarnya ngawur.
Semua orang mendadak mengalihkan pandangan ke arah lain.
Xia He menggeleng-gelengkan kepalanya heran lalu meneguk beberapa cangkir air putih.
Byurrr!!
Minuman yang berada di dalam mulut Xia He menyembur keluar begitu saja saat melihat Pangeran mahkota berada tak jauh darinya.
Pangeran satu itu terlihat sangat tampan sehingga membuat Xia He berdecak kagum.
Pangeran mahkota dikelilingi oleh beberapa pelayan perempuan dan melayani pangeran mahkota makan.
Xia He menggeleng-gelengkan kepalanya. Mengusir kekaguman yang sempat di rasakannya. Tapi, oh ayolah! Pangeran mahkota memang sangat tampan dan mempesona. Apalagi kalau dilihat dari dekat begini.
Sudah tampan, bertubuh kekar, dan -- arghhh!!
Xia He memukul kepalanya lagi akibat mengagumi pangeran mahkota.
Inilah akibatnya kalau menjadi pecinta cogan.
Ketampanan musuh pun dikagumi!
Tak mau kekagumannya berlanjut, Xia He menundukkan kepalanya sambil mengetuk-ngetuk permukaan meja.
Menunggu pesanannya datang dengan perasaan dongkol. "Kemana sih para pelayannya? Menyebalkan sekali mereka karena membuatku menunggu lama." Omelnya.
Xia He bertumpu dagu sehingga tatapannya kembali tertuju pada Pangeran mahkota.
Sialnya pangeran mahkota juga sedang menatap ke arahnya sehingga tatapan mereka langsung bertemu.
Xia He refleks berdiri dan mengebrak meja. Dia sudah tidak tahan!
Xia He lari ke luar dari tempat makan itu. Mengabaikan tatapan heran orang-orang di dalam tempat itu.
"Sialan! Sialan! Bisa-bisanya ketampanan pria itu membuatku tergoda!"
Xia He meremas rambutnya frustasi.
"Andaikan saja dia pangeran ketiga, pasti akan sangat menyenangkan tapi kenapa dia malah pangeran mahkota?! Kenapa dia terlahir sebagai musuhku? Dan lagi, pria itu tidak sebaik yang terlihat. Dunia ini tidak adil."
Xia He mencak-mencak di tempat memikirkan hal tersebut.
Untung saja tidak terlalu banyak orang disekelilingnya sehingga tidak banyak yang melihat aksi gilanya.
"Pangeran mahkota. Wajahmu terlalu tampan tapi tenang saja, aku akan menghancurkan wajah tampan mu itu sehingga aku tidak perlu terpesona lagi dengan ketampananmu." Seringai Xia He kala mendapatkan sebuah pencerahan.
Xia He tersenyum senang di balik cadarnya. Mengagumi kepintarannya sendiri.
"Awas nona!!!"
Teriak seseorang dengan kencangnya.
Xia He terlonjak kaget dan refleks melihat ke asal suara.
Gadis itu melotot kaget ketika melihat seekor kuda melaju kencang ke arahnya.
"Nona!!!"
Tepat saat kuda itu hendak menabraknya, Xia He langsung menghindar ke samping.
Xia He mengusap dadanya lega. Untung refleks nya bagus sehingga dia tidak ditabrak oleh kuda.
"Maaf, nona. Kuda saya hampir mencelakai Anda." Ujar si pemilik kuda penuh sesal.
Xia He mengangguk. "Iya, tidak apa-apa."
Pemilik itu tiba-tiba memberikan Xia He sebuah kalung. "Ambil lah ini sebagai wujud permintaan maaf saya, nona."
Xia He yang melihat kalung cantik itu langsung tergiur dan menerimanya. Tidak ada usahanya untuk menolak sedikit pun akibat terlampau tergoda.
"Semoga Anda bisa menjaganya dengan baik, nona. Kalau begitu saya pergi dulu."
Xia He menatap kepergian pria itu sekilas lalu kembali menatap kalung pemberian pria tua itu.
Senyuman bahagia muncul di bibirnya. "Kenapa tidak dari tadi saja ada kuda yang hampir menabrakku? Lumayan lah dapat barang berharga secara gratis."
Bersambung ....
2/7/21
Follow firza532
KAMU SEDANG MEMBACA
Xia He
Fantasy-cerita tentang transmigrasi ke masa lalu -penulis: @firza532 -sebagian part dihapus karena pindah ke aplikasi dreame/innovel. Start: 2 Juli 2021 End: 1 Agustus 2021