"Bukannya kamu mau ada rapat dengan anak-anak klub film?" tanya Seokjin ketika Taehyung langsung menempel padanya begitu kelas Seokjin selesai.
"Mereka masih bisa rapat tanpa aku." Taehyung mengedikkan bahu.
"Lalu kamu berniat mengikutiku terus sepanjang hari?" tanya Seokjin sedikit geli, "Nanti kamu ikut aku menemui Soobin, ya. Pastikan tak ada apa-apa di antara kami."
Taehyung menggigit bibir, "Hyung tahu tidak, Soobin membuatku sadar kalau masih banyak yang mengincar Jin-hyung meski mereka tahu kita pacaran."
"Memangnya yang mengincarmu sedikit?" Seokjin menyentil hidung mancung Taehyung, "Kim Taehyung-ku yang tampan terkenal sekali seantero kampus, dan kamu harus waspada pada Park Bogum, babe. Dia punya maksud tersembunyi!"
"Berarti Hyungi senang kan kalau aku tak bertemu anak-anak klub film?" Taehyung melingkarkan lengannya di pundak Seokjin, "Iya, kan?"
Seokjin menghela nafas, merengkuh pinggang Taehyung kemudian menariknya, "Ayo ke kantin, aku lapar."
Taehyung tertawa, mencium pipi Seokjin dan berjalan bersama menuju kantin. Yoongi dan Jimin sudah duduk di sana.
"Woow!! Tak kusangka kalian akan datang ke kampus dengan tubuh menempel seperti itu!" Jimin berteriak kaget.
"Asal kamu tahu Jimin-ah, semalam aku tidur di sofa!" Seokjin menghela nafas, "Baru tadi pagi kami baikan."
"Hyungi harus merasakan betapa kesalnya aku tiap kali melihat gelas Starbucks dari Soobin!"
"Soobin hanya kuanggap adik, babe." Seokjin menggaruk kepala Taehyung sabar, "Jangan marah lagi, ya."
Jimin mendekut gemas, "Lalu siapa Soobin ini?"
Seokjin menceritakan semunya, membuat Taehyung kembali cemberut meski dia berusaha keras mengontrol emosinya.
"... aku tak menganggapnya lebih dari murid dan adik. Dan dia sangat menyenangkan, aku senang bisa membantunya belajar."
"Sekarang semua beres kan, Taehyung-ah?" tanya Yoongi yang melingkarkan lengannya ke pinggang Jimin.
Taehyung menggeleng, "Hari ini aku akan ikut Jin-hyung dan memberi Soobin batasan apa yang boleh dilakukannya karena Jin-hyung sudah punya aku!"
Seokjin mengangkat bahu, nyengir pada Taehyung sebelum mengecup bibirnya dan berdiri untuk memesan makanan.
"Usahakan jangan mengamuk di Starbucks, Tae." Jimin memperingatkan Taehyung yang masih memperhatikan Seokjin lekat-lekat.
"Melihat pandangan Taehyung sekarang, aku meragukan itu." Yoongi terkekeh.
-------
Sore menjelang petang, Seokjin menggandeng Taehyung masuk, Starbucks agak sepi, hanya dua orang yang berada di dalam dan sibuk dengan gadget mereka masing-masing.
"Selamat datang, Seokjin-ssi!" seru cewek-cewek barista yang kemarin cukup heboh menyambut Taehyung dan Jimin.
"Halo semuanya! Iced Americano dan strawberry choux cream frappuccino, ya." kata Seokjin begitu mereka sampai di depan counter.
"Call!" seru cewek barista yang kemarin mendatangi Soobin di lantai atas dan segera menyiapkan pesanan Seokjin.
"Ah! Kamu kan yang kemarin kesini, dengan teman yang juga super cute!" seru cewek barista yang lain.
Seokjin mempererat genggamannya, "Dia pacarku Jonghyeon-ssi, jangan berharap lebih, ya."
Jonghyeon tertawa, "Duh, aku bisa apa bersaing dengan Kim Seokjin."
KAMU SEDANG MEMBACA
He likes Americano, I like Strawberry Choux. Then, whose Matcha is it?
أدب الهواةSeokjin suka Taehyung, Taehyung suka Seokjin. Mereka berpacaran dan bahagia bersama. Tapi, Seokjin tiba-tiba jadi sering menghabiskan waktunya di Starbucks dengan orang lain! Seokjin tidak selingkuh, kan?